Stabilitas Ekonomi Nasional Terjaga, Investasi Masih Menarik
Di tengah berbagai sentimen global yang mengganggu proyeksi ekonomi dunia, fundamental ekonomi Indonesia tetap berada di posisi yang baik karena terjaganya iklim investasi di dalam negeri tetap kompetitif.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski ketidakpastian masih menyelimuti ekonomi global, pemerintah pastikan stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga. Sejumlah indikator ekonomi pun mencerminkan iklim investasi di dalam negeri masih cukup menarik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hal tersebut dalam acara Mandiri Investment Forum 2020, Rabu (5/2/2020), di Jakarta. Acara dihadiri antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Royke Tumilaar.
Airlangga menyampaikan, sumber ketidakpastian ekonomi global tahun ini di antaranya penyebaran virus korona baru di China, berlakunya Brexit, dan perang dagang antara AS dan China yang masih berlanjut ke fase berikutnya.
”Ekonomi regional Asia Tenggara juga relatif stabil karena pasar di wilayah ini, termasuk Indonesia, sangat toleran. Indonesia termasuk di antara negara yang pertumbuhan ekonomi dan politiknya relatif stabil,” ujar Airlangga.
Di tengah berbagai sentimen global yang mengganggu proyeksi ekonomi dunia, Airlangga tetap yakin fundamental ekonomi Indonesia tetap berada di posisi yang baik. Optimisme ini berlandaskan pada terjaganya iklim investasi di dalam negeri tetap kompetitif.
Ekonomi Indonesia tumbuh stabil di kisaran 5 persen, terutama didorong oleh investasi konsumsi rumah tangga. Terjaganya kualitas pertumbuhan tecermin dari rendahnya inflasi dan stabilnya beberapa indikator ekonomi-sosial lainnya.
Salah satu indikator yang menjadi acuan adalah terjaganya inflasi sebesar 2,72 persen pada 2019. Rendahnya inflasi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi karena konsumsi rumah masih menjadi penopang utama produk domestik bruto (PDB) triwulan III-2019, dengan kontribusi 56,52 persen dari sisi pengeluaran.
Selain itu, tingkat kemiskinan pada September 2019 tercatat sebesar 9,22 persen, turun 0,44 persen dari posisi September 2018 sebesar 9,66 persen. Adapun ketimpangan pengeluaran penduduk (rasio gini) hingga September 2019 tercatat 0,38 turun tipis 0,004 poin dari September 2018 sebesar 0,384.
Gangguan korona
Meski stabilitas ekonomi terjaga dengan optimal, Airlangga tidak memungkiri kemungkinan apabila merebaknya wabah virus korona di China dapat mengganggu sejumlah sektor industri nasional, seperti farmasi dan pariwisata.
”Kami masih memonitor perkembangan ini karena rantai pasok industri farmasi dari China terganggu. Travel warning juga membuat potensi masuknya turis asal China yang bisa mencapai 2 juta orang per tahun berkurang,” katanya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kondisi perekonomian global masih menjadi tantangan utama dalam pengelolaan keuangan negara. Kondisi pertumbuhan ekonomi global yang lesu turut berpengaruh terhadap kinerja ekspor dan impor dalam negeri.
”Akibat berbagai kejadian yang memengaruhi kondisi geopolitik dunia yang terjadi sejak tahun lalu, volume perdagangan dunia hanya tumbuh di kisaran 1 persen, atau yang terendah dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.
Pemerintah terus berupaya menerapkan kebijakan-kebijakan yang tak hanya mampu menjaga pertumbuhan ekonomi, tetapi juga kualitas pertumbuhan melalui penciptaan lapangan kerja dan menekan angka kemiskinan.
”Kami terus berusaha memikirkan apa saja pilihan kebijakan dan instrumen yang tersedia sesuai dengan ruang fiskal dan moneter yang kita miliki,” kata Sri Mulyani
Tetap menarik
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, sinergi yang kuat antara kebijakan moneter dan fiskal di Indonesia, inovasi, serta transformasi ekonomi merupakan ketiga alasan yang membuat pasar Indonesia tetap menarik bagi investor.
Salah satu sinergi kebijakan moneter dari BI dan Kementerian Keuangan dalam menjaga stabilitas pasar adalah pembelian surat utang pemerintah sekitar Rp 25 triliun guna membendung aliran arus modal keluar asing akibat berbagai ketidakpastian global.
”Langkah ini menjadi bukti BI selalu berada di pasar, baik dalam kondisi baik maupun buruk,” ujar Perry.
Transformasi akan mendorong perekonomian nasional dari ekonomi berbasis komoditas sumber daya alam menjadi ekonomi berbasis manufaktur. Itu sebabnya pemerintah terus mendorong hilirisasi, misalnya hilirisasi nikel, bauksit, dan bahan tambang mineral lainnya.
BI juga akan terus mendorong inovasi digital untuk membangun ekosistem yang sehat guna memandu perkembangan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia. ”Inovasi keuangan digital didorong untuk memperkuat daya saing dan kepentingan nasional serta mempersempit kesenjangan masyarakat,” kata Perry.
Pembangunan manusia
Untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten pada era transformasi, pemerintah mengusulkan strategi pengembangan pendidikan dan pelatihan kejuruan untuk sektor prioritas. Agar program peningkatan kualitas sumber daya manusia semakin optimal, pemerintah menjalankan program Kartu Prakerja untuk 2 juta peserta pada 2020.
”Jadi, persoalan ekonomi saat ini adalah bagaimana mendorong daya saing, terutama kesiapan tenaga kerja. Celah kesiapan tenaga kerja dirasakan seluruh dunia akibat disrupsi digital,” ujarnya.
Airlangga menjelaskan, untuk meningkatkan daya saing Indonesia, pemerintah tengah mengajukan dua rancangan undang-undang (RUU) kepada DPR, yaitu RUU Cipta Lapangan Kerja serta RUU Ketentuan dan Fasilitas Perpajakan untuk Penguatan Perekonomian, yang biasa disebut omnibus law Cipta Lapangan Kerja dan omnibus law Perpajakan.