Penyebaran virus korona juga berdampak terhadap lalu lintas barang. China adalah mitra dagang utama Indonesia. Kontribusi ekspor Indonesia ke China mencapai 16,8 persen atau senilai 37,9 miliar dollar AS
Oleh
Karina Isna Irawan/Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pemerintah menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi dampak ekonomi atas penyebaran virus korona tipe baru. Kebijakan itu bertujuan menjaga pertumbuhan ekonomi tahun ini tetap mencapai 5,3 persen.
Berdasarkan kajian Kementerian Koordinator Perekonomian, kondisi darurat kesehatan global akibat merebaknya virus korona tipe baru bisa membuat pertumbuhan ekonomi RI berkurang 0,1-0,3 persen dalam enam bulan. Dampak ini dihitung dari sampel data pergerakan orang, barang, dan uang Indonesia-China selama pekan pertama penyebaran virus ini.
Menurut Sekretaris Menteri Koordinator Perekonomian Susiwijono Moegiarso, China merupakan mitra utama Indonesia pada jalur transmisi melalui orang, barang, dan uang. ”Terobosan kebijakan tengah disiapkan untuk mengantisipasi dampak ekonomi atas penyebaran virus korona. Pertumbuhan ekonomi tetap dijaga sesuai target 5,3 persen pada 2020,” kata Susiwijono dalam diskusi tentang ancaman virus korona bagi ekonomi Indonesia di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Dampak virus korona terhadap lalu lintas orang berdampak pada pariwisata Indonesia. Nilai belanja wisatawan China di Indonesia rata-rata 1.385 dollar AS per kunjungan. Penurunan kunjungan wisatawan juga bisa terjadi dari 28 negara yang warganya ada yang terinfeksi virus korona.
Penyebaran virus korona juga berdampak terhadap lalu lintas barang. China adalah mitra dagang utama Indonesia. Kontribusi ekspor Indonesia ke China mencapai 16,8 persen atau senilai 37,9 miliar dollar AS. Adapun 74 persen impor asal China berupa bahan baku dan barang modal untuk keperluan industri pengolahan.
Susiwijono mengatakan, sejauh ini pemerintah hanya membatasi impor binatang hidup dari China. Pembatasan ini tidak akan berdampak signifikan terhadap neraca dagang karena nilainya hanya 231.000 dollar AS atau 0,001 persen dari total impor asal China. Tidak ada pembatasan impor untuk produk pertanian, makanan, dan minuman.
Sementara itu, anggota Dewan Pengawas yang juga Mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), Asnawi Bahar, menilai kebijakan larangan perjalanan dari Indonesia menuju China ataupun sebaliknya mesti diisi dengan upaya meningkatkan perjalanan wisatawan Nusantara. ”Arus wisatawan secara dunia berkurang, yang perlu digenjot wisatawan domestik,” kata Asnawi seusai konferensi pers Asita Wise Travel Fair 2020 di Jakarta, Rabu.
Wisman asal Malaysia punya potensi mengisi kekosongan kunjungan wisata yang ditinggalkan wisman asal China.
Untuk menggenjot peningkatan jumlah wisatawan dalam negeri, tambah Asnawi, pemerintah perlu memberi subsidi atas harga tiket penerbangan domestik. Hal ini untuk menjaga agar perputaran konsumsi masyarakat tetap terjaga di dalam negeri, alih-alih menghabiskannya di destinasi wisata mancanegara.
Wakil Menteri Pariwisata Angela Tanoesoedibjo menyampaikan, Kemenpar tengah menyiapkan sejumlah insentif untuk menggenjot tingkat kunjungan destinasi wisata domestik. Kemenpar juga berupaya mencari negara sumber wisatawan baru. ”Wisman asal Malaysia punya potensi mengisi kekosongan kunjungan wisata yang ditinggalkan wisman asal China. Kami akan coba kembangkan potensi itu,” ujarnya. Pada 2019, jumlah kunjungan wisatawan asal Malaysia mencapai 2,98 juta orang atau sekitar 18,51 persen dari total jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia.