Kinerja PT Pegadaian (Persero) pada 2019 menunjukkan perannya dalam meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pegadaian (Persero) memiliki 13,86 juta nasabah pada akhir tahun 2019. Jumlah ini meningkat 30,3 persen dibandingkan dengan akhir 2018 yang sebanyak 10,64 juta orang.
Peningkatan nasabah ini menjadi indikator kontribusi Pegadaian dalam perkembangan inklusi keuangan.
”Kami pelan-pelan mengedukasi (nasabah). Kami juga melayani nasabah di daerah rural, khususnya dalam produk tabungan emas Pegadaian, nasabah sebelumnya tidak memiliki rekening bank,” kata Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) Kuswiyoto dalam konferensi pers paparan kinerja di Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Nasabah tabungan emas Pegadaian per akhir 2019 sebanyak 4,6 juta orang atau melonjak dari 1,7 juta orang pada 2018. Akumulasi saldo tabungan emas yang dikelola Pegadaian meningkat dari 2,1 ton pada 2018 menjadi 4,3 ton pada 2019.
Indikator lain adalah pertumbuhan jumlah nasabah pengguna aplikasi ponsel Pegadaian berbasis teknologi digital. Dibandingkan dengan 2018, jumlah nasabah pengguna aplikasi ponsel tumbuh 375 persen menjadi 2,05 juta pengguna pada akhir 2019.
Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian (Persero) Teguh Wahyono menambahkan, peran Pegadaian pada inklusi keuangan berkaitan dengan memberikan akses pinjaman pada nasabah. ”Masyarakat bisa mendapatkan akses pinjaman ke industri keuangan, termasuk yang bersifat nonperbankan,” katanya.
Sementara, dosen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menyatakan, kenaikan jumlah nasabah Pegadaian berkontribusi pada perkembangan inklusi keuangan nasional. ”Secara sederhana, inklusi keuangan berarti masyarakat memiliki akses pembiayaan yang bersifat legal,” katanya saat dihubungi.
Pertumbuhan laba
Pegadaian membukukan pertumbuhan laba bersih 12 persen secara tahunan menjadi Rp 3,1 triliun per akhir 2019. Penyaluran pembiayaan Pegadaian juga tumbuh 10,8 persen menjadi Rp 145,6 triliun.
Rasio kredit macet (non-performing loans/NPL) bruto 1,75 persen pada 2019. Lana berpendapat, kinerja Pegadaian sebagai pelaku industri keuangan nonbank tergolong sehat.
Menurut Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Pegadaian (Persero) Ninis K Adriani, pertumbuhan kinerja korporasi pada 2019 dipengaruhi sinergi bisnis dengan sejumlah mitra. Tahun lalu, Pegadaian juga menjalin kerja sama dengan Tokopedia dan Blibli dalam menyalurkan sejumlah layanannya.
Ninis memaparkan, target pertumbuhan laba bersih pada 2020 minimal 10 persen. Target pertumbuhan pinjaman pada tahun ini 17-18 persen. Nasabah Pegadaian secara keseluruhan diharapkan bertambah 2,2 juta orang.
Tahun ini, Pegadaian mengalokasikan belanja modal Rp 1 triliun untuk tanah, bangunan, dan pengadaan teknologi informasi. ”Kami juga tengah mengajukan izin untuk menerbitkan obligasi berkelanjutan sebanyak Rp 10 triliun untuk 2 tahun ke depan,” kata Ninis.
Dari sisi segmentasi bisnis, jasa gadai porsinya 80 persen, sedangkan nongadai 20 persen. Pada 2019, bisnis gadai tumbuh 15,4 persen secara tahunan menjadi Rp 40,3 triliun, sedangkan bisnis nongadai tumbuh 69,3 persen menjadi Rp 10,1 triliun.
Kuswiyoto menargetkan, komposisi segmentasi bisnis menjadi 60 persen di gadai dan 40 persen di nongadai pada 2023. ”Kami akan tetap fokus pada bisnis inti korporasi, yakni di jasa gadai,” katanya. (JUD)