GrabKios menggandeng institusi perbankan dan nonbank serta penyelenggara pinjaman berbasis teknologi untuk permodalan bagi warung tradisional. Upaya itu diharapkan membuka akses warung ke lembaga keuangan.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Penyedia aplikasi GrabKios memperkuat ekonomi digital dengan menyasar inklusi keuangan bagi warung tradisional di Indonesia. Mulai triwulan I-2020, GrabKios menyediakan kanal untuk menyalurkan permodalan bagi mitra wirausahawan mikro dan kecil.
Head of GrabKios, Agung Nugroho menyatakan, pihaknya akan menggandeng institusi perbankan dan non bank, serta penyelenggara pinjaman seperti peer to peer lending dan teknologi finansial (tekfin) untuk permodalan bagi warung tradisional yang merupakan mitra GrabKios, maupun konsumen warung.
Penjajakan kerja sama antara lain dilakukan terhadap bank BUMN dan swasta, seperti BRI, BNI dan Bank Mandiri.
“Kami berpartner dengan mereka (institusi keuangan) menjadi penyalur permodalan, karena kekuatan kami adalah akses. Melalui jaringan agen, kami bisa menjangkau konsumen yang belum tentu bisa diakses oleh institusi pembiayaan bank dan nonbank,” kata Agung di Jakarta, Kamis (30/1/2020).
GrabKios menjadi sarana untuk distribusi pinjaman bagi mitra warung dan masyarakat untuk mengakses produk digital, keuangan, tabungan, maupun asuransi. Pada tahap awal, distribusi pembiayaan digital akan dilakukan di kota-kota besar wilayah Jawa dan Sumatera.
Terdapat dua jenis pinjaman yang akan disalurkan, yakni ke mitra pemilik warung dan konsumen warung. Besar pinjaman modal kerja itu dibawah Rp 10 juta dengan tenor pinjaman bulanan. Adapun pinjaman untuk konsumen bervariasi, berdasarkan proses penilaian kelayakan dari penyelenggara pinjaman.
Ia menambahkan, selama ini, banyak warung yang kesulitan memperoleh modal kerja karena tidak punya rekam transaksi penjualan. Adanya rekam transaksi digital mitra warung GrabKios bisa menjadi bukti transaksi bisnis untuk pertimbangan kelayakan pinjaman. GrabKios berperan menyeleksi mitra warung, berdasarkan profil dan data transaksi digital tersebut.
“Salah satu penyebab kesulitan akses finansial, yakni rekam transaksi bisnis. Akibatnya, insitusi keuangan juga sulit melihat kelayakan usaha, jaminannya pun jadi sulit. Dengan rekam transaksi digital, peluang pembiayaan menjadi lebih terbuka,” katanya.
Jumlah wirausaha mitra GrabKios pada tahun 2019 tercatat 2,8 juta unit usaha, atau meningkat 500.000 unit usaha jika dibandingkan tahun 2018. Hingga tahun 2021, jumlah mitra GrabKios ditargetkan bertambah 1 juta unit usaha.
Sementara itu, Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi, mengemukakan, UMKM di Indonesia semakin melek digital. Platform peer to peer lending berperan menyalurkan modal kerja, antara lain berdasarkan informasi dan riwayat transaksi bisnis.
Ia menambahkan, selama ini peer to per lending biasanya diidentikkan dengan pinjaman individu ke bisnis. Namun, pihaknya kini berkolaborasi dengan institusi keuangan seperti BRI untuk pembiayaan melalui Investree. Pihaknya melakukan analisa dan penilaian terhadap UMKM, sedangkan pembiayaannya dari perbankan.
“Kami adalah marketplace (peer to peer lending) yang telah berevolusi. Jika biasanya orang meminjamkan modal ke bisnis, kini ada bank yang bekerjasama dan berkolaborasi dengan kami untuk penyaluran pembiayaan dengan proses yang lebih cepat, efektif dan tidak ribet”, katanya, di Jakarta, Rabu.