PD Pasar Jaya kini menyediakan layanan Belanja dari Rumah bagi masyarakat agar tidak perlu ke pasar untuk berbelanja. Dengan pola ini, para petani, pedagang, dan pengemudi ojol pun dapat tetap bisa beroperasi.
Oleh
SHARON PATRICIA
·5 menit baca
Masyarakat kini tidak perlu lagi ke pasar tradisional untuk berbelanja kebutuhan pokok. Melalui layanan Belanja dari Rumah, cukup dengan membuka laman Perusahaan Daerah (PD) Pasar Jaya di pasarjaya.co.id, puluhan nomor telepon pedagang kebutuhan pokok siap melayani pembeli.
Pembeli tinggal menelepon pedagang, memesan kebutuhan pokok sesuai dengan kebutuhan, dan pesanan pun siap diantar oleh pengemudi ojek daring (ojol). Tidak perlu khawatir dengan harga, layanan ini tetap memungkinkan pembeli untuk melakukan tawar-menawar dengan pedagang.
Woro Aisyah Nurliana (26), karyawan swasta di Jakarta, mengapresiasi langkah pemerintah dalam memberikan layanan Belanja dari Rumah di tengah pandemi coronavirus disease atau Covid-19. Dengan layanan ini, ia dapat mengikuti imbauan pemerintah untuk tetap berada di rumah.
”Sangat terbantu sekali, kemarin saya belanja di Pasar Palmerah, tetapi enggak perlu ke sana karena memang kita juga, kan, harus isolasi di rumah. Selain itu, berbelanja sayuran juga jadi lebih praktis, tinggal Whatsapp, belanjaan datang,” ujar Aisyah saat dihubungi Kompas, Rabu (1/4/2020).
Ada pun Raissa Bianda (27), karyawan swasta di Jakarta, menyampaikan, sudah satu minggu mau berbelanja bahan pangan, tetapi selalu ada kendala, mulai dari barang yang kosong hingga tidak dapat slot untuk diantar.
”Sampai akhirnya saya menemukan @perumdapasarjaya. Saya kemarin belanja di Pasar Kebayoran, langkah-langkahnya sangat mudah, kita tinggal chat pedagang, tulis lis belanjaan kita, pembayaran melalui transfer, pesan ojol untuk pick-up, dan waktunya masak,” ujar Raissa.
Melalui belanja daring, selain membantu masyarakat, kata Raissa, ia pun dapat membantu orang lain. ”Kita jadi bisa bantu pedagang dan juga pengemudi ojol yang sepi pembeli ataupun penumpang,” katanya.
Memang, tak hanya masyarakat yang terbantu, Suhanda (53), pedagang kebutuhan pokok dan sayuran di Pasar Kramat Jati, pun merasa terbantu dengan adanya layanan belanja secara daring. Setelah empat hari berjualan secara daring, setidaknya ada penambahan 10 pembeli.
”Sebelum ada layanan daring, parah banget, penjualan bisa turun 80 persen lebih. Sekarang alhamdulillah, turunnya 50 persen, omzet harian jadi bisa sekitar Rp 4 juta,” ujarnya.
Suhanda mengatakan, sejak adanya Covid-19, langganan yang berasal dari restoran dan katering semakin berkurang. Selain itu, stok bahan pokok, khususnya gula pasir, juga masih kosong hingga sekarang.
Begitu pun yang dialami Firman (34), pedagang kebutuhan pokok di Pasar Klender. Stok gula pasir menjadi salah satu yang dikeluhkan karena pengiriman yang biasanya per hari kini menjadi seminggu sekali, bahkan lebih.
Omzet harian penjulan kebutuhan pokok, kata Firman, dalam tiga minggu terakhir menurun dari Rp 5 juta menjadi Rp 2,5 juta. ”Saya baru mau coba layanan daring hari ini. Semoga dengan adanya layanan daring, perdagangan bisa kembali stabil,” ucapnya.
88 pasar
Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasrudin menyampaikan, sudah ada 88 pasar dari 155 pasar di seluruh DKI Jakarta yang terhubung dengan layanan Belanja dari Rumah. Program ini bertujuan membuat aktivitas ekonomi masyarakat dapat tetap berputar dan kebutuhan masyarakat pun terpenuhi.
”Pengunjung pasar dalam tiga minggu terakhir sudah berkurang 20 persen-30 persen. Jadi, kami harap dengan adanya layanan ini, petani dapat tetap menyuplai hasil panen, pedagang, termasuk ojol, dapat tetap beroperasi, dan masyarakat pun tidak ada yang kelaparan,” katanya.
Namun, memang masih ada nomor pedagang yang sulit dihubungi karena penguat sinyal di daerah pasar masih kurang. Ia berharap agar ada fasilitas untuk menguatkan sinyal sehingga layanan belanja secara daring dapat lebih optimal.
Arief pun mengimbau agar masyarakat tidak panic buying karena akan mengganggu pasokan bahan pangan. Apabila masyarakat membeli kebutuhan pokok dengan wajar, ia menjamin semua lapisan masyarakat tidak akan ada yang kehabisan bahan pokok.
Petakan rantai pasok
Peneliti Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, menyampaikan, fasilitas layanan belanja kebutuhan pokok secara daring harus terus ditingkatkan. Langkah ini akan menjadi momentum bagi pelaku usaha mikro, kecil ,dan menengah untuk bisa tetap beroperasi.
”Kalau program ini berhasil, ini bisa menjadi program yang diadopsi untuk kuota alokasi anggaran yang disediakan pemerintah. Fasilitas layanan Belanja dari Rumah dapat dioptimalkan melalui anggaran pemerintah,” kata Enny.
Menurut Enny, yang terpenting saat ini adalah memastikan dari sisi pasokan dan membuat mapping atau pemetaan terkait dengan rantai pasok. Pemetaan harus dibuat secara jelas dan detail agar ada kepastian kelancaran pendistribusian sehingga dapat menjadi panduan operasional di lapangan.
Tak hanya itu, pemetaan juga harus dibuat untuk jalur distribusi, menjamin masyarakat hingga tingkat RT dan RW terlayani. ”Ini yang menjadi fungsi pemerintah, mengatur bagaimana manajemen permintaan dan penawaran terjamin lancar,” tutur Enny.
Presiden Joko Widodo, Selasa (31/3), telah menandatangani Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan. Pemerintah menetapkan realokasi anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2020.
Sebanyak Rp 405,1 triliun diarahkan untuk penanganan wabah Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 110 triliun digunakan untuk jaring pengaman sosial, di mana terdapat cadangan Rp 25 triliun di dalamnya yang akan dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan pokok serta operasi pasar dan logistik.
Melindungi masyarakat kecil, termasuk para pelaku UMKM, memang menjadi kewajiban pemerintah. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejatinya didorong oleh para pelaku UMKM dengan jumlah usaha mencapai 64,19 juta unit atau 99,99 persen (Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada 2018).