Susun Strategi untuk Optimalkan Wisatawan Domestik
Pariwisata merupakan sektor yang kena dampak paling awal dari merebaknya virus korona tipe baru. Banyak wisatawan yang menunda perjalanan. Kondisi ini mesti disikapi segera.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perjalanan wisata domestik mesti didorong untuk menghadapi gejolak di sektor pariwisata. Gejolak ini terjadi akibat wisatawan menunda perjalanan setelah virus korona tipe baru merebak.
Anggota Dewan Pengawas yang juga mantan Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita), Asnawi Bahar, menilai kebijakan larangan perjalanan dari Indonesia menuju China serta sebaliknya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan minat masyarakat Indonesia mengunjungi destinasi dalam negeri.
”Arus wisatawan secara dunia berkurang. Yang perlu digenjot wisatawan domestik,” kata Asnawi seusai konferensi pers Asita Wise Travel Fair 2020 di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Sejumlah negara, termasuk Indonesia, memberhentikan penerbangan menuju dan dari China akibat virus korona tipe baru. Pemerintah China juga melarang warganya bepergian dari China.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ada 16,107 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada 2019. Dari jumlah itu, 2,072 juta kunjungan wisatawan berasal dari China.
Adapun tingkat rata-rata pengeluaran per kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia sekitar 1.400 dollar AS per kunjungan. Artinya, dari rata-rata 2 juta kunjungan per tahun, Indonesia berpotensi kehilangan devisa pariwisata hingga 2,8 juta dollar AS secara langsung.
Untuk menggenjot peningkatan jumlah wisatawan dalam negeri, kata Asnawi, pemerintah perlu menyubsidi harga tiket penerbangan domestik. Hal ini untuk menjaga agar perputaran uang konsumsi masyarakat tetap terjaga di dalam negeri, alih-alih menghabiskannya di destinasi wisata mancanegara.
”Saat ini hampir semua maskapai menjual rute penerbangan ke luar negeri dengan harga lebih murah ketimbang penerbangan domestik. Kondisi ini bisa membuat jumlah perjalanan dalam negeri berkurang,” kata Asnawi.
Sementara itu, Ketua Asita Nunung Rusmiati mengatakan, pada awal tahun ini industri perjalanan wisata nasional telah menanggung kerugian yang cukup besar akibat pembatalan penerbangan dari China menuju Indonesia. Di sisi lain, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi industri pariwisata lokal.
Selain itu, kata Nunung, industri pariwisata nasional juga memiliki peluang untuk menangkap potensi wisatawan dari sejumlah negara yang tidak bisa mengunjungi China karena Indonesia masih berstatus aman dari virus korona.
”Kami, asosiasi, sudah merancang paket-paket alternatif yang menarik dengan harga terjangkau baik bagi wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang ingin mengunjungi destinasi wisata di Indonesia,” ujarnya.
Insentif
Di tempat yang sama, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Herliani Tanoesoedibjo menyampaikan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tengah menyiapkan sejumlah insentif untuk menggenjot kunjungan destinasi wisata domestik.
Selain menggodok insentif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga tengah berupaya mencari negara-negara asal wisatawan mancanegara untuk mengantisipasi jika proses penanganan wabah virus korona berlangsung lebih dari satu tahun.
”Wisatawan asal Malaysia punya potensi untuk mengisi kekosongan kunjungan wisata yang ditinggalkan wisatawan asal China. Kami akan coba kembangkan potensi itu,” ujarnya.
Sepanjang 2019, jumlah kunjungan wisatawan asal Malaysia mencapai 2,98 juta orang atau sekitar 18,51 persen dari total jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Odo RM Manuhutu menambahkan, jumlah kunjungan wisatawan asal India dan Australia yang setiap tahun meningkat juga berpotensi menambal berkurangnya kunjungan wisatawan asal China.
Selain melakukan promosi, langkah untuk pengembangan infrastruktur wisata di destinasi nasional juga harus terus berlanjut. Upaya ini terutama dilakukan pada sejumlah destinasi yang menjadi tujuan wisatawan China, seperti Manado dan Kepulauan Riau.
”Saya contohkan kota Paris di Perancis. Tanpa perlu ada promosi yang berlebihan, setiap tahun kota itu pasti dikunjungi puluhan juta wisatawan mancanegara karena pengembangannya sebagai destinasi wisata sudah baik,” ujarnya.