logo Kompas.id
EkonomiGula-gula Swasembada Gula
Iklan

Gula-gula Swasembada Gula

Sejak 50 tahun lalu, swasembada gula jadi frasa yang berulang, dari satu pemerintahan ke pemerintahan berikutnya. Jika petani terus dibiarkan rugi, jika tata kelola pergulaan masih koruptif, lupakanlah mimpi swasembada.

Oleh
Mukhamad Kurniawan
· 3 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/2iDvYolr7RwmStw69lq66Gx4nYM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2F8c17c047-ba81-4587-8758-5a10022bd6e9_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Proses bongkar muat gula mentah asal Filipina di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (18/2/2020). Kebutuhan gula konsumsi dalam negeri pada tahun ini diperkirakan sebesar 3,163 juta ton. Dengan keberadaan stok awal tahun 2020 sebesar 1,08 juta ton dan perkiraan produksi 2-2,1 juta ton, defisit pengadaan gula konsumsi diproyeksikan 29.000 ton tahun ini.

Frasa swasembada gula lima dekade terakhir tak lebih dari ”gula-gula”. Frasa yang semata menyenangkan hati. Benar saja, ketika waktunya tiba, selalu ada alasan kenapa target itu tidak tercapai. Kliping Kompas merekam situasi itu.

Kamis, 17 Februari 1972, Direktur Jenderal Perkebunan Brigjen Muluk Lubis menyampaikan target swasembada gula tahun 1980. Dengan perkiraan jumlah penduduk 150 juta jiwa dan rata-rata konsumsi 10 kilogram per kapita per tahun, Indonesia menargetkan produksi gula 1,5 juta ton tahun 1980.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000