Korona Ganggu Ekonomi China, Indonesia Kena Getahnya
Kajian Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan menunjukkan setiap 1 persen depresiasi pertumbuhan ekonomi China akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat 0,23 persen.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Posisi China sebagai negara tujuan ekspor dan impor utama Tanah Air membuat wabah virus korona baru akan memperlambat volume perdagangan Indonesia. Jika tidak diantisipasi, situasi ini dapat memengaruhi pergerakan roda ekonomi dalam negeri sepanjang 2020.
Kajian Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan menunjukkan setiap 1 persen depresiasi pertumbuhan ekonomi China akan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat sekitar 0,23 persen.
Kepala BP3 Kementerian Perdagangan Kasan menyebutkan, perlambatan disebabkan berhentinya aktivitas bisnis di sejumlah wilayah di China sebagai efek dari upaya penanggulangan penyebaran virus korona. Sepanjang 2019, China merupakan negara dengan kontribusi terbesar terhadap ekspor dan impor Indonesia.
”Perlambatan ekonomi yang akan dihadapi Indonesia merupakan fakta yang mesti dihadapi lantaran China saat ini sudah menjelma sebagai rantai pasokan terbesar sektor perdagangan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Badan Pusat Statistik mencatat ekspor nonmigas Indonesia ke China sepanjang 2019 mencapai 25,85 miliar dollar AS (Rp 353,8 triliun). Nilai itu setara dengan 16,68 persen dari keseluruhan ekspor nonmigas sebesar 154,99 miliar dollar AS (Rp 2.121,35 triliun).
Adapun impor nonmigas dari China tercatat paling dominan dengan porsi sebesar 44,58 miliar dollar AS, setara dengan 29,95 persen dari total impor nonmigas asal China yang mencapai 148,84 miliar dollar AS.
Kasan menambahkan, hasil rilis data Bea Cukai sejumlah negara mitra dagang China, seperti Brasil, Korea Selatan, dan Vietnam, untuk periode Januari 2020 telah menunjukkan penurunan volume ekspor-impor. Hal yang sama dia yakini juga akan terjadi di Indonesia.
”Meski Bea Cukai Indonesia belum merilis kinerja perdagangan Januari, sudah bisa dipastikan bahwa kita juga akan mengalami penurunan signifikan,” ujarnya.
Apabila durasi mewabahnya virus korona baru cukup panjang, pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan akan melambat 1 persen, dari 6 persen pada 2019 menjadi 5 persen pada 2020.
Sesuai kajian dampak perlambatan ekonomi China terhadap ekonomi Indonesia, perlambatan ekonomi China berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada di kisaran 4,7 persen-5 persen.
Perlambatan ekonomi China berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada di kisaran 4,7 persen-5 persen.
Peluang pengalihan ekspor
Namun, Kasan tetap optimistis. Masih ada peluang untuk mengalihkan impor barang modal dan meningkatkan ekspor Indonesia ke negara selain China. Negara di lingkup ASEAN masih menjadi potensi pasar yang besar untuk ekspor produk Indonesia dan impor barang modal.
”Selain Vietnam dan Myanmar, pasar nontradisional di Asia Selatan seperti India juga perlu segera dimanfaatkan lantaran berpotensi menorehkan nilai yang besar apabila jumlah negaranya banyak,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menambahkan, salah satu faktor yang dapat memengaruhi perlambatan ekonomi Indonesia adalah menurunnya investasi berbentuk penanaman modal asing (PMA).
”China saat ini tercatat menjadi negara kedua dengan investasi asing terbesar di Indonesia setelah Singapura. Aliran PMA jelas akan terganggu oleh biaya penanggulangan untuk menghentikan wabah virus korona,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), negara investor terbesar di Indonesia sepanjang 2019 adalah Singapura. Padahal, nilai investasi negara ini menurun pada 2019 menjadi 6,5 miliar dollar AS dari posisi 2018.
Kenaikan terjadi pada nilai investasi China di Indonesia, dari 2,4 miliar dollar AS pada 2018 menjadi 4,7 miliar dollar AS pada 2019. Sementara di urutan ketiga, nilai investasi dari Jepang melorot dari posisi 2018 sebesar 4,95 miliar dollar AS menjadi 4,31 miliar dollar AS pada 2019.
Faisal menilai pembenahan terhadap sistem perdagangan domestik juga perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi di dalam negeri. Hal tersebut tentu akan menjaga pergerakan ekonomi dalam negeri dari perlambatan.
”Kita bisa mencontoh Thailand yang memberi insentif moneter untuk industri karet di dalam negeri agar bahan baku domestik bisa terserap di dalam negeri,” ujarnya.
Kita bisa mencontoh Thailand yang memberi insentif moneter untuk industri karet di dalam negeri agar bahan baku domestik bisa terserap di dalam negeri.
Selain ekspor dan impor, lanjut Kasan, pembenahan terhadap sistem perdagangan domestik juga perlu dilakukan untuk menjaga stabilitas sektor industri dalam negeri sehingga tetap memberikan dorongan pada pertumbuhan ekonomi.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur PT Girin Kriya Utama Haris Chandra mengaku sulit mendapatkan pasar ekspor produk kriya sebesar China. Terlebih persyaratan ekspor pasar negara lain seperti Uni Eropa dan AS cukup ketat karena terkait lingkungan.
Namun, Haris yang juga menjabat Wakil Ketua Kadin Komite China menilai penyebaran virus korona baru di China tidak selalu berdampak negatif. Salah satu dampak positif dari kondisi saat ini adalah penguatan rantai pasok domestik secara alami.
”Memperbaiki rantai pasok dalam negeri tidak cukup sehari atau dua hari, harus ada tekad yang kuat. Hambatan ini akan membuat kita mengidentifikasi kekurangan apa saja yang mesti kita benahi,” ujarnya.