Sejumlah kebijakan diterbitkan untuk menjaga kepercayaan investor. Penanganan kasus Covid-19 merupakan hal penting karena turut membangun keyakinan dan kepercayaan investor.
Oleh
Dewi Indriastuti
·3 menit baca
Sejak Januari 2020, wabah Covid-19 gencar diberitakan. Pemberitaan juga menyinggung tentang dampak wabah itu ke berbagai sektor, khususnya perekonomian.
Merujuk pada data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (13/3/2020) petang, ada 123 negara, wilayah, atau teritori yang memiliki kasus positif Covid-19. Secara keseluruhan, ada 132.567 kasus yang terkonfirmasi, dengan 4.947 orang meninggal dunia.
Setiap negara membahas langkah untuk mengantisipasi kondisi perekonomian yang melemah, bahkan memburuk. Masing-masing negara juga memiliki strategi penanganan kasus Covid-19.
Namun, situasi berubah cepat saat WHO menyatakan kasus Covid-19 sebagai pandemi. Ketidakpastian kondisi perekonomian dunia diliputi bayang-bayang suram. Belum usai perseteruan dagang China dan Amerika Serikat yang menyeret perdagangan dunia ke masa sulit, risiko perekonomian global bertambah dengan pandemi Covid-19.
Pelaku industri mengantisipasi kondisi terburuk, antara lain, permintaan pasar melemah yang berdampak pada perlambatan kegiatan produksi. Jika hal ini terjadi, jumlah pekerja atau jam kerja mesti dikurangi. Dampaknya, pendapatan pekerja berkurang sehingga belanja atau konsumsi masyarakat merosot. Akibatnya, perekonomian tertekan.
Pandemi juga mengurangi pergerakan orang. Sejumlah negara mengisolasi wilayah mereka untuk mencegah kasus Covid-19 meluas. Dipastikan, sektor yang selama ini mengandalkan pergerakan orang, yakni sektor pariwisata, akan kena dampaknya. Padahal, pariwisata adalah sektor yang memberi dampak berganda cukup besar, antara lain terhadap pelaku usaha di bidang perhotelan, restoran, cinderamata, tiket perjalanan, dan pemandu wisata.
Salah satu negara yang mengandalkan sektor pariwisata, Italia, juga mengisolasi wilayahnya akibat Covid-19. Seorang rekan yang tinggal di Italia mengabarkan, langkah pemerintah itu demi kebaikan semua, terutama warganya. Seluruh kegiatan ekonomi dan kehidupan di wilayah itu melambat. Namun, beralih menjadi energi saling berbagi dan meningkatkan solidaritas.
Di tengah situasi suram, hubungan antara Rusia dan Arab Saudi, terkait produksi minyak dunia, tak kunjung membaik. Perang harga minyak dunia mencuat, yang menyebabkan harga minyak dunia anjlok. Risiko ekonomi bertambah.
Pemerintah sejumlah negara menyuntikkan stimulus bagi sektor tertentu yang kena dampak pandemi Covid-19. Langkah lain adalah menjaga agar kepercayaan pelaku pasar dan pelaku usaha terjaga. Ada juga regulator yang menurunkan suku bunga acuan di negaranya agar pelaku usaha meminjam dana untuk memacu usaha, yang pada akhirnya menggerakkan roda perekonomian.
Namun, keresahan masih terjadi. Keyakinan pelaku pasar atas kondisi ekonomi dunia melorot. Bayangan perekonomian yang belum akan tumbuh pesat juga membuat pelaku pasar memperkirakan kinerja emiten di pasar modal tidak cemerlang. Investor memilih untuk menggenggam instrumen investasi yang lebih aman dan menjanjikan imbal hasil stabil di masa mendatang. Investor meninggalkan pasar modal, sehingga angka di bursa saham merah.
Transaksi di pasar modal Indonesia sempat dibekukan selama 30 menit pada Kamis (12/3) dan Jumat (13/3). Langkah itu mengacu pada panduan perdagangan di bursa saham dalam keadaan darurat. Pada Jumat (13/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,241 persen ke posisi 4.907,571. Meski demikian, sejak awal tahun 2020, IHSG melemah 22,1 persen, sedangkan investor asing membukukan penjualan bersih Rp 7,783 triliun.
Rupiah juga tertekan. Pada Jumat (13/3), berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, nilai tukar Rp 14.815 per dollar AS, melemah Rp 325 dalam sehari. Posisi itu merupakan yang terlemah sejak 13 November 2018, yakni Rp 14.895 per dollar AS.
Rupiah tertekan karena investor melepas instrumen pasar keuangan di Indonesia, terutama surat berharga negara. Tekanan serupa terjadi secara global. Bank Indonesia menegaskan, akan selalu menjaga stabilitas nilai tukar.
Dampak ekonomi Covid-19, cepat atau lambat, ringan atau berat, akan dialami negara-negara di dunia. Langkah antisipasi penting dilakukan. Namun, langkah sangat penting saat ini adalah penanganan kasusnya. Sebab, langkah ini turut membangun keyakinan dan kepercayaan investor. (Dewi Indriastuti)