PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi berbagai kondisi, termasuk kondisi akibat penyebaran Covid-19.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memutuskan akan lebih hati-hati dalam ekspansi tahun ini. Perseroan menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi situasi terburuk, termasuk efek negatif penyebaran virus korona tipe baru.
Hal itu disampaikan Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo dalam konferensi pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan BNI, di Jakarta, Kamis (20/2/2020). Pihaknya menyiapkan beberapa strategi untuk menghadapi situasi terburuk.
”Pada dasarnya kami akan melakukan ekspansi. Namun, ekspansi yang prudent, terutama di sektor-sektor yang terdampak. Tetapi, kami tetap akan ekspansi,” ujarnya.
Anggoro menambahkan, BNI sudah mengkaji efek negatif penyebaran virus korona tipe baru terhadap sektor yang terkena dampak. Sektor-sektor itu antara lain manufaktur karena impor bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi dari China akan terganggu. Selain itu, sektor farmasi, kesehatan, dan kecantikan serta sektor pariwisata, penerbangan, dan perhotelan juga diperkirakan terganggu.
Tahun ini, BNI memperkirakan rasio kredit bermasalah (NPL) pada kisaran 2-2,2 persen. Perkiraan itu sudah mempertimbangkan dinamika eksternal dan internal, termasuk dampak negatif dari epidemi Covid-19. Sementara laba akan terus didorong agar tumbuh 10 persen.
Dividen
Berdasarkan laporan tahun buku 2019, pencapaian laba bersih perseroan sebesar Rp 15,38 triliun. Adapun dividen yang dibagikan sebesar 25 persen dari laba bersih atau Rp 3,85 triliun. Selebihnya, sebesar 75 persen dari laba bersih atau Rp 11,54 triliun digunakan sebagai saldo laba ditahan.
”Ke depan, kami butuh ruang untuk tetap tumbuh sehingga dividen yang dibagikan 25 persen sehingga laba ditahan lebih besar supaya kami tetap punya kemampuan untuk tumbuh,” ujar Anggoro.
RUPS BNI juga menetapkan perubahan susunan direksi dan komisaris. Agus DW Martowardojo ditetapkan sebagai komisaris utama atau komisaris independen, menggantikan Ari Kuncoro.
Di jajaran direksi, lima jabatan direksi dirombak. Herry Sidharta ditetapkan sebagai direktur utama menggantikan Achmad Baiquni. Selain itu, Direktur Manajemen Risiko Osbal Saragi Rumahorbo menggantikan Rico Rizal Budidarmo, Direktur TI dan Operasi YB Hariantono menggantikan Dadang Setiabudi, Direktur Keuangan Sigit Prastowo menggantikan Aryo Bimo, serta Direktur Human Capital dan Kepatuhan Bob Tyasika Ananta menggantikan Endang Hidayatullah. Adapun Direktur Tresuri dan Internasional dijabat Putrama Wahju Setyawan.
Anggoro mengemukakan, dengan perubahan susunan pengurus, kinerja BNI diharapkan terus tumbuh dengan baik dan berkelanjutan di masyarakat.
”Kami akan terus melanjutkan program kerja tahun 2020 dan penguatan dari segi implememtasi. Strategi diteruskan, tetapi implementasi kita perkuat supaya kami bisa mengatasi ketertinggalan dan penetrasi pasar lebih kuat. Persaingan semakin ketat. Namun, strategi sudah ada dan eksekusi diperbaiki,” katanya.
Secara terpisah di Bank Indonesia, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI pada tahun ini, dari kisaran 5,1-5,5 persen menjadi 5-5,4 persen. Revisi itu terutama berdasarkan pengaruh jangka pendek dari prospek pemulihan ekonomi dunia yang tertahan akibat epidemi Covid-19.
”Penyebaran ini memengaruhi perekonomian Indonesia melalui jalur pariwisata, perdagangan, dan investasi. Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat sumber, struktur, dan kecepatan pertumbuhan ekonomi, termasuk mendorong investasi melalui proyek infrastruktur dan implementasi RUU Cipta Kerja dan Perpajakan,” kara Perry.