Pemerintah Berencana Batasi Impor Barang Konsumsi asal China
Pemerintah akan mengumumkan kebijakan terbaru terkait keimigrasian. Dampak merebaknya wabah virus korona bukan hanya terhadap pariwisata, melainkan juga rantai pasok global.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana membatasi impor sejumlah barang konsumsi dari China untuk sementara waktu. Pembatasan impor barang konsumsi ini untuk mengantisipasi penyebaran wabah virus Wuhan.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, pembatasan impor dari China akan diberlakukan sementara. Sejauh ini masih diidentifikasi produk-produk impor yang mungkin terjangkit wabah virus korona, seperti hewan unggas hidup dan beberapa jenis hewan liar. Meski demikian, detail produk masih belum final.
”Jadi, pemberhentian impor baru akan kami lakukan. Namun, secara spesifik masih harus dikoordinasikan dengan kementerian lain,” kata Agus seusai rapat koordinasi dampak virus korona terhadap impor barang dan pariwisata dari China, Senin (3/2/2020), di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta.
Selain hewan unggas, impor produk hortikultura juga dapat dibatasi apabila terindikasi membawa wabah virus korona. Jika tidak terindikasi, impor barang-barang dari China tetap diperbolehkan. Nantinya, pembatasan impor sementara akan dibarengi pencarian negara alternatif untuk penuhi kebutuhan dalam negeri.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, pembatasan impor barang konsumsi asal China masih perlu dibahas lebih lanjut. Koordinasi dengan kementerian terkait juga terus dilakukan. Detail produk akan dibahas bersama Presiden Joko Widodo dalam rapat kerja.
”Masih akan difinalkan, menunggu hasil rapat dengan Presiden. Kami masih perlu berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan, Bea Cukai, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan,” kata Airlangga.
Ia menambahkan, pemerintah akan mengumumkan kebijakan terbaru terkait keimigrasian. Dampak merebaknya wabah virus korona juga bukan hanya terhadap pariwisata, melainkan juga rantai pasok global. Sejauh ini belum ada negara yang secara presisi dapat menghitung dampak ekonomi virus korona, tetapi diperkirakan mencapai enam bulan.
”Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, sedang menghitung efek virus korona berapa lama, apakah bisa tiga bulan, bahkan enam bulan. Sedang dikaji, belum ada formulanya,” ujar Airlangga.
Menurut dia, merebaknya wabah virus korona juga dikhawatirkan memengaruhi perkembangan proyek prakarsa sabuk dan jalan (one belt one road) China. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 kemungkinan kembali terkontraksi akibat perlambatan yang terjadi di China dan India.
Pergerakan manusia
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, pemerintah masih meneliti lebih dalam dampak merebaknya wabah virus korona terhadap pergerakan manusia. Pariwisata menjadi sektor utama yang terdampak cukup signifikan. Kondisi itu tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi hampir semua negara di dunia.
Pada Januari-November 2019, China juga menjadi penyumbang kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tertinggi kedua bagi Indonesia. Pada periode tersebut, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 14,92 juta. Dari jumlah itu, sebanyak 1,92 juta orang atau 12,87 persen adalah wisman asal China.
”Dampaknya bukan hanya terhadap wisatawan asal China, tetapi dampak psikologis dari negara lain karena merebaknya wabah virus ini,” ujar Retno.
Selain dampak pariwisata, kata Retno, pemerintah juga fokus menangani WNI yang dievakuasi dari Wuhan. Saat ini sudah disiapkan nomor telepon darurat (hotline) untuk isu-isu tertentu, misalnya kesehatan dan penerbangan. Beberapa kementerian terkait juga menyiapkan posko darurat di tempat evaluasi di Pulau Natuna.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, kondisi perekonomian global semakin dinamis memasuki tahun 2020. Berbagai peristiwa tak terduga justru muncul pasca-kesepakatan dagang AS-China fase pertama yang diharapkan membawa perbaikan ekonomi. Risiko ketidakpastian global kini semakin meningkat.
”Merebaknya virus korona menimbulkan pesimisme yang menggulung ekonomi pada Januari ini, bertepatan dengan perayaan tahun baru China yang dianggap bisa menjadi momentum China mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Wabah virus korona diyakini memengaruhi sebagian besar aktivitas perekonomian di China. Dampak merebaknya wabah virus asal Wuhan ini akan terasa pada triwulan I dan II tahun 2020. China kehilangan momentum untuk meningkatkan konsumsi domestik saat perayaan tahun baru dan libur panjang hingga Februari 2020.
Sri Mulyani menekankan, wabah virus korona yang terjadi di China dan sejumlah negara lain menambah risiko ketidakpastian global. Semua negara, termasuk Indonesia, harus waspada tinggi untuk menghalau dampak rambatan ke perekonomian domestik. Terlebih, China adalah mitra dagang utama Indonesia.