Harga batubara masih naik karena permintaan di sejumlah negara meningkat. Perusahaan berupaya mengambil peluang dari kondisi ini.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bisnis perdagangan batubara sejauh ini tak terpengaruh wabah Covid-19 yang melanda negara-negara di dunia. Bahkan, harga batubara acuan di Indonesia naik lantaran produksi batubara di China belum pulih. Kenaikan harga itu akibat permintaan di India, Korea Selatan, dan Jepang yang meningkat.
Harga batubara acuan untuk Maret 2020 ditetapkan pemerintah sebesar 67,08 dollar AS per ton. Pada Februari 2020, harga acuan batubara 66,89 dollar AS per ton. Harga batubara cenderung naik sejak Januari 2020, yakni 65,93 dollar AS per ton.
”Akibat wabah korona, produksi batubara di China belum sepenuhnya pulih. Sementara permintaan batubara di India, Korea Selatan, dan Jepang naik, harga batubara sedikit terkerek,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agung Pribadi, akhir pekan lalu, di Jakarta.
PT Bukit Asam Tbk berencana menaikkan produksi batubara pada tahun ini menjadi 30,3 juta ton. Tahun lalu, realisasi produksi batubara Bukit Asam sebanyak 29,1 juta ton. Bukit Asam membukukan laba bersih Rp 4,1 triliun pada 2019.
”Batubara tetap dibutuhkan untuk memasok pembangkit listrik suatu negara. Kalau tidak membeli batubara, bagaimana listrik mereka bisa menyala? Saya optimistis bisnis ini tetap bagus,” ujar Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin.
Dalam diskusi di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa, akhir pekan lalu di Jakarta, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, wabah Covid-19 menyebabkan rantai pasok global terganggu. China adalah salah satu pemain kunci selain Amerika Serikat dan Jerman dalam hal rantai pasok di dunia. Sejumlah perusahaan multinasional yang beroperasi di China menghentikan produksi mereka akibat wabah Covid-19.
”Sebenarnya ini peluang bagi Indonesia untuk menangkap potensi pengalihan produksi atau permintaan barang dari China,” ujar Agus.