Pemerintah Mewaspadai Anjloknya PMI Manufaktur Indonesia
PMI manufaktur Indonesia akan sulit kembali ke level di atas 50 selama masa pandemi. Ekspansi bisnis sangat sulit dilakukan sehingga satu-satunya tujuan adalah mencegah kebangkrutan bisnis dan memperkecil PHK.
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Managers’ Index/PMI Manufaktur Indonesia yang anjlok ke level 27,5 harus diwaspadai. Tekanan terhadap sektor manufaktur diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun sejalan dengan efektivitas penanganan Covid-19.
Pandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas manufaktur di hampir semua negara menurun tajam. PMI Manufaktur Indonesia dalam sebulan anjlok dari 45,3 pada Maret 2020 menjadi 27,5 pada April 2020. PMI Manufaktur Indonesia pada April ini terendah sejak 2011.
Indeks PMI adalah indikator ekonomi yang mencerminkan keyakinan para manajer bisnis di sektor manufaktur. Skor indeks manufaktur PMI di bawah 50 mengindikasikan adanya risiko pelambatan pertumbuhan ekonomi ke depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Senin (4/5/2020), mengatakan, PMI manufaktur hampir semua negara di bawah level 50. Namun, PMI Manufaktur Indonesia turun paling tajam dibandingkan negara-negara kawasan Asia Tenggara, bahkan dari Jepang dan Korea Selatan. Pemburukan sektor manufaktur terindikasi sejak akhir Maret 2020.
Sebagai gambaran, PMI manufaktur Malaysia pada April 2020 sebesar 31,3, Vietnam 32,7, Filipina 31,6, Jepang 41,9, dan Korea Selatan 41,6. PMI manufaktur Indonesia sedikit lebih tinggi dari India, yang sebesar 27,4.
”Kedalaman dari jatuhnya sektor manufaktur Indonesia harus diwaspadai. Puncak pemburukan sektor manufaktur diperkirakan April sampai Mei 2020,” kata Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran (Banggar) DPR RI yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta.
Indikasi awal puncak pemburukan tecermin dalam realisasi penerimaan pajak dari sektor manufaktur yang sebesar Rp 64,06 triliun pada Maret 2020, atau tumbuh negatif 9 persen dibandingkan Maret 2019.
Menurut Sri Mulyani, tekanan terhadap sektor manufaktur sejalan dengan kontraksi impor yang tumbuh minus 3,7 persen. Turunnya aktivitas produksi sektor manufaktur ini berimbas pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Data terakhir dari Kementerian Ketenagakerjaan, ada lebih dari 2 juta karyawan terkena PHK.
Penurunan produksi sektor manufaktur harus diwaspadai kendati inflasi relatif rendah di bawah 3 persen. PMI manufaktur Indonesia anjlok dalam sebulan karena penjualan ritel terkontraksi minus 5,4 persen. Sektor manufaktur akan membaik sejalan dengan kecepatan penanganan Covid-19 dalam negeri.
”Dibutuhkan langkah-langkah cepat untuk menciptakan bantalan sektor kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan. Dampak yang besar akan menyebabkan perekonomian turun,” kata Sri Mulyani.
PMI manufaktur Indonesia anjlok dalam sebulan karena penjualan ritel terkontraksi minus 5,4 persen.
Secara umum tekanan terhadap dunia usaha tecermin dari penerimaan PPh karyawan dan PPh badan. Realisasi PPh karyawan per Maret 2020 sebesar Rp 36,58 triliun atau tumbuh 4,94 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan Maret 2019, yakni 14,7 persen secara tahunan. Adapun realisasi PPh badan Rp 34,54 triliun atau turun 13,56 persen secara tahunan.
Terprediksi
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengemukakan, PMI manufaktur Indonesia yang jeblok sudah terprediksi. Tanda-tanda yang ditimbulkan cukup jelas, terutama dari perlambatan permintaan konsumen dan produktivitas industri.
Sektor manufaktur selama pandemi mengalami tekanan ganda. ”Pembatasan sosial berskala besar menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen dan kegiatan produksi,” kata Faisal.
Perlemahan sektor manufaktur sejalan dengan penanganan Covid-19. Menurut Faisal, PMI manufaktur Indonesia akan sulit kembali ke level di atas 50 selama masa pandemi. Ekspansi bisnis sangat sulit dilakukan sehingga satu-satunya tujuan adalah mencegah kebangkrutan bisnis dan memperkecil PHK.
Pemerintah telah memberikan sejumlah stimulus fiskal untuk membantu sektor manufaktur. Insentif berupa PPh karyawan ditanggung pemerintah untuk penghasilan maksimal Rp 200 juta per tahun, pembebasan PPh impor, pengurangan PPh badan 30 persen, dan percepatan restitusi Pajak Pertambahan Nilai.
”Stimulus fiskal yang diberikan kalah tarik dengan dampak pandemi yang menyebabkan permintaan dan produksi menurun tajam,” kata Faisal.
PMI manufaktur Indonesia akan sulit kembali ke level di atas 50 selama masa pandemi. Ekspansi bisnis sangat sulit dilakukan sehingga satu-satunya tujuan adalah mencegah kebangkrutan bisnis dan memperkecil PHK.
Faisal menambahkan, pemerintah perlu merumuskan stimulus untuk sektor manufaktur selain fiskal, misalnya, inovasi untuk pembiayaan. Semakin beragam stimulus yang diberikan harapannya pemulihan sektor manufaktur lebih cepat. Sejauh ini tren pemulihan diperkirakan terjadi mulai triwulan IV-2020.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menambahkan, beberapa sektor usaha debitor perbankan kesulitan membayar bunga atau cicilan pokok kreditnya karena terimbas Covid-19. Guna menekan dampak itu, OJK memberikan relaksasi pembayaran pokok dan/atau bunga untuk kredit sampai dengan Rp 10 miliar.
”Restrukturisasi sendiri dapat dilaksanakan melalui beberapa skema, mulai dari penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu pinjaman, penundaan pembayaran bunga serta pokok pinjaman, hingga penyertaan modal sementara,” katanya.