Pasar saham di Indonesia melemah hari ini sehingga sempat dihentikan 30 menit pada pukul 09.37 WIB.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Otoritas Bursa Efek Indonesia kembali membekukan transaksi perdagangan saham untuk sementara, Kamis (19/3/2020) pagi. Perdagangan dibekukan selama 30 menit setelah Indeks Harga Saham Gabungan anjlok 5 persen, selang 37 menit dari pembukaan perdagangan.
Pada pukul 9.37 WIB, IHSG turun 5,01 persen atau 217,027 poin ke level 4.113,647 sehingga perdagangan harus dibekukan (trading halt) selama 30 menit. Saat perdagangan kembali dilanjutkan, IHSG masih tetap melemah dan bertahan di zona merah.
Menjelang pukul 11.46 WIB, IHSG melemah 5,36 persen dan mendekati 4.000-an, yakni pada level 4.098,777.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-00024/BEI/03-2020, apabila dalam sehari, IHSG tetap melanjutkan pelemahannya hingga 10 persen, trading halt selama 30 menit kedua akan dilakukan. Kemudian, apabila pelemahan IHSG masih berlanjut hingga 15 persen, perdagangan hari itu akan dihentikan.
Direktur Riset dan Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai sentimen global penekan bursa saham Asia, termasuk IHSG, salah satunya adalah dikeluarkannya undang-undang untuk memperluas cuti berbayar serta tunjangan pengangguran sebagai upaya melindungi pertumbuhan konsumsi AS dari pandemik Covid-19.
”Kebijakan ini menjadi sinyal yang menunjukkan bahwa wabah virus korona dikhawatirkan semakin menekan perekonomian AS dalam jangka menengah,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Nico, harga harga minyak dunia sudah menembus 25 dollar AS per dollar AS. Harga ini merupakan yang terendah sejak 2003. Sentimen harga minyak dunia meningkatkan kepanikan pasar. Apalagi, Arab Saudi menegaskan akan terus memproduksi minyak pada rekor tertinggi selama beberapa bulan mendatang.
Dari dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, fokus dalam paket stimulus ketiga adalah kesehatan, perlindungan sosial, dan menjaga kinerja pelaku usaha.
Kedua sentimen global tersebut, menurut Nico, membuat komitmen Kementerian Keuangan mengguyur anggaran berjumlah besar untuk menangani pandemik Covid-19 di dalam negeri tidak memperbaiki sentimen negatif dari pergerakan perdagangan pasar modal hari ini.
Sementara itu, ekonom Trimegah Sekuritas, Fakhrul Fulvian, mengatakan, pelaku pasar juga tengah menanti keputusan Bank Indonesia terkait kebijakan suku bunga. Pasalnya, pemangkasan suku bunga bank sentral AS, The Fed, nyatanya tidak langsung berimbas pada aliran dana ke sektor swasta sehingga menekan nilai tukar rupiah.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, Kamis, nilai tukar rupiah Rp 15.712 per dollar AS. Nilai tukar ini melemah dari posisi Rabu (18/3/2020), yakni Rp 15.223 per dollar AS.
”Kebijakan penurunan suku bunga hanya akan efektif ketika tidak ada masalah dalam transmisi kebijakan, baik kepada perbankan, produsen, maupun konsumen akhir,” ujarnya.
Fakhrul menambahkan, perbedaan yang signifikan antara krisis tahun 2008 dan kondisi 2020 saat ini adalah penyebaran wabah Covid-19 membuat aktivitas ekonomi tidak akan serta merta meningkat setelah diberikan stimulus.
”Hal inilah yang membuat volatilitas sangat masif terjadi di pasar keuangan, terutama pasar saham. Selama hal ini belum teratasi, ekspektasi perbaikan ekonomi belum akan muncul,” katanya.
Aktivitas ekonomi tidak akan serta-merta meningkat setelah diberikan stimulus.