Pandemi Covid-19 disikapi sejumlah perusahaan dengan mengubah logo mereka demi menyatakan keprihatinan. Desakan bagi korporasi untuk menjaga karyawannya tetap mengemuka.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Korporasi dunia dan Indonesia tidak berdiam diri menghadapi pandemi Covid-19. Mereka tidak hanya berpangku tangan. Mereka turun ke lapangan untuk membantu dan berusaha mencegah penyebaran penyakit itu di lingkungan perusahaan. Pemilik merek juga mempromosikan berbagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Beberapa di antaranya mempromosikan jaga jarak dan mengenakan masker dengan mendesain ulang logo mereka, yang dalam kondisi normal tidak bermasalah.
Dalam kampanye pemasaran terbaru, mereka sedikit mengubah tampilan logo perusahaan. Lingkaran logo perusahaan otomotif Audi tak lagi terangkai, tetapi terpisah dan berjarak. Logo kendaraan Volkswagen yang biasanya berdekatan dan bersinggungan, diubah menjadi berjarak. McDonald’s Brasil membelah huruf M menjadi terpisah dan berjarak. Perubahan logo itu juga dimaksudkan sebagai simbol “terpisah sementara” antara mereka dengan konsumen. Mereka juga menawarkan pengantaran makanan untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
Minuman Coca Cola yang sering mengkampanyekan kebersamaan, beberapa waktu lalu menghadirkan iklan di Times Square, New York, Amerika Serikat, dengan semua huruf terpisah agak jauh dan slogannya menjadi “Staying apart is the best way to stay connected”. Slogan ini berbeda jauh dengan ungkapan selama ini yang sering diangkat “Celebrates togetherness and love”. Produsen produk olah raga Nike tidak mengubah logo, namun kampanyenya di media sosial mendorong “bermain di dalam” yang lebih diartikan tidak berkerumun di luar.
Mereka bukan sedang membuat lelucon. Mereka merespons keadaan dunia yang mencemaskan. Mengubah logo sementara adalah bagian penyadaran agar konsumen waspada dan ikut melakukan aksi seperti menjaga jarak, tidak berkerumun, dan mengenakan masker bagi yang sakit. Bermodalkan kreativitas, mereka ingin mengajak, mengedukasi, dan menjadi bagian gerakan menjaga jarak untuk mengurangi penyebaran Covid-19.
Kalangan desainer visual juga meramaikan perubahan sementara atau desain ulang logo-logo korporasi dengan berbagai ide kreatif. Salah satu yang menghebohkan dunia adalah desainer asal Slovenia, Jure Tovrljan. Ia membuat perubahan sejumlah logo dan slogan korporasi dunia. Beberapa di antaranya, logo Starbucks yang berupa dewi mitologi Siren kini mengenakan masker. Dua lingkaran di dalam logo Mastercard yang beririsan kini dibuat menjadi terpisah. US Open diubah menjadi US Closed dan media sosial LinkedIn diganti menjadi LockedIn.
Tovrljan menuturkan, dalam kondisi normal, logo-logo perusahaan itu tidak bermasalah. Namun, di tengah pandemi global Covid-19, nilai-nilai di dalam logo itu dinilai kurang pas. Mengubah logo sementara menjadi bagian kampanye pencegahan penyebaran penyakit. Lambang Olimpiade yang memberi kesan kedekatan dan kerja sama antarbedua didesain ulang dengan lingkaran yang terpisah. Sementara, logo NBA yang berupa pebasket tengah bermain diganti dengan pebasket yang sedang rebahan di rumah dengan laptop di depan mereka.
Beberapa merek mulai mengubah logo. Di Indonesia, grup media Tribun Network, anggota KG Media, telah menutup logonya di media sosial dengan masker.
Di beberapa perusahan dunia, logo jabat tangan untuk sementara diubah dengan bersinggungan siku. Chiquita, produsen buah-buahan di AS, yang biasanya menampilkan Miss Chiquita sedang berjualan buah, beberapa hari menghilangkan gambar ikonik itu di dalam logonya, sehingga meninggalkan bulatan kosong. Perusahaan ini menjelaskan, Miss Chiquita sedang berada di rumah alias tidak berkeliling.
Cibiran dan pujian
Kendati banyak yang respek dengan cara-cara perusahaan itu, namun banyak pula orang mencibir perubahan sementara logo-logo tersebut. Sebagiah orang lebih menekankan agar perusahaan bertindak nyata dengan melindungi karyawan mereka dari kemungkinan terpapar Covid-19, menjaga karyawan mereka agar tidak mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), dan menjamin pasokan agar warga tidak kekurangan berbagai kebutuhan. Mereka juga mengaku lebih mencermati langkah nyata perusahaan terhadap karyawan dan konsumen daripada bergenit-genit dengan perubahan logo.
Kedua sikap itu sepertinya tidak perlu diperdebatkan dan dipermasalahkan. Perusahaan pasti akan mendorong keselamatan karyawannya dan berusaha melindungi karyawannya. Meskipun, tetap harus diingatkan dan diawasi agar tidak ada PHK di tengah pandemi global Covid-19.
Peran publik untuk mengawasi korporasi diperlukan agar tidak ada yang makin sengsara. Di sisi lain, desain ulang logo perusahaan juga menjadi bentuk kepedulian sekaligus ajakan bagi masyarakat untuk menangani wabah. (ANDREAS MARYOTO)