Tak Perlu Panik, Masyarakat Tetap Bisa Melakukan Perjalanan
Indonesia telah mengonfirmasi adanya kasus positif penyakit akibat virus korona jenis baru. Sebagian masyarakat tidak terlalu panik, tetapi hati-hati menjaga kesehatan dan kebersihan, termasuk dalam melakukan perjalanan.
Oleh
Erika Kurnia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk pertama kalinya, Indonesia mengonfirmasi adanya kasus positif penyakit yang disebabkan virus korona jenis baru. Dalam menghadapi hal tersebut, masyarakat tidak perlu panik, tetapi harus hati-hati menjaga kesehatan dan kebersihan, termasuk dalam melakukan perjalanan.
Senin (2/3/2020) siang, Presiden Joko Widodo, mengumumkan, ada dua pasien asal Depok, Jawa Barat, yang positif terinfeksi virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 tersebut. Saat ini, keduanya dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, Jakarta.
Ketua Perhimpunan Dokter Emergency Indonesia (PDEI) Mohammad Adib Khumaidi, saat dihubungi Kompas, menyarankan agar masyarakat tidak panik. Masyarakat hanya perlu waspada dan mencari informasi terkait upaya pencegahan infeksi hingga daerah yang telah menjadi lokasi terjangkitnya penyakit.
”Saat mau mengadakan perjalanan, baiknya dipantau mana lokasi yang epidemik, termasuk juga travel warning (saran perjalanan) suatu negara. Kalau itu bisa ditunda lebih bagus. Kalau tidak, ya, cari informasi yang benar, menghindari kontak dekat dengan orang-orang di daerah yang dinyatakan epidemik,” ujarnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), menempatkan sejumlah negara dalam tiga kategori travel health notice. Kategori waspada ditempati Hong Kong, kategori siaga diisi Jepang. Kemudian, kategori awas, yaitu perjalanan tak penting disarankan untuk tidak dilakukan, ditempati China, Iran, Korea Selatan, dan Italia.
Adib juga menyarankan masyarakat yang melakukan perjalanan untuk membawa cairan pencuci tangan dan mengenakannya setelah melakukan kontak fisik dengan orang lain. Mencuci tangan dengan sabun juga disarankan.
Selain itu, penggunaan masker berpelapis, seperti masker bedah, diperlukan selama ada di tempat keramaian. Pemakaian masker sangat dianjurkan untuk orang yang sudah mengalami gejala penyakit infeksi umum, seperti batuk atau bersin-bersin.
”Ketika mendatangi satu tempat berkumpul, seperti di bandara, dalam pesawat dan bus, sebaiknya praktikkan etika bersin dan batuk yang baik. Lalu, jaga kesehatan, antara lain dengan mengonsumsi makanan sehat,” katanya.
Waspada saat berwisata
Di tengah kewaspadaan pada kasus penyakit virus korona jenis baru yang terus meningkat, masyarakat tetap memiliki minat bepergian dan berwisata dalam waktu dekat. Namun, mereka mengatakan lebih waspada sehingga akan menjaga diri dan selektif memilih lokasi bepergian.
Raja Haposan (27), warga Jakarta, berencana untuk mencari tiket perjalanan ke Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur atau Lombok di Nusa Tenggara Barat. Hal itu ingin ia wujudkan segera setelah pemerintah berinisiatif memberi insentif transportasi menuju 10 destinasi wisata di Tanah Air.
Mulai Minggu (1/3/2020) sampai 30 Mei 2020, pemerintah memberi diskon 50 persen harga tiket pesawat untuk 25 persen kursi di setiap penerbangan. Insentif diberikan untuk mengisi penurunan kunjungan wisatawan mancanegara akibat wabah Covid-19.
Sepuluh destinasi wisata tersebut adalah Batam di Kepulauan Riau, Bali, Yogyakarta, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Lombok di Nusa Tenggara Barat, dan Malang di Jawa Timur. Ada juga Manado di Sulawesi Utara, Silangit di Sumatera Utara, Tanjung Pandan di Bangka Belitung, dan Tanjung Pinang di Kepulauan Riau.
”Tadi pagi cek tiket tujuan Labuan Bajo, harganya paling murah Rp 1,2 juta via maskapai penerbangan swasta. Belum ada diskon, sih, sebenarnya. Kalau ada diskon berangkat,” ujarnya kepada Kompas.
Raja pun menyatakan tidak terlalu khawatir dengan kasus positif Covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia.
”Sebenarnya yang penting bisa menjaga diri saja. Dimulai dari diri sendiri, sih, menurut saya, seperti cuci tangan yang bersih, gunakan masker, dan lainnya,” katanya.
Warga Jakarta, seperti Treza (30), juga masih memiliki minat untuk pergi berlibur. April mendatang, ia berniat pergi ke Observatoriun Bosscha di Bandung. Namun, ia memilih menghindari pergi ke luar negeri meski harga tiket pesawat ke beberapa negara juga sedang turun.
”Aku enggak mau ke luar negeri walau tiket murah. Enggak pengin jadi egois saja. Mungkin saja, kan, kita kebal korona, tetapi kalau sampai kita bawa virusnya dan akhirnya bikin orang lain kena, bahaya,” ujarnya.
Pekerja kesehatan seperti Winda (28) juga mengatakan tetap berniat liburan walau hanya di dalam negeri. Menurut dia, yang terpenting adalah menjaga kesehatan dan kebersihan diri sendiri karena risiko terkena infeksi apa pun selalu ada di sekitar.
”Hadapi isu Covid-19 ini dengan santai, tetapi waspada. Tetap jaga perilaku hidup sehat (PHBS) dan berdoa semoga terhindar,” katanya.