Awak Kabin Pesawat Juga Butuh Perlindungan dari Virus Korona
Perlindungan kesehatan awak kabin juga diperlukan di tengah isu merebaknya virus korona. Sejauh ini, awak kabin baru diperbolehkan memakai masker setelah tidak bertugas.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Awak kabin pesawat juga mengharapkan perlindungan diri dari penularan virus korona atau Covid-19. Terlebih, mereka dituntut bisa mengenali gejala-gajala Covid-19 yang kemungkinan dialami penumpang.
Ketua Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (Ikagi) Zaenal Muttaqin mengungkapkan, pada awal merebaknya virus korona di Asia, para awak kabin Garuda Indonesia tidak dapat menggunakan masker di dalam pesawat. Mereka terganjal aturan yang berlaku di perusahaan.
”Dulu ada semacam aturan yang menyebabkan teman-teman tidak bisa memakai masker di dalam kabin karena dikhawatirkan berpengaruh pada performa,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (14/2/2020).
Para awak kabin hanya diperkenankan memakai masker setelah turun dari pesawat hingga tiba di hotel masing-masing, begitu juga sebaliknya untuk rute yang berlawanan. Akan tetapi, sejak pertemuan Ikagi dengan Direksi Garuda Indonesia pada 30 Januari 2020, aturan tersebut dinyatakan tidak berlaku.
Frans Hendrawan Panjaitan, salah seorang awak kabin Garuda Indonesia, mengaku hingga kini belum mendapatkan arahan untuk menggunakan masker di pesawat. Penggunaan masker sebelumnya hanya diwajibkan bagi kru yang melayani rute penerbangan dari dan ke China.
”Saya sekarang melayani rute Denpasar-Jeddah dan belum mendapatkan arahan. Kami tergantung pimpinan. Kalau diizinkan memakai masker, kami akan pakai semua,” katanya.
Menurut Frans, kru maskapai lain yang melayani rute ke Jeddah sebagian besar sudah memakai masker. Bahkan, kewaspadaan ini juga terlihat saat beberapa maskapai menawarkan makanan kepada penumpang tanpa berinteraksi, tetapi melalui gambar.
Frans yakin, dalam kondisi seperti saat ini, semua kru berharap dapat mengenakan masker di dalam pesawat. Sebab, selama ini mereka waswas jika ada penumpang yang memiliki riwayat penerbangan dari China, Hong Kong, dan negara lain yang terdapat pasien Covid-19.
Menurut dia, perusahaan juga meminta para awak kabin untuk mengenali gejala-gejala Covid-19 yang mungkin dialami oleh penumpang. ”Seharusnya dalam kondisi seperti ini, perusahaan memberikan izin kami untuk mengenakan masker,” ujarnya.
Sementara itu, pesawat Garuda Indonesia dengan penerbangan GA 858 yang sebelumnya membawa J, pasien asal China yang positif terinfeksi Covid-19, telah disemprot dengan cairan disinfektan. Frans mengatakan, semua perlengkapan dalam pesawat tersebut juga sudah dimusnahkan.
”Para kru setahu saya tidak ada yang diperiksa. Tetapi, setiap terbang, kami ada pengecekan kesehatan dulu,” katanya.
Menurut Zaenal, perlindungan bagi awak kabin sama pentingnya dengan perlindungan bagi penumpang. Selama ini awak kabin diminta mengamati para penumpang yang memiliki gejala-gejala Covid-19, sedangkan mereka tidak memakai alat pelindung.
”Kami berharap, apa pun kebijakan pemerintah untuk mencegah penyebaran virus korona harus menjadi kebijakan semua maskapai,” katanya.
Corporate Communication Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya pencegahan untuk penerbangan dari dan ke China. Untuk di dalam kabin, mereka menyemprotkan cairan disinfektan.
”Kami juga menyediakan dan mengarahkan kru untuk memakai masker, sarung tangan, dan cairan pembersih tangan,” katanya.
Diperlakukan sama
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Soekarno-Hatta, Annas Ma’ruf, mengatakan, awak kabin pesawat yang melakukan penerbangan dari negara terjangkit Covid-19 akan mendapatkan mekanisme pengecekan yang sama dengan penumpang. Mereka mendapatkan pemindaian suhu tubuh setidaknya sebanyak dua kali.
”Meski penerbangan dari dan ke China dihentikan sementara, pemerintah tetap mewaspadai rute-rute penerbangan dari Makau, Hong Kong, dan Taiwan,” ujarnya.
Pemindaian suhu tubuh kepada awak pesawat dan penumpang dari ketiga rute tersebut dilakukan saat mereka masih berada di dalam pesawat. Adapun proses pemindaian yang kedua dilakukan secara massal saat melintas di gerbang kedatangan.
Sementara itu, sejak 3 Februari 2020, Kantor Kesehatan Pelabuhan juga melakukan pemindaian yang sama kepada penumpang pesawat yang mendarat dari negara yang terdapat pasien positif Covid-19. Namun, pemindaian secara personal hanya dilakukan di Terminal 2F.
”Di Terminal 3, mereka tetap dipindai secara massal sebanyak dua kali saat melewati gerbang 6 dan gerbang 8,” ujar Annas.
Tidak hanya itu, awak kabin pesawat juga diberikan kartu kewaspadaan kesehatan seperti penumpang. Kartu tersebut dibagikan di dalam pesawat dan akan disobek oleh petugas sebelum keluar dari zona kekarantinaan.
Menurut Annas, ada beberapa fungsi kepemilikan kartu kewaspadaan kesehatan tersebut. Pertama, sebagai bukti telah mendapatkan pemindaian sehingga dikategorikan sehat saat di bandara. Kedua, untuk memonitor kesehatan pemegang kartu selama 14 hari ke depan.
Fungsi yang ketiga adalah sebagai informasi kepada dokter bahwa pasien telah melakukan perjalanan dari negara terjangkit sehingga pemeriksaan akan dilakukan secara detail. Keempat, kartu tersebut juga bisa berlaku sebagai media penyuluhan karena terdapat penjelasan tentang Covid-19 dan cara penularannya.
Menurut Annas, setiap maskapai memiliki kewenangan masing-masing untuk mendeteksi gejala Covid-19 pada penumpang. Ia berharap semua maskapai sudah menggunakan thermo gun untuk memindai suhu tubuh setiap penumpang di pesawat.
”Jika itu dilakukan, akan sangat bagus. Beberapa maskapai yang kami temui belum melakukan itu, tetapi kami akan cek kembali,” ujarnya.
Selain itu, Annas mengatakan, setiap pesawat yang mendarat juga sudah memiliki standar baku untuk menyerahkan Health Part Aircraft of General Declaration (HPAGD) kepada otoritas bandara. HPAGD berisi pernyataan pilot tentang jumlah kru dan penumpang, ada/tidaknya penumpang sakit, dan pengendalian vektor menggunakan gas di dalam kabin.
Sementara itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan setiap minggu mengeluarkan laporan mingguan yang di dalamnya, antara lain, berisi tentang perkembangan penyakit yang sedang diwaspadai. Diharapkan, dengan adanya laporan tersebut, para pilot dan kru kabin dapat mengenali tanda-tandanya.
”Tidak memungkinkan jika mengumpulkan kru, tetapi kami sampaikan secara berkala melalui manajer stasiun mereka masing-masing,” kata Annas.