Pemerintah menjamin, selama siaga wabah Covid-19, pasokan listrik, BBM, dan elpiji cukup. Bahkan, sejak kebijakan bekerja dari rumah diberlakukan, konsumsi BBM nasional menurun.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memastikan pasokan listrik selama kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia aman dan cukup. Sementara itu, sejak kebijakan bekerja dari rumah diterapkan, konsumsi elpiji di beberapa kota besar naik. Sebaliknya, konsumsi bahan bakar minyak menurun.
”Kami mengimbau masyarakat tak perlu khawatir dengan ketersediaan bahan bakar, elpiji, ataupun pasokan listrik. Semuanya dalam keadaan cukup. Begitu pula, rumah sakit dan pusat rehabilitasi wabah Covid-19 mendapat perhatian khusus untuk pasokan listriknya,” kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi saat dihubungi, Minggu (29/3/2020), di Jakarta.
Selama siaga Covid-19, konsumsi elpiji 3 kilogram meningkat dibandingkan konsumsi normal yang sebanyak 21.930 ton per hari menjadi 22.100 ton per hari. Adapun konsumsi elpiji nonsubsidi juga meningkat dari 2.050 ton per hari menjadi 2.160 ton per hari. Jika ada kekurangan pasokan, PT Pertamina (Persero) siap menambah stok.
”Ketersedian bahan bakar minyak dan elpiji cukup aman selama situasi darurat Covid-19. Kami juga memastikan seluruh operasi produksi, distribusi, dan pemasaran produk Pertamina tetap berjalan baik,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman.
Sementara itu, konsumsi BBM justru menurun selama siaga wabah Covid-19. Kebijakan bekerja dari rumah membuat banyak orang tidak beraktivitas di luar rumah menggunakan kendaraan atau transportasi publik. Sejak 16 Maret 2020, konsumsi BBM turun dari 134.870 kiloliter per hari menjadi 123.740 kiloliter per hari.
Stok BBM nasional cukup untuk kebutuhan selama 23 hari, sedangkan stok elpiji cukup untuk 17 hari.
Data Pertamina menyebutkan, stok BBM nasional cukup untuk kebutuhan selama 23 hari, sedangkan stok elpiji cukup untuk 17 hari. Adapun status ketenagalistrikan sistem Jawa-Bali, seperti yang tercantum di laman Kementerian ESDM, berjalan normal. Status ketenagalistrikan pada sistem Sumatera dan Indonesia bagian timur pun seluruhnya dalam keadaan normal.
Di Jakarta, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyiagakan 2.271 personel yang bertugas bergiliran selama masa siaga Covid-19. PLN juga menyediakan 41 unit penyimpan daya dengan total kapasitas mencapai 7.070 kilovolt ampere (kVA), 23 gardu bergerak dengan daya 17.080 kVA, 10 genset 1.745 kVA, dan kabel listrik sepanjang 2.600 meter. Semua petugas yang berjaga mengenakan alat pelindung diri.
”Untuk menjamin keandalan pasokan listrik, kami membagi dalam dua sistem kelistrikan dari sumber gardu yang berbeda, yakni sumber utama dan sumber cadangan. Beban listrik juga kami monitor secara berkala setiap tiga jam,” ujar General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya M Ikhsan Asaad, beberapa waktu lalu.
PLN juga telah menambah daya pasok ke Rumah Sakit Pertamina Jaya yang dikhususkan untuk penanganan pasien Covid-19. Tambahan daya sebesar 1.110 kVA telah tuntas pengerjaannya pada 17 Maret lalu. Pasokan listrik di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, yang dijadikan pusat rehabilitasi dan penanganan pasien Covid-19 juga sudah diperkuat.
Penguatan pasokan listrik juga dilakukan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Di Jawa Timur ada 47 rumah sakit rujukan bagi pasien Covid-19. Sebanyak 17 rumah sakit di antaranya berlokasi di Surabaya. Untuk menjaga keandalan pasokan, PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur menyiagakan 1.510 personel.
Di Jawa Barat, PLN menyiagakan 60 genset, 13 penyimpan daya, 97 gardu bergerak, dan 700 kendaraan teknis untuk pelayanan gangguan listrik. Menurut General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Barat Agung Nugraha, ribuan personel disiagakan selama wabah Covid-19. Jumlah itu terdiri dari 3.799 personel pelayakan teknik dan 1.637 personel pelayanan jaringan.