Pandemi Covid-19 kian meluas dan menambah risiko bagi perekonomian. Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi, dari 5-5,4 persen menajdi 4,2-4,6 persen. Pekerja sektor informal mesti dibantu.
Oleh
DIM/AGE/KRN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah dan menjaga jarak sosial berdampak besar bagi pekerja sektor informal. Stimulus layak diberikan kepada kelompok masyarakat yang sangat tergantung dari kegiatan ekonomi di sekitar mereka itu.
Di sisi lain, pandemi Covid-19 menjadi risiko tambahan bagi perekonomian. Bank Indonesia merevisi, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 dari 5-5,4 persen menjadi 4,2-4,6 persen.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, berpendapat, insentif bagi pekerja informal sebaiknya tidak hanya mengurangi beban. ”Akan tetapi, menjaga mereka agar bisa bertahan hidup dan berproduksi,” kata Heri di Jakarta, Kamis (19/3/2020).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sebanyak 70,49 juta orang bekerja di sektor informal per Agustus 2019 atau 55,72 persen dari jumlah penduduk bekerja di Indonesia.
”Yang terpenting, pemerintah mampu menahan penyebaran Covid-19. Saat ini kesehatan adalah aspek penting dalam ekonomi,” ujar Ahmad.
Dalam telekonferensi, Rabu (18/3), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, pekerja informal yang masuk kelompok penduduk miskin akan diberi bantuan langsung tunai, antara lain melalui program keluarga harapan, kartu sembako, bantuan operasional sekolah, kartu prakerja, dan kredit ultra mikro. Adapun pekerja informal dalam kelompok penduduk menengah atas mendapat insentif berupa pengurangan pajak yang harus dibayarkan.
”Mekanisme, instrumen, ukuran, dan target grup masih dirumuskan. Pemerintah akan memanfaatkan saluran-saluran yang ada supaya bisa dieksekusi lebih cepat,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia Timboel Siregar mengungkapkan, pekerja informal harian tidak memiliki perlindungan. ”Ketika tidak dipekerjakan lagi atau pembelinya berkurang, ya sudah, pemasukannya sehari-hari ikut hilang,” katanya.
Pekerja informal harian tidak memiliki perlindungan.
Rupiah dan IHSG
Ketidakpastian akibat penyebaran Covid-19 menggoyahkan nilai tukar rupiah dan bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan, Kamis, ditutup anjlok 5,201 persen ke posisi 4.105,422. Sementara berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, nilai tukar Rp 15.712 per dollar AS.
Dalam siaran video langsung, Kamis, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur BI, antara lain menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Langkah ini diharapkan mendorong pembiayaan ekonomi agar momentum pertumbuhan ekonomi terjaga.
”Kebijakan moneter akomodatif dan konsisten, sebagai langkah preemptif untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik,” ujarnya.
Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, BI antara lain membeli Surat Berharga Negara (SBN). Sejak awal 2020 hingga Kamis (19/3), BI sudah membeli Rp 192 triliun SBN yang dilepas investor di pasar sekunder.
Sementara Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan peraturan yang mendorong perbankan mendukung stimulus pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan penetapan kualitas aset dan restrukturisasi kredit. Sasaran kebijakan ini antara lain debitor yang kena dampak pandemi Covid-19, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah. (KRN/DIM/AGE)