Harga bahan baku industri dari negara-negara selain China lebih tinggi. Akan tetapi, bahan baku itu tetap mesti dibeli karena diperlukan untuk mengganti bahan baku dari China yang terhambat.
Oleh
C Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sekitar 30 persen impor bahan baku industri manufaktur Indonesia berasal dari China. Oleh karena itu, pelaku industri harus mencari negara-negara alternatif sumber bahan baku agar proses produksi tidak terkena dampak wabah Covid-19.
”Pemerintah akan hadir memberi bantuan atau asistensi. Pertama, kami akan memberi keringanan bea masuk khusus untuk bahan baku industri. Kalau bea masuknya bisa dinolkan, jauh lebih bagus,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita seusai paparan Rapat Kerja Kementerian Perdagangan di Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Agus Gumiwang menyampaikan sudah berbicara dengan Gubernur Bank Indonesia dan Kementerian BUMN yang membina Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara). ”Usul Kemenperin agar pelaku industri yang mengimpor bahan baku diberikan keringanan bunga LC (letter of credit). Hal ini jadi peranti kita untuk membantu para industri,” katanya.
Agus Gumiwang menambahkan, harga bahan baku dari sumber selain China lebih tinggi. Apalagi pada kondisi seperti sekarang ketika banyak negara selain Indonesia juga berebut mencari bahan baku. ”Ini masalah pasokan dan permintaan,” ujarnya.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto melalui sambungan telekonferensi meminta Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun terus menginformasikan perkembangan di China. ”Supaya para pelaku usaha juga mendapat informasi yang lebih cepat,” kata Agus Suparmanto.
Djauhari Oratmangun mengatakan akan terus menginformasikan perkembangan di China. ”Kami sudah melayangkan dua laporan analitikal pada dua-tiga hari lalu,” ujarnya dalam konferensi jarak jauh yang digelar di pengujung acara Rapat Kerja Kementerian Perdagangan hari pertama.