JAKARTA, KOMPAS — Dunia meningkatkan respons penanganan wabah Covid-19 melalui ekspansi fiskal yang luar biasa. Sejumlah negara mengalokasikan anggaran kesehatan lebih dari 2 persen dari produk domestik bruto.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia tengah berupaya menangani wabah Covid-19, baik melalui instrumen kebijakan fiskal maupun moneter yang berfokus untuk kesehatan. ”Semua negara sekarang melakukan tindakan-tindakan yang tidak konvensional untuk menjaga keamanan penduduknya,” ujarnya dalam telekonferensi di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Menurut Sri Mulyani, Australia mengalokasikan 10 persen PDB untuk penduduk yang terdampak langsung Covid-19. Inggris menganggarkan 4 persen PDB untuk stimulus fiskal berupa bantuan tunai, pengurangan pajak, dan subsidi bagi penduduk yang diputus hubungan kerja atau dikurangi jam kerja.
Kanada menganggarkan 3,6 persen PDB untuk mendukung pekerja dan dunia usaha, sementara Perancis sebesar 2 persen PDB untuk memberikan jaminan ke perusahaan dan swasta. AS menambah 1 triliun dollar AS untuk paket stimulus raksasa.
Dibandingkan dengan sejumlah negara, stimulus fiskal dan dana penanganan Covid-19 yang dialokasikan Indonesia melalui APBN masih relatif kecil, yakni berkisar Rp 118,3 triliun-Rp 121,3 triliun, kurang dari 1 persen PDB. PDB pada 2019 sebesar Rp 15.883,9 triliun.
Stimulus fiskal dan dana penanganan Covid-19 yang dialokasikan Indonesia melalui APBN masih relatif kecil, yakni berkisar Rp 118,3 triliun-Rp 121,3 triliun, kurang dari 1 persen PDB.
Dana itu untuk penanganan temporer selama 3-6 bulan. Pemerintah akan memastikan ketersediaan alat pelindung diri, memberikan insentif bagi tenaga medis berkisar Rp 5 juta-Rp 15 juta per bulan sesuai profesi, dan mengganti biaya perawatan pasien Covid-19. Selanjutnya untuk peningkatan jaring pengaman sosial dan bantuan bagi dunia usaha.
Asumsi makro meleset
Menurut Sri Mulyani, dana dari APBN itu tidak cukup. Indonesia tengah menggalang tambahan anggaran dari pinjaman bilateral dan multilateral, termasuk hibah. ”Defisit anggaran pada 2020 akan diperlebar menjadi 2,5 persen PDB dari proyeksi 1,76 persen PDB,” ujarnya.
Postur APBN 2020, kata Sri Mulyani, akan berubah signifikan. Sebab, hampir semua asumsi makro meleset dari proyeksi, seperti pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, harga minyak dunia, dan suku bunga. Jika Covid-19 bisa segera teratasi, perekonomian RI masih bisa tumbuh 2,5-3 persen.
”Kami sedang menyusun postur APBN yang baru. Respons terhadap situasi saat ini akan dilakukan tetap sesuai koridor, termasuk relaksasi defisit bisa di atas 3 persen PDB,” ujarnya.
Bank Indonesia mencatat, aliran modal asing yang keluar dari Indonesia pada awal Januari-23 Maret 2020 sebesar Rp 125,2 triliun. Dari jumlah itu, Rp 104,7 triliun keluar pada Maret. BI berkomitmen memanfaatkan cadangan devisa secara efektif untuk mengintervensi pasar keuangan demi stabilitas nilai tukar rupiah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, aliran modal keluar merupakan dampak pandemi Covid-19. ”Cadangan devisa yang dimiliki Indonesia saat ini cukup untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah,” ujarnya.
Cadangan devisa yang dimiliki Indonesia saat ini cukup untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
BI mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2020 sebesar 130,4 miliar dollar AS (Rp 2.131 triliun), berkurang dari posisi cadangan devisa Januari 2020 sebesar 131,7 miliar dollar AS (Rp 2.152 triliun).
Sementara, manajemen senior dan karyawan Gojek dalam waktu singkat mengumpulkan donasi senilai Rp 100 miliar. Donasi itu akan digunakan untuk meringankan beban mitra pengemudi, merchant, dan mitra lain yang terdampak oleh wabah Covid-19.
Co-Chief Executive Officer dan manajemen senior Gojek telah pula berkomitmen mendonasikan 25 persen gajinya selama 12 bulan ke depan. Anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan Gojek akan pula dialihkan untuk dana bantuan ini.
”Ini baru komitmen awal kami. Dana sebesar itu (Rp 100 miliar) dari manajemen senior dan seluruh karyawan. Ada karyawan yang malah donasinya lebih besar,” kata Co-CEO Gojek Andre Soelistyo.