Pertamina dan PLN memastikan pasokan bahan bakar minyak, elpiji, ataupun listrik kepada pelanggan tetap normal. Segala usaha dikerahkan agar pasokan energi tak terganggu.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) memastikan pasokan bahan bakar minyak dan elpiji tetap terjaga di tengah waspada wabah Covid-19. Ketahanan stok bahan bakar dan elpiji nasional masih cukup untuk kebutuhan selama 22 hari. Demikian juga pasokan listrik, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menjamin ketersediaan pasokan.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, masyarakat diimbau mengonsumsi bahan bakar dan elpiji secara bijaksana. Masyarakat tak perlu panik atau khawatir kekurangan pasokan. Bagi golongan yang mampu, Pertamina mengimbau agar mereka membeli elpiji dan bahan bakar nonsubsidi.
”Pertamina tetap fokus dan memastikan proses penyediaan energi, mulai dari hulu, kilang, distribusi, hingga pemasaran, tetap berjalan baik dan lancar,” ucap Fajriyah, Senin (16/3/2020), di Jakarta.
Bagi golongan yang mampu, Pertamina mengimbau agar mereka membeli elpiji dan bahan bakar nonsubsidi.
Dalam mengelola risiko penyebaran Covid-19, imbuh Fajriyah, Pertamina mengatur mekanisme dan pengelolaan penugasan pekerja sembari memastikan seluruh proses bisnis perusahaan berjalan baik. Berbagai upaya dijalankan, seperti pemeriksaan suhu tubuh pegawai dan tamu, pembersihan dan penyemprotan disinfektan di area kerja, serta penyediaan masker dan hand sanitizer (cairan pembersih tangan).
Pertamina juga menerapkan pengawasan dan deteksi dini bagi karyawan yang telah melakukan perjalanan dinas ke negara lain yang memiliki risiko tinggi.
Sementara, PLN berkomitmen terus meningkatkan kesiagaan dan kesigapan di tengah wabah Covid-19. Selain pemeriksaan ketat kondisi kesehatan pekerja, perusahaan memberikan makanan tambahan dan vitamin untuk menjaga kebugaran. PLN juga menambah unit sistem kontrol sebagai cadangan daya untuk memastikan pasokan listrik tak terganggu.
”Saya pastikan pelayanan ketenagalistrikan kepada pelanggan dan masyarakat luas tidak akan berkurang atau menurun akibat merebaknya wabah Covid-19 ini,” kata Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam keterangan resmi.
Sebelumnya, terkait wabah Covid-19, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengemukakan, investasi hulu migas memang terdampak lesu. Hal itu sebagai sebuah konsekuensi bisnis secara global.
Impor minyak mentah akan terus berlanjut seperti biasa di tengah kejatuhan harga minyak saat ini. ”Pokoknya pemerintah akan berupaya agar pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke masyarakat tidak terganggu. Bisnis tetap berjalan seperti biasa,” ujarnya.
Impor minyak mentah akan terus berlanjut seperti biasa di tengah kejatuhan harga minyak saat ini.
Mengutip Bloomberg, pagi ini harga minyak mentah jenis Brent diperdagangkan dengan harga 32,92 dollar AS per barel. Rendahnya harga minyak, seperti yang pernah dinyatakan pemerintah, menjadi kesempatan untuk mengimpor dengan harga murah.
Mengacu pada laman Pertamina, volume impor minyak mentah Pertamina pada 2019 mencapai 87 juta barel atau senilai 5,7 miliar dollar AS. Adapun volume impor BBM di tahun yang sama mencapai 128,4 juta barel atau senilai 8,8 miliar dollar AS.
Dampak terhadap harga BBM nonsubsidi sudah tampak sejak Januari 2020. Tercatat, dua kali Pertamina menurunkan harga jual BBM jenis pertamax (gasolin) dan pertadex (gasoil). Per 5 Januari, harga pertamax turun dari Rp 9.850 per liter menjadi Rp 9.200 per liter. Harga kembali turun menjadi Rp 9.000 per liter sejak 1 Februari lalu.