Jaga Jarak Cegah Virus, Jalur Daring Jadi Alternatif
Anjuran menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan massa dinilai berdampak ke perdagangan, pariwisata, dan jasa. Namun, teknologi menawarkan alternatif. Belanja daring, misalnya, bisa sokong konsumsi rumah tangga.
Oleh
M Paschalia Judith / BM Lukita Grahadyarini / C Anto Saptowalyono / Aris Prasetyo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Imbauan menjaga jarak fisik dan menghindari kerumunan massa untuk mengantisipasi penularan virus korona baru dinilai berdampak ke sejumlah sektor usaha. Selain bisnis hotel dan restoran, virus yang memicu wabah Covid-19 itu berdampak ke perdagangan, pertemuan, konvensi, dan pameran, serta bisnis jasa lain.
Namun, teknologi informasi menawarkan alternatif. Salah satunya belanja daring untuk usaha perdagangan. Konsumsi masyarakat dinilai bisa disokong melalui perdagangan melalui sistem elektronik atau e-dagang.
Vice President of Corporate Communications Tokopedia Nuraini Razak, Senin (16/3/2020) berpendapat, belanja daring bisa menjadi alternatif mengurangi risiko penyebaran Covid-19. Pelaku bisnis dalam negeri pun bisa memanfaatkannya.
Belanja untuk kebutuhan Ramadhan-Lebaran juga bisa dilakukan secara daring. Menurut Public Relations Lead Shopee Indonesia, Aditya Maulana Noverdi, peningkatan belanja konsumen di Shopee biasanya dapat terlihat pada H-14 Lebaran berdasarkan tren tahunan.
Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Candra Fajri Ananda, konsumsi masyarakat tetap harus berjalan di tengah kebijakan pembatasan sosial (social distancing) untuk mencegah penyebaran virus korona jenis baru. Belanja masyarakat perlu bergeser ke sistem daring.
Selain transaksi jual beli, teknologi informasi bisa dimanfaatkan untuk telekonferensi. Sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah, seperti Badan Pusat Statistik dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, menggelar konferensi pers melalui media sosial.
Pariwisata lesu
Bagi pelaku usaha pariwisata, jalur penjualan secara daring bisa menjadi alternatif pemasaran bagi restoran. Namun, upaya itu tidak optimal mendorong penjualan. ”Tidak seluruh konsumen membeli makanan secara daring,” kata Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani.
Hingga akhir pekan lalu, tingkat okupansi hotel di seluruh kategori, baik hotel bintang, budget, maupun melati, merosot hingga kisaran 20 persen. Penurunan kunjungan juga terjadi untuk bisnis restoran, yakni 20-50 persen, hingga pertengahan Maret 2020.
Tak hanya menghadapi problem okupansi, pengelola restoran juga menghadapi kenaikan harga bahan baku makanan akibat wabah Covid-19. Beberapa bahan pangan, seperti bawang bombay, bawang putih, gula, dan rempah-rempah, harganya melonjak. Hariyadi berharap pemerintah menjaga agar tidak ada lonjakan harga dan kelangkaan stok bahan pokok di pasaran.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyatakan, berdasarkan datanya, 11 komoditas pokok pangan dalam kondisi aman. Komoditas itu antara lain beras, jagung, bawang merah, bawang putih, cabai besar, cabai rawit, daging sapi/kerbau, daging ayam ras, telur ayam ras, gula pasir, dan minyak goreng.
”Hitungan kami, stok masih cukup hingga Agustus,” kata Syahrul dalam keterangan tertulisnya.
Namun, kepanikan warga terkait wabah Covid-19 berpengaruh ke pasar. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menyatakan, pemerintah perlu mengambil langkah serius, cepat, dan tegas untuk mencegah penyebaran penyakit.
Kepanikan warga untuk memborong bahan-bahan kebutuhan pokok akan makin susah dikendalikan apabila wabah menyebar lebih cepat dan menimbulkan ketakutan masyarakat. Menurut Faisal, pemerintah bisa bekerja sama dengan swasta, seperti peritel, untuk membatasi pembelian barang serta menindak tegas spekulan atau penimbun.
Hitung dampak
Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta mengatakan, kerja sama antarpihak diperlukan untuk mencegah kepanikan dalam berbelanja. ”Efek pembatasan orang untuk berkerumunan, kontak sosial, semestinya dibarengi solusi,” ujarnya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia Adhi S Lukman mengatakan, pemerintah perlu menghitung dampak ekonomi atas kebijakan yang ditempuh terkait pencegahan wabah Covid-19, antara lain soal nasib masyarakat kelas bawah yang mengandalkan usaha harian.
Demikian pula soal daya tahan perusahaan yang harus memperhitungkan pembayaran bunga bank. ”Siapa yang menanggung gaji karyawan sementara perusahaan tidak beroperasi?” kata Adhi.
Sementara itu, PT Pertamina (Persero) memastikan pasokan bahan bakar minyak dan elpiji dijamin terjaga di tengah waspada wabah Covid-19. Ketahanan stok bahan bakar dan elpiji nasional masih cukup untuk kebutuhan 22 hari. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) juga menjamin ketersediaan pasokan listrik.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, masyarakat diimbau mengonsumsi bahan bakar dan elpiji secara bijaksana. Masyarakat tidak perlu panik atau khawatir kekurangan pasokan.