JAKARTA, KOMPAS — Industri perikanan yang selama ini menggarap ekspor sebagai pasar utama memilih untuk menunggu situasi pasar global pulih. Langkah ini dilakukan menyusul status pandemik Covid-19 yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Permintaan beberapa komoditas unggulan masih ada, tetapi permintaan bergeser. Di sisi lain, pasar dalam negeri mulai dilirik untuk digarap.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo, di Jakarta, Kamis (12/3/2020), mengemukakan, pelaku industri pengolahan ikan cenderung menunggu situasi dan menyesuaikan langkah dengan kondisi pasar ekspor. Di sisi lain, peluang pasar di dalam negeri mulai digarap.
AP5I berharap pemerintah berupaya menjaga daya beli konsumen sehingga pasar dalam negeri tetap tumbuh dan terjaga. Di sisi hulu, penambahan suplai bahan baku menjadi kebutuhan agar utilitas industri pengolahan meningkat.
Bangkit
Pasar ekspor ke China mulai bangkit. Namun, muncul tren pergeseran permintaan ke jenis ikan yang harganya lebih murah.
”Selama ini, China membeli berbagai jenis ikan dari yang (harganya) murah sampai mahal. Saat ini, pasar China lebih memilih jenis ikan yang lebih murah,” kata Budhi.
Ia menambahkan, permintaan beberapa komoditas untuk diekspor ke China tetap berlanjut, seperti ikan swangi dan kuniran yang harganya lebih murah. Sebaliknya, permintaan jenis ikan yang harganya agak mahal, seperti kakap merah dan sotong, cenderung dihindari.
Secara terpisah, Manajer Divisi Procurement PT Aneka Tuna Indonesia Mulyadi Sumardi menyampaikan, permintaan tuna kaleng cenderung tetap. Tuna kaleng terutama dipasarkan ke Jepang, Timur Tengah, Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.
”Secara umum (pasar) masih stagnan. Hanya untuk ritel yang sedikit naik dengan pasar tertentu saja,” ujarnya di Jakarta, Kamis.
Mulyadi menambahkan, sejauh ini pasar alternatif atau pasar baru belum dicari. Adapun Jepang minta pengiriman produk dipercepat.