Pandemi Covid-19 memukul berbagai sektor ekonomi, termasuk transportasi. Tinggal di rumah merupakan salah satu cara memutus rantai penyebaran Covid-19.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Dampak pandemi Covid-19 telah menyeruak ke berbagai sendi kehidupan, tak terkecuali di aspek transportasi. PT Kereta Api Indonesia (Persero), misalnya, mencatat penurunan jumlah penumpang KA jarak jauh dan KA lokal dari 1.530.079 penumpang pada minggu pertama Maret 2020 menjadi 566.613 penumpang pada minggu keempat Maret 2020.
Jumlah penumpang turun sejak kasus pertama Covid-19 di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020. Penurunan ini kian terlihat sejak pemerintah menganjurkan bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah pada pertengahan Maret 2020.
KAI mengurangi jumlah perjalanan KA yang dioperasikan seiring tren penurunan jumlah penumpang dan imbauan tinggal di rumah. Sampai dengan 1 April 2020, sebanyak 243 KA dibatalkan perjalanannya, yakni 131 KA jarak jauh dan 112 KA lokal.
Bagaimana kondisi angkutan udara? Sebagai gambaran, siaran pers dari PT Angkasa Pura II (Persero) menyebutkan, pada tujuh hari pertama periode tinggal di rumah dan bekerja dari rumah, yakni 16-22 Maret 2020, ada 763.633 pergerakan penumpang pesawat rute domestik di Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Pada pekan kedua, yakni 23-29 Maret 2020, jumlahnya merosot menjadi 500.080 pergerakan penumpang. Pergerakan pesawat juga turun dari 6.069 pergerakan menjadi 3.992 pergerakan.
Sementara itu, jumlah penumpang domestik di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada periode 16-22 Maret 2020 tercatat 86.653 penumpang. Jumlah itu turun menjadi 56.265 penumpang pada periode 23-29 Maret 2020. Pada kurun waktu yang sama, jumlah pergerakan pesawat turun dari 1.217 pergerakan menjadi 988 pergerakan.
Penurunan jumlah penumpang KA ataupun pesawat tersebut ditengarai, antara lain, karena masyarakat di DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya mulai menuruti imbauan untuk tetap berada di rumah demi mencegah penyebaran Covid-19.
Namun, di sisi lain, beberapa waktu belakangan terpantau pergerakan orang, baik menggunakan bus maupun kendaraan pribadi. Mereka meninggalkan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menuju daerah-daerah di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Beberapa waktu belakangan terpantau pergerakan orang, baik menggunakan bus maupun kendaraan pribadi
Kepedulian untuk mencegah penyebaran virus korona jenis baru ke berbagai daerah, dari sisi transportasi, saat ini relevan. Apalagi ketika menimbang Jakarta sudah menjadi episentrum, yang ditandai dengan jumlah kasus positif Covid-19 relatif tinggi dibandingkan dengan daerah-daerah lain.
Pandemi Covid-19 adalah masalah kesehatan. Jika persoalan ini tak diselesaikan, dampak ke sektor lain, termasuk ekonomi, sosial, dan kesejahteraan, akan semakin dalam.
Data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per Kamis (2/4/2020) menunjukkan, 1.790 orang positif Covid-19 di Indonesia. Dari jumlah itu, 112 orang sembuh dan 170 orang meninggal. Kasus positif Covid-19 sudah ada di 32 provinsi di Indonesia.
Khusus di DKI Jakarta, ada 897 orang yang positif Covid-19, dengan 90 orang meninggal.
Sementara, berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per Kamis (2/4/2020) sore, ada 856.386 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di 204 negara atau kawasan di dunia. Dari jumlah itu, 41.956 orang meninggal.
Pandemi Covid-19 adalah masalah kesehatan. Jika persoalan ini tak diselesaikan, dampak ke sektor lain, termasuk ekonomi, sosial, dan kesejahteraan, akan semakin dalam.
Pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Diterbitkan juga Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19 serta Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19.
Saatnya bergerak cepat, tepat, dan terarah dalam menangani Covid-19 sebab waktu terus berjalan. Virus tidak menunggu. (C ANTO SAPTOWALYONO)