Industri Kecil Menengah Bersiap Produksi Alat Pelindung Diri Berstandar Medis
Sebanyak 88 persen dari 50 industri kecil menengah di 7 provinsi di Indonesia menyatakan siap memproduksi alat pelindung diri. Namun, mereka umumnya belum mengetahui ketentuan izin edar dan standardidasi proses produksi.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga medis yang menangani Covid-19, industri kecil dan menengah bersiap memproduksi alat pelindung diri. Pemerintah berencana menggelar sosialisasi agar alat pelindung diri yang diproduksi industri kecil menengah bisa memenuhi standar medis.
Hasil survei yang digelar Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian menangkap kesiapan tersebut. Survei ini melibatkan 50 responden IKM bidang tekstil di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sumatera Barat.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih menyebutkan, sesuai hasil survei, 88 persen responden mampu memproduksi alat pelindung diri (APD) dan masker. "Rencananya, kami akan mengajak Kementerian Kesehatan melakukan sosialisasi pada IKM (terkait standar dan izin edar)," ujarnya saat dihubungi, Rabu (1/4/2020).
Sosialisasi dibutuhkan oleh para pelaku industri kecil menengah. Sebanyak 91 persen responden menyatakan tidak tahu mengenai izin edar APD dari Kementerian Kesehatan. Selain itu, hanya 53,3 persen responden yang memahami standardisasi proses produksi APD.
Padahal, dari segi kemampuan, menurut survei tersebut, kapasitas produksi masker dari para responden rata-rata mencapai 50-500 buah per hari. Adapun kapasitas produksi baju pelindung berkisar 50 buah per hari.
Sebelumnya, Gati menyatakan, Kementerian Perindustrian tengah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk memberikan kemudahan dalam standardisasi maupun penerbitan izin edar APD untuk tenaga medis. Tak hanya untuk IKM, kemudahan ini juga berlaku untuk industri besar.
Dari industri besar, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam memperkirakan, pelaku dapat mendistribusikan 5-10 juta APD per akhir April 2020. Dia optimistis APD dapat cepat diproduksi karena bahan baku sudah tersedia.
Kementerian Perindustrian memperinci, APD yang sedang dibutuhkan meliputi pakaian, tutup kepala, masker, handuk, sarung tangan, pelindung kaki, pelindung tangan dan kacamata pelindung wajah (goggles). Dalam rangka memasok kebutuhan APD tersebut, Kementerian Perindustrian berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Kesehatan.
Sejumlah Balai Diklat Industri (BDI) di bawah BPSDMI juga mampu memproduksi APD.
Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian Yulia Astuti menambahkan, sejumlah Balai Diklat Industri (BDI) di bawah BPSDMI juga mampu memproduksi APD. "APD ini memiliki standar untuk tenaga medis," katanya melalui siaran pers.
Impor masker
Sementara itu, Gojek telah mengantongi izin impor masker sebanyak 5 juta buah. Gojek berencana membagikan masker ini untuk mitra pengemudi dan disumbangkan kepada pemerintah untuk para tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan Covid-19. Komisaris Utama Gojek, Garibaldi Thohir menyatakan, Gojek mendapatkan izin impor dari pemerintah yang diwakili BNPB.
"Impor ini tidak mengganggu ketersediaan dan produksi masker dan alat-alat perlindungan diri lain di Indonesia. Gojek melakukan berbagai upaya untuk menyediakan alat perlindungan diri agar mereka (mitra pengemudi) bisa bertugas secara prima dan terminimalisir dari risiko penularan,” ujarnya melalui keterangan pers yang diterima, Rabu (1/4/2020).
Selain itu, Gojek juga membentuk skema bantuan pendapatan bagi mitra pengemudi dengan status orang dalam pantauan (ODP) dan pasien dengan penyakit (PDP) Covid-19. Skema bantuan ini bertujuan untuk menyokong keluarga mitra pengemudi tersebut selama masa karantina ODP maupun PDP.
Skema bantuan ini dinaungi oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB). Salah satu sumber dananya ialah penggalangan dana senilai Rp 100 miliar yang terkumpul dari pengalihan sebanyak 25 persen gaji tahunan manajemen senior Gojek.
Prioritas utama YABB ialah mendukung keberlangsungan pendapatan mitra pengemudi dan mitra Gojek lainnya di tengah periode ketidakpastian ini. Selain itu, Gojek juga telah menyediakan ratusan ribu paket kesehatan (safety kit) yang dibagikan di lebih dari 1.300 titik kepada puluhan ribu mitra pengemudi di lebih dari 80 kota di Indonesia.