Bali Tingkatkan Kewaspadaan Mencegah Masuknya Covid-19
Merebaknya virus korona baru (Covid-19) di sejumlah negara asal wisatawan ke Bali membuat Pemerintah Provinsi Bali dan instansi terkait meningkatkan kewaspadaan demi mencegah masuknya Covid-19 ke provinsi itu.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Merebaknya virus korona baru (Covid-19) di sejumlah negara asal wisatawan ke Bali membuat Pemerintah Provinsi Bali dan instansi terkait meningkatkan kewaspadaan demi mencegah masuknya Covid-19 ke provinsi itu. Deteksi dini mulai dari pintu-pintu terutama Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, dimaksimalkan karena Bali masih terbuka bagi wisatawan dari luar negeri.
Seperti diwartakan virus Covid-19 sudah menjangkit di sejumlah negara selain di China. Adapun China menjadi negara asal wisatawan mancanegara yang paling banyak mengunjungi Bali selain wisman dari Australia.
Hingga akhir Januari 2020, jumlah kedatangan wisman dari China ke Bali mencapai 115.515 kunjungan. Setelah wisman dari China, lalu Australia yang datang ke Bali selama Januari 2020 tercatat sebanyak 103.087 kunjungan. Adapun jumlah kedatangan wisman dari Korea Selatan mencapai 23.527 kunjungan selama Januari 2020.
Situasi itu tentu berdampak terhadap Bali karena jumlah kunjungan pasti menurun (Tjokorda Oka )
Sejak 5 Februari 2020, kunjungan wisman dari China yang langsung ke Bali berkurang drastis menyusul penghentian penerbangan langsung dari dan ke daratan China untuk sementara. “Situasi itu tentu berdampak terhadap Bali karena jumlah kunjungan pasti menurun,” kata Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, di Kantor Gubernur Bali, Denpasar, Senin (2/3/2020).
Menurut Tjokorda yang biasa dipanggil Tjok Ace, Pemerintah Provinsi Bali berupaya menjaga keseimbangan antara dua hal, yakni, situasi keamanan dan kesehatan di Bali serta kondisi perekonomian Bali yang ditopang industri pariwisata. Untuk itu pencegahan masuknya penyakit menular, termasuk penyakit Covid-19, mendapat perhatian serius.
“Penanganannya mulai dari bandara dan pintu masuk sampai ke rumah sakit,” kata Tjok Ace. Di Bandara I Gusti Ngurah Rai dan di pelabuhan, misalnya, sudah dipasangi alat pendeteksi suhu tubuh dan ditempatkan petugas kesehatan.
Petugas kesehatan di bandara yang dahulunya lebih sering mengawasi dari belakang layar, sekarang harus menunjukkan dirinya sehingga penumpang yang baru tiba di bandara langsung mengetahui keberadaan petugas kesehatan yang mengawasi.
Langkah pencegahan penularan penyakit juga dilaksanakan di fasilitas akomodasi pariwisata. Menurut Tjok Ace, pengelola hotel, restoran, dan obyek wisata di Bali juga harus menjaga lingkungannya, antara lain, dengan menyediakan sarana cuci tangan maupun cairan pembersih tangan di tempat usaha maupun di obyek wisata. “Ini memang menjadi pengeluaran tambahan namun penting untuk disediakan,” ujarnya.
Berfungsi dan memadai
Secara terpisah, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar Lucky Tjahjono menyatakan peralatan pendeteksi suhu tubuh (thermal scanner) yang dipasang di bandara dan pelabuhan berfungsi baik dan jumlahnya memadai. “Petugas kesehatan yang disiagakan jumlahnya mencukupi. Semua sudah prosedur operasi standar,” kata Lucky kepada Kompas.
Di tempat berbeda, Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra menyatakan pemerintah sudah mengkoordinasikan pihak-pihak terkait, termasuk pengelola bandara dan rumah sakit, agar berkomunikasi dan berkolaborasi mencegah dan menangani Covid-19.
“Kami sudah memastikan kesiapan rumah sakit, dinas kesehatan di kabupaten dan kota, agar mereka siaga dan membangun kerja sama,” kata Indra ketika ditemui di Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali di Denpasar.
Langkah pemerintah, khususnya Pemprov Bali, dalam mencegah dan menangani ancaman Covid-19 mulai dari pintu masuk Bali dan penyiapan tiga rumah sakit rujukan, menurut Ketua Umum DPD Asosiasi General Manager Hotel Indonesia (Indonesian Hotel General Manager Association/IHGMA) Provinsi Bali I Nyoman Astama, sudah baik namun perlu diperkuat.
Astama menyatakan, IHGMA Bali memberikan sejumlah rekomendasi langkah penanganan dan pemulihan dampak Covid-19, termasuk kepada Pemprov Bali.
Bahkan dalam rangka penanganan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar melaksanakan sosialisasi terkait Covid-19 dan langkah pencegahan yang juga melibatkan kalangan industri pariwisata dan pendukung industri pariwisata di Bali. Jikalau terjadi kasus positif di Bali.
IHGMA Bali merekomendasikan agar pemerintah sudah siap dengan tim medis dan sarananya di rumah sakit serta mengantisipasi dengan langkah isolasi agar penyakit tidak meluas.
Dalam upaya pemulihan dampak Covid-19 terhadap pariwisata Bali, menurut Astama, IHGMA Bali memberikan rekomendasi agar pemerintah mengadakan kampanye positif dan mendorong pelaksanaan kegiatan maupun pertemuan MICE di Bali secara berkelanjutan. “Kebijakan instentif yang disampaikan Presiden Joko Widodo itu sudah bagus dan bermanfaat untuk jangka pendek,” ujar Astama.
Sementara itu, dari laporan perkembangan pariwisata Bali periode Januari 2020 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, Senin (2/3), jumlah kedatangan wisman yang langsung ke Bali selama Januari 2020 mencapai 528.883 kunjungan. Dari jumlah kunjungan itu, sebanyak 526.823 kunjungan melalui angkutan udara dan sisanya, 2.060 kunjungan melalui angkutan laut.
Adapun jumlah kunjungan wisman sebanyak 528.883 orang selama Januari 2020 itu tercatat menurun dibandingkan periode selama Desember 2019 yang mencapai 552.403 kunjungan. Dalam laporan BPS Bali tersebut, terdapat lima negara dengan jumlah wisman paling banyak ke Bali, yakni China (111.515 kunjungan), Australia (103.087 kunjungan), India (29.797 kunjungan), dan Rusia (25.486 kunjungan) serta Korea Selatan (23.527 kunjungan).