Bantuan Pangan Turun, Julaeha Tak Perlu Beli Beras Sebulan
Bantuan pangan dari pemerintah masih dibutuhkan penerimanya. Hanya saja, pembagian bantuan bahan pangan pada tahun ini tersendat.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski terlambat selama satu bulan, warga Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Jakarta Pusat, akhirnya kembali menerima bantuan pangan dari pemerintah. Warga merasa cukup terbantu dengan bantuan itu di tengah kondisi ekonomi keluarga yang terbatas.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pulo Gundul, Tanah Tinggi, Johar Baru, ”diserbu” warga, Selasa (11/2/2020) siang. Di tempat itu, e-warong Tanah Tinggi membagikan pangan untuk warga.
Penarik becak menyusun becaknya di depan RPTRA. Mereka ”jemput bola”, menawarkan jasa angkutan ke warga yang menenteng beras, telur, dan kacang hijau.
Supatmi, pengurus e-warong Tanah Tinggi, menjelaskan, ada sekitar 1.500 keluarga penerima manfaat (KPM). Mereka terdiri dari peserta program keluarga harapan (PKH) dan penerima bantuan pangan nontunai (BPNT).
Menurut dia, bantuan pangan yang dibagikan hari ini merupakan jatah untuk Januari lalu. Proses pembagian terlambat lantaran ada penambahan paket. Beras yang sebelumnya 8 kilogram menjadi 10 kg. Sementara telur menjadi 15 butir dari yang sebelumnya 10 butir. Ada pula kacang hijau 0,5 kg.
Untuk beras, dengan harga jual eceran Rp 9.000-Rp 10.000 per liter, satu keluarga bisa menghemat lebih dari Rp 90.000 dengan adanya bantuan 10 kg beras ini.
Di akhir Februari, akan ada lagi pembagian paket bahan kebutuhan pokok untuk jatah Februari.
Julaeha (48), warga RT 016 RW 009 Kelurahan Tanah Tinggi, merupakan salah seorang penerima BPNT. Dia mengontrak dengan sewa Rp 600.000 per bulan. Suaminya bekerja sebagai penjaga WC umum dengan pendapatan tak menentu. ”Kadang Rp 50.000, kadang Rp 100.000,” katanya.
Pendapatan suaminya itu disisihkan untuk uang saku anaknya sebesar Rp 20.000 per hari. Muhammad Hafif, anaknya Julaeha, sedang sekolah di salah satu SMK swasta di Jakarta Timur.
Uang Rp 20.000 sehari itu tidak cukup untuk Hafif. Oleh sebab itu, Hafif menjalani profesi sebagai ojek daring setelah pulang sekolah. ”Kalau enggak begitu, kan, enggak cukup uangnya. Sepeda motor, kan, juga harus dibayar kreditnya,” kata Julaeha.
Menurut dia, paket bahan pokok BPNT ini membantu ekonomi keluarga. Beras sebanyak 10 kg itu bisa mencukupi kebutuhan keluarga ini untuk sebulan. ”Waktu berasnya masih 8 kg, cukup sampai tiga minggu,” katanya.
Rumah Julaeha dihuni oleh tiga orang. Dia, suaminya, dan Hafif. Sementara dua anaknya yang lain sudah berumah tangga dan tinggal di tempat lain.
Ida Lisa (37), warga RT 003 RW 014 Kelurahan Tanah Tinggi, menyatakan, bantuan pangan itu tak cukup untuk kebutuhan sebulan. Ia tinggal di Rumah Susun Tanah Tinggi. Ida, suami, dan tiga anaknya hidup di situ.
Biasanya, beras yang dibagikan hanya tahan selama dua minggu. Setelah itu, ia harus membeli beras lagi di warung. ”Tetapi ya lumayanlah, Mas, wong namanya bantuan,” katanya.
Berbeda dengan warga di Kelurahan Tanah Tinggi, warga Kelurahan Johar Baru, Kecamatan Johar Baru, malah belum mendapat bagian bantuan pangan. Marlinda (41), salah seorang warga Johar Baru, menjelaskan, BPNT baru akan dibagikan pada Kamis (13/2/2020) depan.
Marlinda bercerita, di rumahnya banyak tikus berkeliaran. Oleh sebab itu, ia menyimpan beras di dalam kulkas. Menurut dia, kualitas beras yang dibagikan pemerintah terus membaik. Hanya saja, beras itu sudah tak laik konsumsi setelah satu bulan.
”Kalau sudah sebulan, itu beras ada kutunya,” katanya.
Ketika memasak nasi, dia mencampur beras bantuan itu dengan beras yang dibeli di toko. Ini bertujuan untuk mengurangi aroma beras dari program BPNT itu. ”Kadang berasnya bau karung. Suami saya enggak doyan bau karung,” katanya.
Tahun ini, program BPNT menjangkau 15,6 juta KPM. Mereka sebelumnya adalah rumah tangga sasaran program beras sejahtera yang sekaligus menjadi pangsa pasar Bulog.