BI: Dunia Perlu Perkuat Kerja Sama Internasional Hadapi Pandemi
Ekonomi dunia menghadapi ketidakpastian terkait durasi wabah Covid-19, kemungkinan mutasi virus, dan efektivitas dari berbagai upaya menahan penyebaran virus.
Oleh
hendriyo widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia menekankan pentingnya kerja sama internasional, baik multilateral maupun regional, untuk mendorong ekonomi global di tengah tekanan pandemi Covid-19. Langkah ini perlu dilakukan sembari setiap masing negara memperkuat ekonomi nasional.
Bank Indonesia (BI) juga mendukung implementasi respons bauran kebijakan yang terkoordinasi untuk memitigasi dampak Covid-19 pada ekonomi. Bauran kebijakan itu baik dari sisi fiskal, moneter, maupun struktural.
Hal itu disampaikan pada rangkaian telekonferensi Pertemuan Musim Semi Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia pada 14-16 April 2020. Pertemuan itu diikuti para gubernur bank sentral dan menteri keuangan dari sejumlah negara.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan pentingnya peran bauran kebijakan di area kesehatan, fiskal, dan moneter. Lembaga internasional sangat berperan penting menjaga resiliensi ekonomi dan stabilitas sistem keuangan global, termasuk menjaga likuiditas untuk mendorong pemulihan ekonomi.
”Dalam upaya tersebut, Indonesia bersama negara G-20 lain mendukung Rencana Aksi G-20 untuk menghadapi krisis yang disebabkan Covid-19. Rencana aksi G-20 ini bisa menjadi referensi respons kebijakan untuk memitigasi dampak wabah Covid-19,” ujarnya dalam siaran pers yang dikutip Kompas, Sabtu (18/4/2020).
Rencana Aksi G-20 itu memuat upaya jangka pendek dan menengah. Dalam aksi jangka pendek, G-20 berkomitmen memastikan respons di sektor kesehatan sebagai prioritas utama. G-20 juga berkomitmen membantu negara yang paling terdampak pandemi Covid-19 di sektor ekonomi dan sosial.
Selain itu, G-20 juga akan bekerja sama memastikan perbaikan perekonomian global demi mengembalikan pertumbuhan ekonomi yang kuat, seimbang, berkelanjutan, dan inklusif. Salah satunya dengan memperkuat kerja sama bilateral, multilateral, dan regional, terutama di sektor kesehatan, finansial, dan perdagangan.
Menurut Perry, pertemuan IMF-Bank Dunia tersebut juga membahas dampak merebaknya Covid-19 terhadap risiko pertumbuhan ekonomi global. Ekonomi dunia menghadapi ketidakpastian terkait durasi wabah Covid-19, kemungkinan mutasi virus, dan efektivitas dari berbagai upaya menahan penyebaran virus.
”Risiko lain yang menjadi perhatian adalah dampak yang ditimbulkan pada sektor finansial, pasokan barang, kegiatan perdagangan, dan kepercayaan pasar,” katanya.
Ekonomi dunia menghadapi ketidakpastian terkait durasi wabah Covid-19, kemungkinan mutasi virus, dan efektivitas dari berbagai upaya menahan penyebaran virus.
IMF memperkirakan, ekonomi dunia akan terkontraksi cukup dalam dan menekankan pentingnya respons kebijakan yang tepat untuk menghadapinya. IMF memperkirakan perekonomian global tumbuh minus 3 persen pada 2020 atau turun dari pertumbuhan pada 2019 yang sebesar 2,9 persen.
IMF menyebut, ekonomi global akan pulih secara bertahap dan tumbuh 5,8 persen pada 2021. Hal itu seiring dengan kegiatan ekonomi yang kembali normal dengan dukungan kebijakan yang telah dilakukan negara-negara anggota.
Sementara dalam Proyeksi Ekonomi Global yang dirilis Selasa (14/4/2020) malam WIB, IMF menyebutkan, perekonomian Indonesia pada 2020 akan tumbuh 0,5 persen. Indonesia akan mengalami pemulihan ekonomi cukup kuat pada 2021 menjadi 8,2 persen.
Pertumbuhan ekonomi pascakrisis itu memang akan mengalami lompatan cukup tinggi. Namun, dalam situasi saat ini, lompatan yang tinggi tersebut ditentukan kecepatan dan ketepatan penanganan Covid-19. Pemulihan ekonomi Indonesia ke level 8,2 persen pada 2021 adalah proyeksi paling optimistis.
Menghadapi kondisi tersebut, IMF menegaskan pentingnya upaya mengatasi Covid-19 melalui kebijakan di bidang kesehatan yang disertai dengan langkah-langkah dalam memitigasi dampak ekonomi. Langkah tersebut dilakukan melalui kebijakan fiskal, moneter, keuangan, kerja sama internasional (multilateral dan regional), peningkatan kepercayaan global, serta upaya-upaya percepatan pemulihan ekonomi.
IMF menilai, Indonesia cukup proaktif meluncurkan sejumlah program dan kebijakan penanganan Covid-19. Bank Indonesia menerbitkan cukup banyak kebijakan relaksasi, sedangkan pemerintah memperbesar ruang fiskal untuk penanganan Covid-19.
”Kebijakan yang ditempuh Indonesia ada di jalur yang tepat. Namun, pemulihan ekonomi yang diasumsikan berbentuk V atau V shape belum tentu terjadi,” kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik Dana Moneter Internasional (IMF) Chang Yong Rhee.
Perry menegaskan, BI bersama pemerintah dan lembaga/instansi terkait akan terus berupaya memperkuat koordinasi dan sinergi untuk memitigasi implikasi penyebaran Covid-19. Tujuannya adalah menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan agar dapat menopang daya tahan ekonomi,” kata Perry. (KARINA ISNA IRAWAN)