Harga Minyak Makin Murah, Perbanyak Impor Jadi Pilihan
Pertamina mempertimbangkan untuk memperbesar impor menyusul turunnya harga minyak mentah dunia. Pada Senin (9/3/2020) siang, harga minyak jatuh ke level 33 dollar AS per barel.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) mempertimbangkan untuk memperbesar impor menyusul turunnya harga minyak mentah dunia. Pada perdagangan Senin (9/3/2020) siang, mengutip Bloomberg, harga minyak jatuh ke level 33 dollar AS per barel. Pemerintah menyatakan akan berkoordinasi untuk mengantisipasi dampak negatif atas situasi tersebut.
”Bagi sektor hilir, (anjloknya harga minyak) ini bagus karena kita akan membeli banyak, mumpung harga sedang murah,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, Senin (9/3), di Jakarta.
Saat ditanya apakah yang akan diperbesar, apakah impor minyak mentah atau bahan bakar minyak (BBM), Nicke menjawab bahwa opsi yang masuk akal adalah dengan memperbesar impor minyak mentah. Namun, pihaknya belum menghitung berapa besar rencana impor tersebut. Soal kemungkinan penurunan harga BBM, ia menjawab bahwa kebijakan tersebut ada di ranah pemerintah.
Pemerintah belum bisa mengambil keputusan apa pun mengenai anjloknya harga minyak dunia.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah belum bisa mengambil keputusan apa pun mengenai kejatuhan harga minyak dunia tersebut. Pihaknya akan membahas dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyiapkan respons pemerintah. Namun, ia tidak menjawab seperti apa respons tersebut nanti.
”Intinya, ini kan sementara (harga minyak yang sedang rendah). Kita lihat dulu perkembangannya seperti apa. Nanti kita antisipasi,” kata Arifin.
Mengacu pada laman Pertamina, volume impor minyak mentah Pertamina pada 2019 mencapai 87 juta barel atau senilai 5,7 miliar dollar AS. Adapun volume impor BBM pada tahun yang sama mencapai 128,4 juta barel atau senilai 8,8 miliar dollar AS.
Sejak 2004, Indonesia berstatus sebagai negara pengimpor bersih (net importer) minyak lantaran kemampuan produksi dalam negeri lebih rendah dari konsumsi BBM nasional. Setiap hari, konsumsi BBM nasional mencapai 1,5 juta barel, sedangkan kemampuan produksi minyak mentah nasional kurang dari 800.000 barel per hari.
Pada Selasa (3/3/2020), harga minyak mentah jenis Brent tercatat 52,33 dollar AS per barel. Sehari sebelumnya, harganya sempat menyentuh level 50 dollar AS per barel. Dibandingkan dengan rata-rata harga minyak mentah tahun 2019 yang sekitar 65 dollar AS per barel, terlihat bahwa wabah Covid-19 berdampak signifikan terhadap harga komoditas minyak.
Wabah virus korona baru atau Covid-19 memukul harga minyak mentah dunia. Negara anggota pengekspor minyak dan Rusia atau OPEC+ berencana menambah pemotongan produksi minyak 1,5 juta barel per hari.
Sebelumnya, pengajar pada Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto berpendapat, harga minyak yang rendah bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk menambah stok di dalam negeri.
Dampak penurunan harga minyak dunia terhadap harga bahan bakar minyak nonsubsidi di Tanah Air sudah tampak sejak Januari 2020. PT Pertamina (Persero) tercatat dua kali menurunkan harga jual BBM jenis pertamax (gasoline) dan pertadex (gasoil). Per 5 Januari 2020, harga pertamax turun dari Rp 9.850 per liter menjadi Rp 9.200 per liter. Harganya kembali turun menjadi Rp 9.000 per liter sejak 1 Februari 2020.