Laporan PricewaterhouseCoopers bertajuk ”Global Consumer Insight Survey 2018” menunjukkan, sebanyak 41 persen responden rela membayar lebih untuk mendapatkan layanan pengantaran barang sampai tujuan pada hari yang sama.
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan pengiriman barang sampai pada hari yang sama terus meningkat. Perusahaan rintisan logistik, Paxel, misalnya, jumlah pengirimannya tumbuh 650 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Laporan PricewaterhouseCoopers (PwC) bertajuk ”Global Consumer Insight Survey 2018” menunjukkan, sebanyak 41 persen responden rela membayar lebih untuk mendapatkan layanan pengantaran barang sampai tujuan pada hari yang sama (same day delivery).
Hasil laporan itu linier dengan pertumbuhan permintaan layanan logistik berbasis aplikasi, Paxel, yang dipaparkan Jumat (31/1/2020). Sepanjang 2019, jumlah pengiriman tiba pada hari yang sama mencapai 1,5 juta, tumbuh 650 persen dibandingkan dengan akhir 2018 yang baru mencapai 200.000 pengiriman.
Pengguna aplikasi Paxel tumbuh sampai 625 persen, dari 86.000 pengguna pada Desember 2018 menjadi 600.000 pengguna pada Desember 2019.
Executive Advisor Paxel Djohari Zein saat jumpa pers, Jumat, di Jakarta, mengatakan, Paxel telah menjadi solusi bagi permasalahan logistik di tengah tingginya pertumbuhan penjualan barang melalui platform digital.
”Ini jadi solusi dan jadi bukti bahwa perusahaan logistik sejalan dengan industri 4.0 yang manfaatkan teknologi,” ujarnya.
Berbeda dengan perusahaan logistik atau jasa pengantar barang pada umumnya, Paxel bekerja dengan sistem internet untuk segala (internet of things/IoT) dan sistem penyortiran yang terdesentralisasi. Dengan sistem antar jemput barang oleh kurir, Paxel memastikan barang sampai kepada penerima maksimal delapan jam.
Dari total pengiriman Paxel, lebih dari 50 persen untuk mengantarkan makanan, baik beku maupun siap saji, dari pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sejauh ini, Paxel melayani jasa pengiriman barang di 12 kota di area Jawa dan Bali.
Tahun lalu, konsultan bisnis Provetic dengan Paxel menyurvei 535 pelaku UMKM daring di kota-kota besar di Pulau Jawa. Sebanyak 36 persen penjual daring menganggap kecepatan pengiriman barang lebih penting ketimbang ongkos kirim yang murah.
Pertimbangan lain memilih penyedia jasa logistik adalah murahnya ongkos kirim (29 persen), kemudahan pengiriman (26 persen), dan kemudahan memeriksa posisi paket (8 persen). Selain itu, kemampuan pengiriman barang dalam radius wilayah lebih luas juga jadi alasan pelaku bisnis memilih penyedia jasa logistik tiba pada hari yang sama, seperti Paxel.
Efisiensi
Selain pemanfaatan teknologi digital, sistem penyortiran barang yang terdesentralisasi menjadi kunci efisiensi perusahaan logistik. Sistem itu akan mengurangi kebutuhan tenaga kurir dan menekan biaya logistik.
Paxel memiliki loker pintar yang menjadi hub pengiriman Paxel. Saat ini terdapat 263 unit loker yang tersebar di 12 kota. Pada tahun ini, Paxel menargetkan menambah sampai 400 unit loker, setidaknya untuk diletakkan di setiap kode pos di Jakarta.
”Model logistik dengan sistem estafet lewat loker pintar seperti itu belum ada di Indonesia. Kebanyakan sistem logistik di Indonesia masih tersentralisasi. Itu enggak pas dengan wilayah Indonesia yang terpisah pulau-pulau dan rentan bencana,” tutur COO Paxel Zaldy Ilham Masita pada kesempatan yang sama.
Saat ini, Paxel telah mempekerjakan 1.400 kurir. Jumlah itu meningkat 55 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Pesatnya laju pengiriman memang membuat jumlah kurir Paxel bertambah, tetapi pertumbuhannya tidak setinggi kenaikan volume karena sistem yang terdesentralisasi.
Zaldy yang juga Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) mengatakan, rata-rata kurir logistik konvensional di Indonesia hanya mampu mengantar 50-100 barang per hari. Sementara kurir layanan antar barang sesuai permintaan hanya mampu mengantar 8-10 barang per hari.
Kapasitas itu jauh berbeda dengan kemampuan kurir logistik di China yang bisa mengantar 400-500 barang per hari karena sistem pengantaran secara estafet (relay). ”Dengan sistem relay, area pengantaran akan terbatas. Artinya, jarak makin sedikit sehingga dalam sehari kurir bisa lebih banyak ambil dan antar barang. Akhirnya, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tidak seperti model lama,” tuturnya.
Dengan sistem itu, perusahaan bisa menggaji kurir dengan lebih baik dan biaya logistik dapat ditekan sehingga lebih murah.