Covid-19 Ganggu Rantai Pasokan Barang Teknologi dari China
Dampak negatif pandemi Covid-19 terhadap rantai pasokan barang teknologi mulai terasa di Indonesia. Meski belum langka, persediaan suku cadang komponen komputer tidak tersedia semudah kondisi sebelum terjadi wabah.
Oleh
satrio pangarso wisanggeni
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dampak negatif pandemi Covid-19 terhadap rantai pasokan barang teknologi mulai terasa oleh masyarakat Indonesia. Meski belum menjadi kelangkaan yang parah, persediaan suku cadang komponen komputer tidak tersedia semudah kondisi semula.
Karyawan perusahaan teknologi, Putra (26), harus menerima kenyataan bahwa pelayanan reparasi laptopnya tidak jelas akan memakan waktu berapa lama. Padahal, kerusakan yang dialami laptopnya tergolong sederhana, hanya membutuhkan penggantian papan tik atau kibor.
Namun, persoalan sederhana ini menjadi berkepanjangan ketika suku cadang papan tik produksi pihak ketiga (third-party) untuk tipe laptop milik Putra telah habis di pasaran.
Sudah hampir satu pekan Putra menunggu proses reparasi selesai. Padahal, apabila suku cadang tersedia, proses perbaikan membutuhkan waktu kurang dari satu hari.
Karena virus korona, suplaispare parts jadi minim.
Menurut jawaban yang diterima Putra, proses perbaikan hanya tinggal menunggu datangnya spare parts yang dibutuhkan dari China. ”Karena virus korona, suplai spare parts jadi minim, katanya,” ujar Putra, Jumat (13/3/2020).
Fenomena penundaan ini juga dirasakan oleh pedagang peralatan komputer. Ignas (50), pemilik sebuah toko suku cadang komputer di kawasan Mangga Dua, Jakarta, juga membenarkan bahwa terjadi penundaan pengiriman pasokan barang dari China ke Indonesia sejak akhir Januari lalu.
Pengiriman yang biasanya hanya memakan waktu dua pekan kini mencapai lebih dari satu bulan. Ignas mengatakan, keterlambatan pengiriman ini akibat penyebaran Covid-19. ”Kami pesan barang sejak sebelum Imlek, sampai sekarang baru mulai datang,” katanya.
Namun, Ignas memastikan, kondisi ini hanya berdampak pada komponen-komponen hasil produksi baru.
Gangguan produksi dan pengiriman barang elektronik dari China jelas berdampak negatif kepada masyarakat konsumen di Indonesia. Berdasarkan data UN Comtrade, China adalah eksportir komoditas elektronik terbesar ke Indonesia.
Nilai ekspor barang elektronik China ke Indonesia pada 2018 sebesar 10,1 miliar dollar AS atau setara Rp 140 triliun. Suplai dari China memakan porsi hampir setengah (46,9 persen) dari total impor barang elektronik yang masuk ke Indonesia.
Kemunculan wabah coronavirus disease 2019 (Covid-19) sejak akhir Desember 2019 juga telah mengganggu rantai pasokan barang teknologi dan elektronik dunia.
Sejumlah perusahaan manufaktur elektronik di China juga belum berproduksi penuh pascalibur Imlek pada akhir Januari lalu. Sejumlah pemerintah daerah di China memerintahkan perusahaan untuk menutup pabrik hingga awal Maret.
Estimasi lima pekan
Berdasarkan hasil penelitian asosiasi produsen elektronik dunia, IPC, pada akhir Februari lalu, pandemi Covid-19 telah menyebabkan penundaan pengiriman pasokan barang elektronik dari China dengan rata-rata lama penundaan lima pekan.
Presiden dan CEO IPC John Mitchell dalam pernyataan tertulisnya mengatakan, penundaan yang terjadi ini akan terasa dampaknya hingga akhir 2020. ”Semakin lama China terpengaruh wabah ini, akan semakin besar juga dampaknya ke seluruh dunia. Rantai pasokan akan semakin terganggu,” kata Mitchell.
Padahal, berdasarkan hasil penelitian McKinsey pada 2019, China menguasai hampir setengah (44 persen) produksi komponen komputer dan barang elektronik dunia.
Meski demikian, sejumlah perusahaan dan pabrik mulai beroperasi sejak awal bulan ini pascapenurunan tingkat penyebaran Covid-19 di China.
Untuk meningkatkan kemudahan bagi perusahaan-perusahaan untuk memulai produksi, Pemerintah China telah menyiapkan sejumlah langkah stimulan.
Pemerintah China juga mulai memberikan insentif pajak untuk memacu produksi pabrik. Perusahaan kereta api China pun telah mengurangi tarif kargo hingga 50 persen.
Efektivitas sejumlah kebijakan ini masih harus dibuktikan dalam beberapa waktu ke depan. Perkembangan Covid-19 di belahan dunia lain mengakibatkan penurunan permintaan terhadap berbagai barang elektronik asal China.