Bea Cukai Gandeng IBM Adopsi ”Blockchain" untuk Urusan Kepabeanan
”Blockchain”, teknologi yang dipopulerkan oleh mata uang kripto Bitcoin, akan diterapkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam administrasi kepabeanan. Lalu lintas barang dijanjikan lebih efisien dan transparan.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan memulai kerja sama dengan raksasa teknologi IBM untuk menerapkan teknologi blockchain dalam administrasi kepabeanan. Lalu lintas barang antarnegara dijanjikan lebih efisien dan transparan sehingga dapat meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global.
Kerja sama tersebut diumumkan pada Selasa (18/2/2020) di Jakarta oleh Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai Kementerian Keuangan Agus Sudarmadi dan Presiden Direktur IBM Indonesia Tan Wijaya.
Ditjen Bea dan Cukai akan menerapkan platform ”IBM TradeLens” yang menggunakan teknologi blockchain untuk menangani pertukaran dokumen kepabeanan dengan seluruh stakeholder logistik antarnegara.
”Solusi blockchain ini menyederhanakan proses perdagangan, membuat proses dokumentasi lebih otomatis, serta meningkatkan kerja sama dan komunikasi antarpihak,” kata Agus dalam acara IBM Digital Transformation Summit 2020 di Jakarta.
Agus mengatakan, penggunaan IBM TradeLens dipercaya dapat memotong ongkos logistik (logistics cost) dan meningkatkan daya saing Indonesia di Asia Tenggara. ”Logistics cost kita itu tinggi, 25 persen (dari GDP). Padahal, contohnya di Malaysia saja itu hanya 10-15 persen,” kata Agus. Namun, ia belum bisa memperkirakan seberapa besar IBM TradeLens akan berkontribusi pada upaya penurunan ongkos logistik di Indonesia.
Solusi blockchain ini menyederhanakan proses perdagangan, membuat proses dokumentasi lebih otomatis, serta meningkatkan kerja sama dan komunikasi antarpihak.
Berdasarkan Logistics Performance Index (LPI) 2018 yang dipublikasikan Bank Dunia, Indonesia berada di posisi 46 dunia dan kelima di kalangan negara-negara ASEAN; tertinggal dibandingkan Singapura (peringkat ke-7), Thailand (32), Vietnam (39), dan Malaysia (41).
LPI dihitung dengan mempertimbangkan sejumlah komponen, seperti efisiensi instansi kepabeanan, kualitas infrastruktur perdagangan dan transportasi, serta ketepatan waktu dan kemampuan pelacakan pengiriman barang.
Performa logistik Indonesia juga berkontribusi pada peringkat Indeks Ease of Doing Busines 2020. Dalam indeks yang menunjukkan kemudahan berusaha tersebut, Indonesia masih tertinggal dibandingkan empat negara yang sama; Indonesia berada di posisi 73 dunia dengan skor 69,6, di bawah Singapura (2), Malaysia (12), Thailand (21), dan Vietnam (70).
Presiden Direktur IBM Indonesia Tan Wijaya mengatakan, IBM TradeLens memungkinkan pihak yang berwenang langsung menerima data pengiriman barang sesaat sesudah kontainer meninggalkan pelabuhan keberangkatan.
Hal ini akan memberikan Ditjen Bea dan Cukai lebih banyak waktu mempersiapkan penerimaan pengiriman barang. Dengan sistem blockchain, penipuan ataupun pemalsuan dokumen juga dapat dicegah.
Berbeda dengan sistem konvensional, lokasi data pada sistem blockchain tidak terpusat pada satu server, tetapi terdistribusi kepada setiap komputer yang terlibat dalam ekosistem blockchain tersebut. Dengan demikian, data yang tersimpan tidak dapat diubah satu pihak saja. Setiap perubahan yang diotorisasi pun langsung diketahui semua pihak.
”Dengan menggunakan blockchain ini, kan prosesnya selalu bisa dilihat penghuni ekosistem. Kalau ada upaya fraud, itu akan dilihat banyak orang,” kata Tan.
Berdasarkan data IBM, nilai perdagangan global adalah 18 triliun dollar AS per tahun, di mana sekitar dua pertiganya diangkut melalui kapal kargo kontainer. IBM memperkirakan, penanganan administrasi perdagangan secara manual menggunakan kertas menghambat potensi pertumbuhan hingga 15 persen.
Tan mengatakan, IBM TradeLens adalah hasil kolaborasi antara IBM dan raksasa logistik dunia asal Denmark, AP Møller-Maersk.
Managing Director Indonesa dan Filipina AP Møller-Maersk Erry Hardianto mengapresiasi langkah Ditjen Bea dan Cukai mengadopsi platform IBM TradeLens.
”Saya pun sangat yakin Direktorat Jenderal Bea dan Cukai akan menjadi agen perubahan, yang membawa efisiensi dan transparansi perdagangan ke tahap selanjutnya di Indonesia,” kata Erry melalui keterangan tertulis.