Ekspor Ikan Segar Naik Hampir Dua Kali Lipat di Tengah Pandemi
Tak seperti sektor perekonomian lainnya, ekspor ikan segar dari Jambi meningkat signifikan. Hal itu didorong tingginya kebutuhan masyarakat akan makanan sehat dan protein tinggi.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19 yang mengoyak berbagai sektor perekonomian, bisnis perikanan justru tumbuh positif. Salah satunya ekspor ikan segar dari Jambi yang meningkat hampir dua kali lipat.
Peningkatan itu terjadi sejak dua bulan terakhir. Pengiriman ikan segar pada Februari lalu sebesar Rp 1,2 miliar, naik menjadi Rp 1,99 miliar pada Maret. Volumenya pada Januari tercatat 13 ton pada Februari naik signifikan menjadi 20,2 ton.
Adapun ekspor ikan melalui Pelabuhan Kuala Tungkal menuju Singapura sudah naik terus sejak Februari. Pada Januari, nilai ekspor tercatat Rp 123 juta dengan volume 1,85 ton, naik menjadi Rp 287 juta dengan volume 3,67 ton di bulan Februari. Selanjutnya, pada Maret, ekspor naik menjadi Rp 474,5 juta dengan volume 5,28 ton.
Kondisi itu didorong permintaan tinggi dan cenderung meningkat, seiring besarnya kebutuhan masyarakat akan makanan sehat dan protein tinggi.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Jambi, Ade Samsudin membenarkan soal peningkatan pengiriman domestik ataupun luar negeri ikan segar di tengah pandemi. ”Kondisi itu didorong permintaan tinggi dan cenderung meningkat, seiring besarnya kebutuhan masyarakat akan makanan sehat dan protein tinggi,” katanya, Senin (13/4/2020).
Pihaknya tidak membatasi arus barang atau logistik termasuk produk hasil perikanan. Begitu pula pengiriman hasil ikan ke Singapura tetap dilayani melalui Pelabuhan Kuala Tungkal dengan kapal laut. Begitu pula pengiriman ke Jakarta melalui jalur udara.
Kepala Subseksi Pelayanan BKIPM Jambi Meliya Bahnan memastikan, layanan BKIPM terkait lalu lintas komoditas ikan segar baik melalui jalur udara dan darat Kota Jambi maupun jalur laut lewat Kuala Tungkal tetap berjalan.
Perlambatan ekonomi
Namun, secara keseluruhan, Gubernur Jambi Fachrori Umar mengatakan, pandemi virus korona baru telah memperlambat laju perekonomian daerah. Penerimaan retribusi daerah turun 5,58 persen, di antaranya akibat berkurangnya tingkat kunjungan ke tempat wisata.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi pada Maret 2020 Provinsi Jambi mengalami deflasi bulanan 0,64 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Bayu Martanto menjelaskan, pandemi itu telah menimbulkan kekhawatiran masyarakat untuk beraktivitas dengan menggunakan angkutan udara. Berbagai imbauan dan kebijakan Pemerintah untuk mengurangi aktivitas di luar ruangan turut mendorong penurunan tarif angkutan udara. Terjadi pula penurunan harga komoditas makanan meskipun lebih disebabkan terjadinya panen raya yang mendorong pasokan melimpah.