Kesiapsiagaan Pembuat Kebijakan Jadi Kekuatan Utama
Pertumbuhan harus didorong naik agar dapat terhindar dari perangkap pendapatan menengah yang menghambat Indonesia menjadi negara maju.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan tetap stabil pada 2020. Namun, pembuat kebijakan harus konsisten memperbaiki produktivitas sumber daya manusia, anggaran, dan kualitas kebijakan untuk menghadapi berbagai ketidakpastian global.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede, Minggu (2/2/2020), di Jakarta, memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan cenderung stabil pada kisaran 5 persen tahun ini.
Prediksi ini berkaca pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih konsisten di atas 5 persen pada tiga triwulan 2019. Padahal, tahun lalu ekonomi dunia dibayangi gejolak perang dagang Amerika Serikat (AS)-China serta ancaman resesi di negara berkembang.
Meski pertumbuhan relatif tahan terhadap guncangan, dalam jangka menengah, Indonesia perlu tumbuh lebih tinggi, yaitu pada kisaran 6-7 persen. Pertumbuhan harus didorong naik agar dapat terhindar dari perangkap pendapatan menengah yang menghambat Indonesia menjadi negara maju.
”Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global ini, pemerintah perlu siap siaga dengan mendorong perbaikan yang sangat signifikan, konsisten, dan berkelanjutan,” katanya.
Kesiapsiagaan ini antara lain dalam hal perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM). Untuk mengimplementasikannya, pemerintah harus meningkatkan produktivitas anggaran belanja untuk pendidikan dan kesehatan.
Hal itu juga perlu didukung penelitian dan pengembangan dalam penerapan teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing. ”SDM yang produktif dan kemajuan teknologi penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah juga harus memperbaiki kualitas kebijakan dengan penyederhanaan aturan, penciptaan birokrasi yang lebih efisien, dan transformasi ekonomi.
Pandangan yang sama disampaikan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva dalam bincang publik yang membahas ramalan ekonomi global pada 2020, Kamis (30/1/2020) sore waktu Davos, Swiss.
Menurut dia, para pembuat kebijakan perlu membuat kesiapsiagaan dan pencegahan sebagai kekuatan utama. Kekuatan itu perlu dimiliki untuk menyikapi berbagai kondisi, baik ketegangan geopolitik, darurat kesehatan, maupun masalah iklim.
Selain itu, juga masih harus ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang menimbulkan disrupsi dan perubahan pekerjaan dengan segala implikasinya. ”Kita hidup di dunia yang lebih rentan guncangan,” ujarnya.
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan berbagai permasalahan yang banyak negara hadapi saat memasuki awal dekade 2020 ini. Mulai dari kebakaran luas di Australia hingga ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat.
Hingga yang terbaru, wabah korona virus jenis baru dari China, yang membuat negara adidaya itu untuk sementara membatasi kegiatan wisata dan manufaktur. Sejauh ini, IMF belum bisa memprediksi kerugian yang akan berdampak pada China atau negara lain yang bergantung kepadanya.
Ekonomi tetap tumbuh
Kendati berbagai isu besar muncul pada Januari 2020, Kristalina meyakinkan dunia, ekonomi akan tetap tumbuh setidaknya pada triwulan pertama tahun ini. Apalagi dunia saat ini telah berada di posisi yang lebih baik daripada tahun lalu.
Beberapa hal yang memperbaiki kondisi dunia adalah berkurangnya ketegangan geopolitik antara AS dan China atau AS dengan Uni Eropa. Selain itu, 49 bank sentral di dunia serentak menurunkan suku bunga dalam beberapa bulan terakhir sebagai stimulus pada industri.
Sebelum adanya isu korona, pada Januari ini, IMF bahkan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China 6 persen menjadi 5,8 persen. Secara global, pertumbuhan ekonomi juga masih akan tetap terjadi walau beberapa koreksi dilakukan sejalan dengan proyeksi perlambatan ekonomi.
Tahun ini, misalnya, IMF meramal pertumbuhan ekonomi dunia naik sampai 3,3 persen dari 2,9 persen pada tahun lalu, walau lebih rendah daripada proyeksi sebelumnya sebesar 3,4 persen. Demikian juga dengan pertumbuhan ekonomi pada 2021 yang diprediksi tetap naik sampai 3,4 persen walau turun 0,1 persen dari prediksi sebelumnya.
”Kata-kata favorit saya belakangan ini adalah nikmati langkah perubahan hari ini. Ini (pertumbuhan) tidak akan pernah menjadi sangat lambat di masa depan,” ujarnya.