Risiko pemutusan hubungan kerja yang meningkat akibat kian melesunya perekonomian menjadi momok bagi para karyawan, terutama bagi mereka yang sudah berusia 40 tahun ke atas. Untuk itu, dalam menghadapi sesuatu yang tak diinginkan, bukan hanya modal berupa uang, modal kemampuan pun menjadi penting disiapkan.
Berdasarkan kajian yang dilakukan TechCrunch, pemutusan hubungan kerja (PHK) pada awal 2020 merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya akibat perekonomian yang memburuk. Jumlah orang yang kehilangan pekerjaan pada 2019 mencapai 64.166 orang atau meningkat 351 persen dibandingkan tahun 2018 (Kompas, 1/2/2020).
Anne Dominic (44), karyawan swasta di perusahaan yang bergerak di bidang desain interior, menyadari, PHK bisa saja sewaktu-waktu terjadi. Ia pun terus mengembangkan kemampuan diri agar berkinerja lebih baik.
”Yang penting kita tetap bekerja sesuai dengan yang diharapkan perusahaan, sesuai dengan kompetensi. Bekerja lebih dari tuntutan yang dibebankan juga lebih baik asalkan masih ada korelasi dengan pekerjaan kita,” ucap Anne saat dihubungi, Jumat (21/2/2020).
Meski begitu, Anne tak menampik apabila PHK menyasar dirinya suatu saat nanti. ”Saya juga sebenarnya sedang mempersiapkan masa pensiun nanti. Yang terpikir saat ini, usaha make-up artist (MUA) karena usaha ini tidak akan habis dan jangka panjang,” katanya.
Begitu pun Kikih Darsono (49), karyawan swasta di Jakarta. Dalam menghadapi risiko PHK, Kikih menambah pengetahuan informal dari berbagai informasi terkait dengan bidang pekerjaan untuk meningkatkan kompetensi. ”Aktif dan reaktif terhadap strategi perusahaan terkini dengan menyesuaikan misi perusahaan juga penting,” ujarnya.
Baca juga : Risiko PHK Meningkat, Pekerja Milenial Bersiasat
Apabila terkena PHK, Kikih berencana untuk mencari lowongan dan melamar apa pun industrinya dengan skala prioritas berdasarkan pengalaman bekerja. Ia pun akan menggunakan kemampuannya dalam bidang operasional untuk mencari penghasilan.
Adriana Dwi Suryandari (48), pegawai di sebuah instansi, menyatakan akan menggunakan kemampuan atau keahlian lain apabila terkena PHK. Keahlian seperti memasak, merajut, atau bercocok tanam juga dapat dijadikan sebagai modal usaha.
”Saya suka merajut dan itu bisa dijual. Ada juga paguyuban purnakarya yang bisa jadi tempat untuk menjual barang-barang hasil rajutan. Jadi, ya, mau tidak mau, jika memang terkena PHK, kita harus siap,” kata Adriana.
Saran keuangan
Perencana keuangan Oneshildt Financial Planning, Andoko, menyarankan, karyawan yang terkena PHK, khususnya mereka yang berusia di atas 40 tahun, dapat menyimpan uangnya dalam aset finansial, baik deposito maupun obligasi. ”Jangan ditempatkan di tempat yang berisiko dahulu karena uang itu untuk biaya hidup sehari-hari, untuk ke depan,” ujarnya.
Kalaupun mau mencoba untuk berbisnis, hal itu dapat diawali dengan bisnis yang sesuai hobi. Namun, patut diingat bahwa usaha tidak langsung memberikan hasil. Ada proses yang harus dijalani dan tidak tertutup kemungkinan merugi.
Jika terkena PHK di atas umur 40 tahun, seseorang biasanya sulit melamar pekerjaan di perusahaan lain. Sebab, perusahaan umumnya lebih memilih tenaga kerja lebih muda yang notabene masih kuat secara fisik dan gajinya masih relatif rendah. Dengan demikian, pegawai yang terkena PHK di atas 40 tahun harus mempersiapkan diri untuk mencoba berwirausaha.
Perencana keuangan Tatadana Consulting, Tejasari Assad, juga menyarankan, sebelum mencoba berbisnis, yang pertama kali harus dilakukan adalah membenahi keuangan. Orang tersebut harus menyisihkan cadangan keuangan untuk kebutuhan keluarga, misalnya kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak untuk tiga hingga enam bulan ke depan.
Baca juga : Musim Gugur di Usaha Rintisan
Jenis bisnis, kata Tejasari, bisa yang sedang tren ataupun tidak. Apabila mencoba bisnis yang sedang tren, artinya harus siap dengan pesaing-pesaing yang juga sedang masuk dalam bisnis tersebut.
”Misalnya bisnis minuman kopi, pesaing kita tentu akan banyak sekali. Kalau kita enggak punya brand yang terkenal, kita akan bersaing harga. Orang akan melihat yang murah. Kalau yang murah, pasti jadinya harga semakin murah, untungnya lebih kecil. Ini kalau mengikuti bisnis yang sedang tren,” katanya.
Apabila mencoba bisnis yang sedang tidak tren, harus memiliki pengetahuan yang mumpuni untuk memulai bisnis. Dengan begitu, akan tahu bagaimana cara mengembangkan dan membuat bisnis berkembang.
Sementara bagi karyawan yang masih bekerja, kata Tejasari, artinya harus bekerja dengan baik supaya tidak menjadi sasaran terkena PHK .
”Mulailah mencari dan membekali diri dengan pelatihan-pelatihan yang bersertifikasi untuk menjadi modal sesuai keahlian yang enggak harus mahal. Yang penting ada ilmu yang bisa menjadi modal untuk mencari pekerjaan baru,” ucapnya.