Mewabahnya virus korona jenis baru menurunkan jumlah pemesanan kamar dan agenda MICE. Namun, pasar domestik masih diharapkan dapat menyelamatkan kinerja industri hotel pada tahun ini.
Oleh
ERIKA KURNIA/SHARON PATRICIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mewabahnya virus korona jenis baru mengakibatkan turunnya jumlah pemesanan kamar dan agenda pertemuan, insentif, konvensi, dan ekshibisi (MICE). Meski demikian, pasar domestik masih diharapkan dapat menyelamatkan kinerja industri hotel pada tahun ini.
General Manager Novotel Jakarta Gajah Mada, Christiaan Jones, mengatakan, selama Februari ini terjadi penurunan signifikan pada jumlah kunjungan tamu asal China dan negara lain yang terdampak, seperti Singapura, Malaysia, dan Taiwan.
”Tamu asal China, yang memesan kamar melalui channel kami atau agen perjalanan online di sana, turun. Februari sampai tanggal 13 kemarin hanya 80-an orang. Padahal tahun lalu sampai 242 orang,” katanya kepada Kompas, Jumat (14/2/2020).
Tidak hanya kunjungan tamu, kegiatan MICE juga banyak dibatalkan atau ditunda oleh penyelenggara dari luar negeri. Hal itu juga dialami Fairmont Hotel, di Senayan, Jakarta, yang merupakan hotel bintang lima dengan segmen bisnis.
”Kalau dari segi bisnis, pasti terdampak. Untuk itu, kami sebijak mungkin menghadapinya. Kami tetap berusaha menegosiasi agar acara itu dipertimbangkan lagi untuk dipindah tanggal dan sebagainya,” kata Marketing Communications Manager Fairmont Hotel Malinda Yasmin, yang dihubungi secara terpisah.
Sebagai bentuk simpati akibat wabah penyakit bernama resmi Covid-19 itu, Fairmont Hotel membebaskan pemesan atas pembatalan pemesanan acara MICE dan penginapan dari biaya tambahan.
Strategi demikian dilakukan manajemen hotel lain, seperti Mercure Hotel Jakarta Cikini, untuk menjaga keberlangsungan bisnis. Lisa Sanjoyo, selaku General Manager, mengatakan, pihaknya juga berusaha mempertahankan pasar domestik yang tidak terlalu terguncang akibat wabah tersebut.
Pasar domestik saat ini menjadi tumpuan hotel-hotel dalam negeri, termasuk Artotel. Direktur Marketing Artotel Yulia Maria menyatakan, tingkat okupansi hotel mereka masih di atas 60 persen, baik di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Malang, Surabaya, maupun Bali.
”Aman-aman saja (tingkat okupansi) karena pasar kami lebih banyak domestik. Bahkan okupansi hotel kami di Sanur dan Ubud bagus karena tamu kami dari domestik dan Eropa,” kata Yulia.
Atas dampak penyebaran virus korona, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pariwisata Kosmian Pudjiadi mengharapkan agar pemerintah meningkatkan kegiatan MICE di hotel. Partisipasi itu dinilai dapat menjadi lokomotif kunjungan wisatawan Nusantara.
”Jauh lebih baik apabila dilakukan di daerah tujuan wisata yang sedang dikembangkan atau baru terkena bencana, misalnya Lombok dan Anyer,” katanya.
Selain itu, pelaku industri, pemerintah, serta masyarakat secara keseluruhan perlu juga menghilangkan dampak psikologis akibat virus korona.
”Kampanye safe travelling airplane ataupun kereta api dapat dilakukan untuk menyelamatkan rantai manajemen hotel agar tidak berdampak buruk bagi industri,” kata Kosmian.
Akibat penyebaran virus korona diperkirakan menurunkan 6,3 juta kunjungan atau 19 juta roomnights (kamar per malam) dari total kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di 2019.
Total kunjungan wisman pada 2019 sebanyak 16 juta kunjungan. Adanya wabah ini diproyeksikan mengurangi kedatangan sampai hanya 10 juta kunjungan.