Berbagai inisiatif menggeliatkan usaha bermunculan, baik dari para pemilik jenama lokal, hingga pelaku e-dagang. Upaya itu guna menjaga usaha, membuka peluang usaha, dan mempertahankan pekerja.
Oleh
M Paschalia Judith J/Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Berbagai inisiatif menggeliatkan usaha bermunculan, baik dari para pemilik jenama lokal maupun pelaku e-dagang. Gerakan inisiatif itu pada umumnya menyasar para pelaku usaha mikro dan kecil yang berpotensi atau sudah gulung tikar karena kondisi usaha yang lesu selama pandemi Covid-19. Ini menjadi upaya alternatif untuk mengimbangi langkah kebijakan stimulus yang ditempuh pemerintah.
Pemilik-pemilik jenama atau merek lokal, misalnya, bergandengan tangan mewujudkan Hari Belanja Brand Lokal yang akan digelar pada 25-27 April 2020. Pendiri Hypefast Achmad Alkatiri, pendiri Brodo Muhammad Yukka Harlanda, pendiri Torch.id Ben Wiriawan, Managing Director RiaMiranda Pandu Rosadi, dan pendiri Cottonink Carline Darjanto menggagas acara ini.
Ben memaparkan, inisiasi ini berawal dari tekanan yang dialami pemilik jenama lokal yang mayoritas berskala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akibat pandemi Covid-19.
”Anjloknya penjualan mereka tergolong parah atau di atas 30 persen. Di sisi lain, kami tidak ingin merumahkan karyawan yang hidup dari merek lokal,” katanya saat dihubungi, Kamis (16/4/2020), di Jakarta.
Anjloknya penjualan mereka tergolong parah atau di atas 30 persen. Di sisi lain, kami tidak ingin merumahkan karyawan yang hidup dari merek lokal.
Namun, ketika menilik kanal-kanal penjualan, Ben menyatakan, perdagangan daring tak terdampak signifikan oleh pandemi Covid-19. Penurunan penjualan secara daring tak lebih dari 10 persen. Penjualan sejumlah jenama lokal di pasar domestik juga meningkat. Sayangnya, sebanyak 70 persen produk yang dijualkan di penyelenggara e-dagang berasal dari impor.
Public Relation and Media Relation Hari Belanja Brand Lokal Indonesia Bonita Ayularas menambahkan, produk dengan jenama lokal mengandalkan penjahit, jasa pengemasan, bahkan tenaga administrasi dari dalam negeri. ”Oleh sebab itu, dalam mempertahankan roda ekonomi produk jenama lokal berperan krusial,” ujarnya.
Perlindungan mitra
Sejumlah platform e-dagang menginisiasi gerakan itu dengan berbagai program. Shopee membuat program Stimulus Dukungan Covid-19 100 Miliar Shopee. Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja, Kamis (16/4/2020), mengatakan, salah satu bentuk stimulus yang diberikan adalah bantuan modal bagi mitra penjual. Untuk semua mitra penjual yang jumlahnya dilansir lebih dari 3 juta orang per akhir 2019, diberikan bantuan tambahan modal Rp 1 juta rupiah berbentuk voucer.
Mitra penjual baru, seperti para pekerja yang baru-baru ini kehilangan pendapatan karena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan, bisa mengikuti program ini. Mereka mendapat modal awal hingga Rp 1 juta dalam bentuk voucer, kredit iklan Rp 150.000, dan gratis layanan program pengiriman atau gratis ongkos kirim.
”Total nilai berbagai stimulus itu Rp 100 miliar. Langkah ini diharapkan bisa meringankan beban mitra penjual UMKM yang usahanya terdampak Covid-19,” kata Handhika.
Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono mengatakan, Bukalapak memiliki program One Click Online. Program ini berupa ajakan bagi masyarakat untuk menambah pemasukan di tengah pandemi dengan menjadi pelapak.
Adapun untuk menerjemahkan tawaran menjadi wirausaha di e-dagang sebagai alternatif sumber pendapatan, Tokopedia membuat kampanye #JagaEkonomiIndonesia yang mengajak masyarakat menjadi wirausaha untuk menyediakan kebutuhan masyarakat melalui Tokopedia.
Inisiatif lain juga digulirkan produsen pakaian street wear lokal Indonesia, Damn! I Love Indonesia melalui Gerakan Saling Jaga. Gerakan ini juga bertujuan menggerakkan roda ekonomi dan mendorong solidaritas di tengah pandemi. Bentuknya dengan menggandeng sejumlah kreator, ilustrator, dan UMKM konfeksi untuk memproduksi kaos seri khusus ”Saling Jaga”.
Produk kaus ini didominasi warna putih dan hitam dengan varian ilustrasi dan pesan yang menggambarkan optimisme, disiplin diri, dan solidaritas dalam menghadapi pandemi. Keuntungan penjualan itu akan disumbangkan ke pelaku ekonomi kreatif dan tim medis. Ada 37 pilihan desain dan ilustrasi terkait Covid-19 yang dapat dipesan mulai dari 15 April 2020 sampai 23 April 2020.
Penolong saat krisis
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, meskipun kondisi ekonomi sedang lesu, para pelaku UMKM diimbau tetap menjalankan aktivitas produksi untuk bertahan hidup dan menggerakkan roda perekonomian nasional. Selama ini, UMKM kerap teruji menjadi penolong saat krisis ekonomi, seperti yang pernah terjadi saat krisis moneter 1998.
Saat itu ekspor UMKM naik hingga 350 persen, ketika banyak usaha besar dan perbankan justru berjatuhan. Saat ini kondisi sedikit berbeda karena UMKM ikut terpuruk terdampak pandemi yang juga membuat kondisi ekonomi global lesu.
”Dulu, UMKM masih bisa berjaya karena UMKM ramai-ramai mengekspor produk dan dollar AS menguat. Kini, permintaan produk ekspor juga lemah,” katanya.
Menurut Teten, masih ada peluang bagi UMKM untuk mengisi pasar dalam negeri, termasuk menggantikan produk-produk yang selama ini diimpor dan terkendala akibat Covid-19. Misalnya, komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran.
UMKM juga didorong untuk banting setir memproduksi barang yang dibutuhkan pasar, seperti coverall bagi tenaga medis, masker, dan cairan pembersih tangan (hand sanitizer) untuk masyarakat. Berbagai gerakan yang saat ini bermunculan, baik secara perorangan, swasta, maupun diinisiasi pemerintah, diharapkan mampu mendorong UMKM tetap berproduksi.
”Kami sudah menjalin komitmen dengan berbagai pihak untuk memastikan ketersediaan bahan baku, standardisasi produk, dan akses pemasaran produk UMKM,” katanya.
Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan stimulus berupa bantuan langsung tunai untuk usaha ultra mikro dan mikro, restrukturisasi dan subsidi suku bunga kredit usaha mikro, restrukturisasi kredit untuk koperasi lewat Lembaga Pengelola Dana Bergulir, program Kartu Prakerja, relaksasi pajak, dan lain sebagainya. Diharapkan, roda ekonomi yang ditopang UMKM tetap berjalan meski harus lambat.