Anggota HKTI diharapkan berperan dalam menjembatani pemanfaatan teknologi di tingkat petani. Penerapan teknologi dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan pada petani.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Asosiasi tani mesti mampu menjembatani peningkatan penetrasi penggunaan teknologi pertanian pada petani. Kenaikan pemanfaatan tersebut berdampak pada efisiensi dan efektivitas proses bertani.
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sekaligus Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berpendapat, penerapan teknologi pertanian dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan pada petani.
”HKTI mesti mengembangkan metode dan prosedur standar operasi (SOP) bertani dengan teknologi,” ujarnya dalam pembukaan Musyawarah Nasional HKTI di Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Dengan pengembangan metode dan SOP tersebut, HKTI diharapkan berperan dalam menjembatani pemanfaatan teknologi di tingkat petani. Dalam menjalankan peran itu, Moeldoko meminta anggota HKTI menjadi contoh di lapangan bagi petani yang ada di sekitarnya.
Sepanjang tahun 2020, Kementerian Pertanian menargetkan penurunan potensi kehilangan yang berdampak pada peningkatan efisiensi hasil produk. Secara berturut-turut, target untuk komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan masing-masing sebesar 10 persen, 18 persen, dan 2 persen.
Teknologi pertanian berperan strategis dalam pencapaian target tersebut. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy mengatakan, petani mesti mengubah pola pikir dari yang bersifat tradisional menjadi modern dengan memanfaatkan mekanisasi.
Menurut Sarwo, pemanfaatan teknologi mekanisasi mengarah pada efisiensi pertanian. Dia menggambarkan, pengolahan lahan pertanian secara tradisional membutuhkan 20 orang per hektar dengan waktu kerja 4-5 hari. Dengan memanfaatkan traktor roda dua, petani dapat mengolah lahan seluas 1 hektar dalam waktu 4 jam dengan tenaga 2 orang.
Kementerian Pertanian menganggarkan Rp 819,56 miliar untuk menghibahkan 23.440 alat mesin pertanian kepada petani. Alat-alat ini terdiri dari traktor roda dua, traktor roda empat, pompa air, rice transplanter, dan cultivator.
Jembatan pembiayaan
Selain teknologi, Moeldoko menyatakan, HKTI harus mampu menjembatani penetrasi kredit usaha rakyat (KUR) pada petani sebagai akses pembiayaan. ”Petani membutuhkan modal. Di sisi lain, alokasi KUR belum terserap optimal oleh petani,” katanya.
Secara teknis, Moeldoko meminta setiap anggota HKTI menjalin kerja sama dengan bank-bank penyalur KUR. Kerja sama ini dilakukan di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota agar KUR dapat tersalurkan ke petani.
Dari alokasi KUR untuk pertanian sebesar Rp 50 triliun sepanjang 2020, Sarwo menyebutkan, realisasi hingga saat ini mencapai Rp 5,6 triliun. Dia menilai, pencapaian ini memiliki tren yang positif hingga akhir tahun.
Dalam kesempatan yang sama, HKTI menandatangani nota kesepahaman dengan International Business Association. Moeldoko mengharapkan nota kesepahaman ini dapat meningkatkan ekspor dan investasi di bidang pertanian.
Ketua International Business Association Shan Shan berpendapat, produk-produk pertanian Indonesia berpotensi untuk diekspor, seperti buah-buahan tropis. Asosiasi akan mencarikan pasar bagi produk-produk tersebut di negara tujuan ekspor.
Nota kesepahaman ini juga membuat petani Indonesia berkesempatan mengenal teknik dan mesin pertanian termutakhir. Mereka berpeluang dikirim ke negara lain sehingga terjadi alih teknologi dan pengetahuan.