Bisnis perjalanan dan pariwisata makin lesu seiring merebaknya kasus Covid-19 dan imbauan beraktivitas di rumah. Asosiasi mencatat kerugian triliunan rupiah sepanjang Februari 2020.
Oleh
Agnes Theodora
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Imbauan pemerintah agar warga beraktivitas di rumah seiring merebaknya kasus Covid-19 membuat pelaku industri pariwisata makin tertekan. Permohonan pembatalan dan penjadwalan ulang perjalanan melonjak setidaknya untuk rencana 1-2 bulan ke depan.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno, saat dihubungi di Jakarta, Minggu (22/3/2020), mengatakan, bisnis 8.000 perusahaan biro perjalanan dan wisata di Indonesia makin lesu. Penjualan turun drastis, sementara pembatalan pemesanan tiket serta paket perjalanan dan wisata mencapai 96 persen.
Sebelumnya, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) mencatat, hingga pertengahan Maret 2020, tingkat okupansi hotel di semua kategori merosot hingga kisaran 20 persen. Sementara pengunjung restoran turun 20-50 persen.
Astindo memperkirakan kerugian yang dialami para agen perjalanan mencapai Rp 4 triliun selama Februari 2020. Kerugian dipastikan bertambah karena penjualan anjlok, sementara permohonan pembatalan dan penjadwalan ulang meningkat pesat.
Situasi yang sama dialami agen perjalanan daring. ”Permintaan bantuan perubahan perjalanan di layanan pelanggar Tiket.com melonjak hingga 10 kali lipat dibandingkan biasanya, baik melalui Whatsapp, e-mail, dan telepon,” kata Public Relation Manager Tiket.com Metha Tri Rizka melalui keterangan tertulis.
Efisiensi
Kondisi itu memaksa pelaku industri bersiasat. Ada yang mengurangi jam kerja, meniadakan pemasaran dan pelatihan, menutup kantor di akhir pekan, serta mengurangi karyawan.
Perusahaan juga memanfaatkan imbauan bekerja dari rumah untuk memangkas biaya operasional, seperti listrik dan air. Namun, pengurangan biaya upah pegawai melalui pemutusan hubungan kerja dan cuti tanpa bayaran (unpaid leave) tak terhindarkan.
Sejumlah strategi diterapkan usaha rintisan di bidang perjalanan dan pariwisata untuk menyikapi pasar yang lesu. Mereka antara lain memanfaatkan situasi ini untuk membenahi dan meningkatkan kualitas layanan.
Menurut CEO Airy, Louis Alfonso Kodoatie, bersama mitra properti, pihaknya fokus untuk mencegah penyebaran virus korona baru yang menyebabkan penyakit Covid-19. ”Kami akui kondisi ini berpengaruh terhadap bisnis Airy, terutama dari segi okupansi di kota-kota tujuan favorit wisatawan internasional, seperti Bali,” katanya.
Airy tengah menyiapkan beberapa langkah untuk merespons perubahan cepat pasar akibat pandemi virus Covid-19. Upaya itu antara lain mengembalikan dana pengguna Indonesia yang telah memesan akomodasi untuk periode inap 20 Maret-30 April 2020.
Akan tetapi, pihaknya melihat kondisi pasar yang lesu menjadi momentum untuk memperkuat layanan dan inovasi teknologi pada industri rintisan hotel. Salah satunya kebersihan dan sanitasi properti, serta kemampuan para karyawan dalam melayani tamu.
Strategi juga diterapkan Pegipegi, perusahaan layanan pemesanan hotel dan perjalanan berbasis daring. Upaya adaptasi jangka pendek ataupun jangka panjang ditempuh perusahaan guna menyikapi situasi industri yang sedang sulit.
Corporate Communication Manager Pegipegi Busyra Oryza menyatakan, sejak kasus positif Covid-19 diumumkan di Indonesia, pemesanan tiket pesawat dan hotel turun. Permohonan penundaan dan pembatalan rencana perjalanan meningkat empat kali lipat untuk perjalanan 1-2 bulan ke depan. ”Saat ini, prioritas kami membantu setiap pelanggan yang berencana mengubah rencana perjalanannya,” kata Busyra.
Pihaknya yakin industri perjalanan (travel) tetap berpotensi tumbuh dalam jangka panjang. ”Industri travel merupakan industri yang tahan banting di dunia,” katanya. (AGE/LKT/JUD/DIM)