Pandemi Covid-19 telah memukul perusahan bus di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sebulan terakhir dan diprediksi masih akan berlanjut. Perusahaan tidak hanya sepi penumpang, tetapi juga berhenti beroperasi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPS — Pandemi Covid-19 telah memukul perusahan bus di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, sebulan terakhir dan diprediksi masih akan berlanjut. Perusahaan tidak hanya sepi penumpang, tetapi juga berhenti beroperasi seiring keputusan pemerintah melarang masyarakat mudik Lebaran 2020.
Anshori, Kepala Operasional PO Sahabat, mengatakan, dari sekitar 200 bus, yang beroperasi hanya hitungan jari. ”Kami tidak lagi melayani rute ke Semarang. Bus ke Jakarta paling banyak 5 unit, ke Merak hanya 8 bus, dan 3 bus ke Bandung. Penurunan jumlah bus yang beroperasi ini terjadi sebulan terakhir,” ujarnya di Cirebon, Kamis (23/4/2020).
Ini kondisi terburuk yang pernah kami alami. Lebih buruk dibandingkan krisis ekonomi 1998.
Bahkan, seluruh bus sama sekali tidak jalan pada Selasa dan Sabtu karena tidak ada penumpang. Akibatnya, menurut dia, pemasukan perusahaan terjun bebas dari biasanya Rp 80 juta per hari menjadi Rp 8 juta per hari. Lebih dari 100 sopir dan kernet terpaksa dirumahkan.
”Ini kondisi terburuk yang pernah kami alami. Lebih buruk dibandingkan krisis ekonomi 1998. Dulu, bus masih bisa jalan,” kata Anshori, yang telah 35 tahun bekerja di PO Sahabat. Padahal, menjelang Lebaran seperti saat ini, perusahaan bus bisa meraup untung karena banyak warga mudik.
Namun, kali ini, pemerintah memutuskan melarang masyarakat mudik pada Lebaran 2020 demi mencegah meluasnya penyebaran Covid-19 di daerah. Larangan mudik berlaku pada Jumat (24/4)-Minggu (31/5) dan bisa diperpanjang jika diperlukan. Adapun sanksinya diterapkan mulai 7 Mei.
”Kami tidak mau ambil risiko. Sanksi dendanya katanya Rp 100 juta. Kami mengerti, kebijakan ini untuk mencegah penyebaran Covid-19,” ujarnya.
Menurut dia, pihaknya telah mengantisipasi penyebaran Covid-19 di lingkungan bus dengan menyiapkan tempat cuci tangan dengan sabun, pemeriksaan suhu tubuh, dan penyemprotan disinfektan.
Bus menumpuk
Sugianto, Supervisor PO Garuda Mas Cirebon, mengatakan, tiga pekan ini hanya lima unit bus yang beroperasi setiap hari. Itu pun banyak kursi kosong demi menerapkan jaga jarak antarpenumpang untuk mencegah penularan virus korona baru penyebab penyakit Covid-19.
”Padahal, per hari bisa 35 bus jalan dari Jakarta dan 35 bus lainnya beroperasi dari arah Jawa. Sekarang, 77 bus menumpuk di Cirebon. Mulai besok (Jumat) stop jalan,” katanya. Langkah itu dilakukan sesuai keputusan pemerintah melarang warga mudik Lebaran 2020.
Sugianto dan Anshori berharap, pemerintah dapat memberikan insentif kepada perusahaan bus yang terdampak pandemi Covid-19. Instentif bisa berupa peringanan pajak, asuransi, juga pengurangan tarif tol.
Chepi Imron (42), sopir bus Kuningan-Merak, mengaku belum tahu tentang larangan mudik oleh pemerintah. Kebijakan itu semakin memukul sopir bus yang sebulan terakhir sudah kesusahan.
”Sekarang, saya bawa bus paling banyak dua kali seminggu. Padahal, biasanya bisa tiga kali. Penumpang juga sekarang turun dari 60 orang menjadi 30 orang, bahkan 10 orang,” katanya.
Jangankan mengantongi uang pulang, membayar setoran saja sopir kepayahan. Padahal, batas setoran dari perusahaan sudah dikurangi dari Rp 2 juta menjadi Rp 1,5 juta untuk satu rit per hari.
”Kalau mudik Lebaran, seperti sekarang, saya seharusnya bisa dapat Rp 1 juta per hari. Tetapi, karena ada korona, dapat Rp 500.000 saja belum tentu. Bagaimana mau nyetor,” ujarnya.
Bapak dua anak asal Kapetakan, Cirebon, ini berharap pemerintah tidak sekadar melarang mudik, tetapi juga memberikan solusi atas masyarakat terdampak, termasuk sopir bus. Kebutuhan makan dan minum, misalnya, dipenuhi oleh pemerintah.
”Katanya, ada bantuan Rp 600.000 untuk sopir bus. Jumat (17/4) lalu, saya sudah serahkan data kepada polisi untuk menerima bantuan. Tetapi, sampai sekarang belum ada. Padahal, isi celengan sudah habis dan utang di warung membengkak,” ujar Imron, yang tidak punya mata pencarian lain selain menjadi sopir bus.