Lampu Hijau Pembelian Saham Kembali Jadi Sentimen Positif
IHSG mulai membentuk ”candle hammer” atau pola pembalikan arah naik yang terbentuk dari sebuah tren turun. Diagram ini mengindikasikan terjadi perlawanan atas tekanan turun dalam pergerakan saham.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan otoritas membolehkan emiten membeli sendiri saham mereka yang harganya anjlok cukup menjadi sentimen positif bagi pasar modal. Meski begitu, otoritas tetap perlu mengembalikan kepercayaan investor terhadap pasar agar penurunan indeks tidak berlanjut.
Pada perdagangan Jumat (28/2/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,5 persen atau 82,99 poin ke level 5.452,7 sekaligus menjadi level terendah sejak Maret 2017. Bahkan sebelum jeda perdagangan sesi pertama kemarin, IHSG berada di level 5.288,37. Hal itu terjadi karena sentimen negatif investor akibat dampak virus korona baru (Covid-19).
Direktur PT Anugerah Megah Investama Hans Kwee menilai pelemahan signifikan bisa teratasi setelah adanya lampu hijau dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memperbolehkan emiten membeli kembali saham-saham (buyback) mereka.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi jual bersih senilai Rp 17,21 miliar, yang sekaligus menjadi net sell hari ketujuh berturut-turut. Jika diakumulasi sejak awal tahun, investor asing telah melepaskan kepemilikan saham total senilai Rp 4,72 triliun.
”Kebijakan buyback berhasil mendorong aksi pembelian di ujung sesi kedua perdagangan akhir pekan lalu sehingga emiten yang merasa harga sahamnya sudah murah untuk bisa membeli sahamnya di pasar,” ujarnya saat dihubungi Kompas, Minggu (1/3/2020).
Secara teknis, kata Hans, IHSG membentuk candle hammer atau pola pembalikan arah naik yang terbentuk dari sebuah tren turun. Ini mengindikasikan terjadi perlawanan atas tekanan turun dalam pergerakan saham.
Biarpun pola tersebut tidak sempurna, pergerakan IHSG memberikan indikasi kuat pada perdagangan jumat telah terjadi pembalikan arah dari tekanan penurunan. ”Pola pergerakan tersebut membuat kami melihat ada potensi IHSG mengalami penguatan di perdagangan awal pekan nanti,” ujarnya.
IHSG membentuk candle hammer atau pola pembalikan arah naik yang terbentuk dari sebuah tren turun. Ini mengindikasikan terjadi perlawanan atas tekanan turun dalam pergerakan saham.
Walau melihat terdapat tren penguatan IHSG di awal pekan depan, Hans mengingatkan, kecemasan pelaku pasar akibat penyebaran wabah Covid-19 masih akan menekan pasar global secara jangka menengah.
Tak hanya di Indonesia, bursa di global dan regional juga mengalami tekanan turun sepanjang pekan ini. Indeks utama Wall Street semua turun sepekan di mana dalam semingguan Dow Jones turun 12 persen, Indeks S&P 500 turun 11,5 persen dan Nasdaq terkoreksi 10,5 persen. Secara pekanan, kata Hans, ini merupakan kinerja terburuk sejak 2008.
”Penyebaran virus korona yang terjadi secara cepat di luar China menimbulkan kekhawatiran pada pasokan barang dan permintaan konsumen turun lebih besar dari estimasi sebelumnya,” kata Hans.
Di tengah kondisi tekanan terhadap pasar saham global, Hans berharap investor dapat memanfaatkan momentum untuk melakukan pembelian terhadap saham-saham big caps yang tengah terdiskon.
Sementara itu, analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, menilai otoritas pasar saham dan pemerintah saat ini dapat bahu-membahu memulihkan kepercayaan para pelaku pasar terhadap kondisi pasar saham di Indonesia.
”Penurunan performa indeks ini belum terlalu membutuhkan suntikan insentif dari pemerintah karena data ekonomi tidak cukup untuk memperbaiki persepsi negatif investor akibat permasalahan di pasar modal dalam negeri,” ujarnya.
Sepanjang 2019 tercatat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menyuspensi 37 manajer investasi. Aksi ini merupakan buntut dari sejumlah kasus gagal investasi yang menimpa sejumlah industri keuangan nonbank.
Jika pemerintah hanya fokus untuk menyiapkan insentif tanpa dibarengi dengan upaya penyelesaian masalah yang ada, pelaku pasar hanya akan memanfaatkannya momentum kenaikan indeks untuk melakukan aksi ambil untung.
Reza berharap pemerintah memiliki sikap tepat dan rencana penanggulangan masalah yang dapat menyelesaikan sejumlah persoalan yang saat ini masih melilit industri pasar modal. Pemulihan kepercayaan dengan cepat dinilai akan mampu kembali mendorong angka IHSG kembali naik.
”Akan lebih baik bila ada inisiatif dari otoritas untuk menyampaikan langsung kepada para investor terkait perkembangan dan proyeksi dari upaya penyelesaian permasalahan di pasar modal,” ujarnya.
Reza menilai jika pemerintah hanya fokus untuk menyiapkan insentif tanpa dibarengi dengan upaya penyelesaian masalah yang ada, pelaku pasar hanya akan memanfaatkannya momentum kenaikan indeks untuk melakukan aksi ambil untung.