THE RIDE merupakan wujud kejelian menciptakan peluang dari sebuah masalah perkotaan, yaitu kemacetan. Kemacetan tak selamanya harus disesali, tetapi bisa menjadi saat untuk sebuah atraksi yang menghasilkan uang.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
Suatu sore pada akhir Januari 2020, jalanan di Manhattan, Kota New York, Amerika Serikat, disesaki oleh kendaraan pribadi dan angkutan umum. Perjalanan sekitar 7 kilometer ditempuh selama 1 jam 15 menit dengan bus besar yang bertuliskan THE RIDE di badan bus. Ya, THE RIDE adalah sebuah atraksi menikmati kemacetan di salah satu megapolitan paling kesohor di dunia.
Kompas, bersama sejumlah jurnalis Asia Tenggara, berkesempatan menjajal THE RIDE tersebut. Bus THE RIDE ditata sedemikian rupa. Ada tiga baris kursi yang seluruhnya menghadap ke sisi kiri bus. Mirip tatanan kursi di stadion sepak bola, yakni bertingkat. Separuh bagian atas sisi kiri bus dan bagian atap berupa kaca transparan.
Diramaikan dua pemandu di dalam bus, perjalanan THE RIDE terasa seru dan menyenangkan. Apalagi, kedua pemandu sangat interaktif dan mampu melontarkan lelucon segar yang bisa membuat suasana dalam bus penuh gelak tawa. Laju bus dengan kecepatan sekitar 6 kilometer per jam pun menjadi terasa singkat.
Belum semenit saat semua penumpang menduduki kursi masing-masing, pemandu mengingatkan agar penumpang tak lupa memasang sabuk keselamatan. Setelah beberapa detik kebingungan mencari sabuk, kedua pemandu lantas mengucapkan maaf lantaran sabuk keselamatan sesungguhnya tak tersedia. Sebagian penumpang tertawa, sebagian lagi tersenyum kecut.
Sepanjang perjalanan, dua pemandu tak pernah berhenti bicara. Mereka menjelaskan rupa-rupa gedung yang dilalui sepanjang perjalanan, seperti The Chrysler Building, Grand Central Terminal, Bryant Park, atau Times Square. Cerita diawali dari sejarah hingga perkembangan paling kini. Belum cukup, enam layar televisi yang terpasang di dinding bus memberi tambahan fakta singkat untuk penumpang.
Lantaran bersifat hiburan, penjelasan fakta singkat tersebut tentu disajikan dengan balutan humor. Misal, saat narator dalam televisi menjelaskan taksi di New York dengan warna kuning yang khas, ia menyinggung jumlah taksi. Fakta, berapa jumlah taksi di jalanan kota New York? 15.000 unit. Berapa jumlah taksi yang ada saat diperlukan? Nol unit.
Selain disuguhi papan reklame elektronik raksasa, penumpang juga dihibur artis jalanan.
Tak hanya itu, selain banyak disuguhi papan reklame elektronik raksasa, penumpang THE RIDE juga dihibur artis jalanan. Tiba-tiba, seseorang yang duduk diam di tepi trotoar menyanyi rap khas Amerika. Suaranya terdengar jelas lewat pelantang di dalam bus. Pemandu juga berkomunikasi dengan artis tersebut lewat alat komunikasi yang suaranya dilantangkan di dalam bus.
Selain rapper, artis jalanan lainnya adalah pemain saksofon, penari balet, dan break dancer. Semua beraksi di atas trotoar atau di taman kecil di persimpangan jalan. Sesekali, penumpang diajak bernyanyi bersama pemandu.
THE RIDE adalah wujud kejelian menciptakan peluang dari sebuah masalah perkotaan, yaitu kemacetan. Dengan memanfaatkan potensi dari aset kota besar, seperti gedung bersejarah, nama jalan yang punya riwayat besar, ataupun gedung baru nan modern, semua dikemas apik dalam kreativitas bernama improvisasi. Nyatanya, kemacetan tak selamanya harus disesali, tetapi bisa menjadi saat untuk sebuah atraksi yang menghasilkan uang.
Tiket seharga 69 dollar AS per orang atau setara hampir Rp 1 juta, dengan jumlah penumpang dalam bus rata-rata 30 orang, maka pemasukan THE RIDE tak bisa dibilang kecil. Tinggal dikalikan berapa kali bus beroperasi dalam sehari, seminggu, hingga sebulan. Boleh jadi, bisnis THE RIDE untuk megapolitan seperti New York adalah bisnis ”recehan”. Namun, ini bukan soal dapat berapa. Kejelian memanfaatkan peluang dari sebuah masalah adalah nilai utamanya.
Jakarta, dan kota-kota lain di Indonesia, seperti Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Makassar, belum mampu keluar dari masalah klasik: macet parah. Polusi udara, waktu terbuang percuma, hingga soal kecelakaan lalu lintas adalah turunannya. Di tengah transportasi publik yang belum sepenuhnya bisa diandalkan, atraksi macet adalah ”berkah” dari sebuah masalah.