Para pendaftar program Kartu Prakerja kini tengah menunggu pengumuman kelulusan gelombang pertama. Mereka berharap program ini benar-benar membantu mereka keluar dari kesulitan akibat Covid-19.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
Jumlah pendaftar program Kartu Prakerja kian meningkat, bahkan telah melebihi target tahunan hanya dalam waktu lima hari pendaftaran. Pendaftar pada gelombang pertama mencapai 5,96 juta orang. Sementara pemerintah awalnya menargetkan 5,6 juta orang untuk kuota tahunan.
Membeludaknya jumlah pendaftar program Kartu Prakerja mengindikasikan banyaknya masyarakat yang berharap mendapatkan pekerjaan, khususnya bagi mereka yang kehilangan pekerjaan atau kehilangan pendapatan akibat imbas dari pandemi coronavirus disease atau Covid-19.
Untuk menjadi pemegang Kartu Prakerja, pendaftar harus dinyatakan lulus dari proses pendaftaran daring, tes minat bakat, dan seleksi batch berdasarkan domisili. Peserta kemudian akan mendapatkan total bantuan Rp 3,55 juta yang disalurkan melalui e-wallet atau rekening bank.
Secara rinci, dana tersebut sebesar Rp 1 juta untuk voucer pelatihan, Rp 600.000 per bulan untuk insentif penuntasan pelatihan selama empat bulan, serta Rp 150.000 untuk insentif survei kebekerjaan. Pelatihan daring yang disediakan selama pandemi Covid-19 antara lain dari Tokopedia, Bukalapak, Skill Academy by Ruangguru, MauBelajarApa, HarukaEdu, PijarMahir, Sekolah.mu, dan Sisnaker.
Fachri Afriza (18), salah satu pendaftar program Kartu Prakerja, berharap dapat memperoleh manfaat dari program ini. Sebab, pendapatan harian yang selama ini ia peroleh dari berjualan makanan ringan sirna sejak adanya pandemi Covid-19.
Sebagai produsen makanan ringan yang dijual ke sekolah-sekolah di Kota Bogor, menurut Fachri, usahanya tidak dapat bertahan lagi karena kini anak-anak belajar dari rumah sehingga tidak ada pembeli. Dalam kondisi normal, omzet hariannya sekitar Rp 550.000. Namun, sejak adanya wabah, omzetnya terus berkurang hingga akhirnya pada 21 Maret 2020 ia memutuskan untuk menutup usaha karena semakin merugi.
”Makanya, saya mendaftar Kartu Prakerja untuk menambah wawasan dan keterampilan dalam berwirausaha. Kalau lolos, saya mau ikut pelatihan yang berhubungan dengan usaha saya, yaitu platform online, seperti Tokopedia, agar lebih paham bagaimana cara berjualan secara daring,” kata Fachri saat dihubungi Kompas, Jumat (17/4/2020).
Ia berharap, penerima Kartu Prakerja nantinya benar-benar tepat sasaran, khususnya untuk masyarakat yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kehilangan pendapatan harian.
”Saya cuma bisa berdoa, semoga bisa lolos seleksi soalnya saya pun enggak dapat bantuan sosial lainnya,” ucap Fachri.
Hambatan
Sebelum berhasil mendaftar, Fachri mengaku kesulitan menjalani proses pendaftaran. Mulai dari tidak mendapatkan e-mail verifikasi, sulit mengakses website atau laman pendaftaran, dan mengunggah foto kartu tanda penduduk (KTP), serta swafoto harus ia ulang sampai 30 kali.
”Waktu itu saya daftar satu hari setelah pendaftaran dibuka. Alhamdulillah akhirnya berhasil daftar setelah mencoba berkali-kali,” kata Fachri.
Kesulitan mendaftar program Kartu Prakerja juga dialami Fadhil Nur Aulia (24) yang hingga kini ia bahkan belum berhasil mendaftar. Ia mengaku belum bisa mengunggah foto sehingga secara otomatis tidak dapat lanjut ke tahap berikutnya.
”Saya berharap bisa segera mendaftar karena saat ini posisi saya tidak sedang bekerja sejak Februari kemarin. Kalau nanti lolos, saya berharap bisa mengikuti pelatihan informasi dan teknologi untuk menghadapi dunia kerja modern,” kata Fadhil, yang sebelumnya bekerja sebagai karyawan swasta di sektor pendidikan.
Berdasarkan data dari laman prakerja.go.id sampai Kamis (16/4) pukul 16.00 atau saat pendaftaran gelombang pertama ditutup, tercatat 5.965.048 orang mendaftarkan diri di laman prakerja.go.id. Dari jumlah itu, sebanyak 2.078.026 orang terseleksi (Kompas, 17 April 2020).
Peserta yang lolos akan diberitahu melalui pesan elektronik yang akan dikirimkan paling lambat Senin (20/4) depan. Sementara bagi mereka yang belum berhasil mendaftar, akan dibuka kembali pendaftaran gelombang ke-2 pada Senin (20/4) hingga Kamis (23/4).
Lebih optimal
Kepala Departemen Ekonomi Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Yose Rizal Damuri menilai, selama masa pandemi Covid-19, Kartu Prakerja sebaiknya berfokus pada fungsi penyaluran bantuan sosial dan mengurangi aspek pelatihan. Tentu, jika ini terjadi, komunikasi publik yang jelas dan reguler perlu digalakkan.
Menurut Yose, langkah ini penting untuk mencegah salah kaprah di masyarakat mengenai ”pengangguran digaji” dan mengantisipasi moral hazard setelah pandemi selesai. Pasalnya, skema yang sekarang berpotensi menimbulkan dilema motivasi peserta, apakah untuk meningkatkan keterampilan atau memperoleh uang.
”Ketidakseriusan peserta mendorong pelaksanaan pelatihan yang berbiaya cukup tinggi menjadi percuma dan cenderung sebagai pemborosan. Termasuk untuk pemegang Kartu Prakerja, nilai bantuan dinilai pun belum optimal,” kata Yose dalam artikel berjudul ”Bantuan Sosial Ekonomi di Tengah Pandemi COVID-19: Sudahkah Menjaring Sesuai Sasaran?”.
Insentif tunai sebesar Rp 600.000 per bulan, dinilai Yose, tidak cukup. Sebab, pelatihan secara daring memerlukan listrik dan internet, artinya pengeluaran untuk komponen tersebut akan membengkak. Jika tujuannya adalah meningkatkan daya beli, penambahan insentif ataupun restrukturisasi dana pelatihan dan insentif perlu dipertimbangkan.