Sejumlah aktivitas dan kegiatan umum di Kota Kendari dibatasi terkait merebaknya kasus Covid-19 di Indonesia. Selain menutup fasilitas umum, aktivitas pendidikan diliburkan selama dua pekan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sejumlah aktivitas dan kegiatan umum di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, dibatasi terkait merebaknya kasus Covid-19 di Indonesia. Selain menutup fasilitas umum, aktivitas pendidikan diliburkan selama dua pekan. Kesiagaan seluruh wilayah di Sultra diharapkan meningkat, terutama daerah dengan pergerakan orang yang tinggi.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir mengatakan, pihaknya mengambil beberapa langkah terkait kesiagaan menghadapi merebaknya Covid-19 di Kendari. Salah satu langkah yang ditempuh adalah meliburkan kegiatan pendidikan untuk tingkat taman kanak-kanak hingga sekolah menengah pertama selama 14 hari ke depan.
”Demi membatasi kegiatan di luar rumah, kami mengambil keputusan meniadakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah selama 14 hari. Namun, bukan libur, hanya aktivitas belajar dilakukan dari rumah,” kata Sulkarnain saat meninjau kesiagaan RSUD Kota Kendari, Minggu (15/3/2020).
Selain itu, Sulkarnain menambahkan, sejumlah fasilitas umum di Kota Kendari juga ditutup selama satu bulan ke depan. Taman kota, Pantai Nambo, dan kegiatan hari bebas kendaraan bermotor ditutup dan ditiadakan terhitung mulai Senin (16/3/2020).
Demi membatasi kegiatan di luar rumah, kami mengambil keputusan meniadakan kegiatan belajar-mengajar di sekolah selama 14 hari. Namun, bukan libur, hanya aktivitas belajar dilakukan dari rumah.
Meski demikian, aktivitas pemerintahan tetap dilakukan dengan normal. ”Hanya kegiatan yang sifatnya kumpul-kumpul, kunjungan, akan dibatasi. Kami akan terus evaluasi kesiagaan ini, juga menyiapkan anggaran khusus untuk persiapan penanggulangan merebaknya kasus korona. Kami tentu berharap tidak ada kejadian di Kota Kendari, tetapi persiapan tentu harus dilakukan sebaik-baiknya,” ujarnya.
Di Kota Kendari, saat ini ada sejumlah rumah sakit yang disiapkan untuk mengantisipasi membeludaknya pasien Covid-19. RSUD Kota Kendari telah menyiapkan satu ruangan khusus dengan kapasitas 10 orang jika kemudian ada pasien terduga terjangkit Covid-19.
Direktur RS Bahteramas Sjarif Subijakto mengatakan, selama ini hanya ada satu rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk penanganan pasien terduga terjangkit Covid-19, yaitu RS Bahteramas. Oleh sebab itu, diperlukan adanya rumah sakit lain yang juga bisa menjadi rujukan di wilayah Sultra.
”Kami tadi sudah pantau kesiapan RSUD Kota Kendari, yang bisa menampung 10 pasien. Tinggal beberapa fasilitas penunjang yang dibutuhkan. Kami di RS Bahteramas punya kapasitas 12 pasien. Kami juga sedang menambah alat bantuan pernapasan,” kata Sjarif.
Sejak merebaknya kasus Covid-19, Sjarif menyampaikan, pihaknya telah menangani enam pasien terduga terjangkit virus mematikan ini. Setelah dirawat dan mendapatkan pengawasan menyeluruh, lima orang dinyatakan negatif dan telah dipulangkan. Satu orang masih dalam perawatan di ruang isolasi dan menunggu uji laboratorium dari Kementerian Kesehatan. Sejauh ini, pasien tersebut mengalami radang paru setelah pulang dari umrah.
”Kami masih pantau kondisinya, sembari menunggu hasil uji laboratorium,” ujar Sjarif.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sultra La Ode Rabiul Awal menjabarkan, kesiagaan tinggi patut dilakukan seiring merebaknya kasus Covid-19 di Indonesia. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak penting dilakukan untuk kebaikan semua pihak dan meminimalkan semakin meluasnya persebaran virus baru ini.
Menurut Rabiul, Kota Kendari memang memiliki potensi tinggi menjadi tempat persebaran virus dengan posisinya sebagai pintu masuk dan pusat kegiatan masyarakat. Selain itu, sejumlah tempat yang memiliki bandara dan menjadi lokasi kunjungan perlu waspada dan meningkatkan kesiagaan.
”Di Baubau, Wakatobi, Kolaka, hingga Konawe juga perlu persiapkan diri. Rumah sakit di daerah tersebut sebaiknya meningkatkan kewaspadaan dan menyiapkan fasilitas. Namun, kendala kita, kan, di anggaran dan sumber daya,” ucapnya.
Di Sultra, menurut Rabiul, hanya ada 3 dokter spesialis paru dan 20 dokter spesialis penyakit dalam. Jumlah tersebut tentu tidak cukup untuk seluruh wilayah di Sultra. Selain itu, pengujian sampel dahak pasien hanya bisa dilakukan di Jakarta.
Hingga Minggu sore, telah ada 117 orang yang dinyatakan positif terjangkit Covid-19. Hingga Sabtu, lima orang dinyatakan meninggal dan delapan orang sembuh.