Program pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS atap bisa menyerap ribuan tenaga kerja. Program ini juga sejalan dengan target energi terbarukan dalam bauran energi nasional.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Program pemasangan pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS pada atap dapat menyerap ribuan tenaga kerja baru di Indonesia. Program ini selain dapat menjadi solusi pemulihan ekonomi yang merosot akibat pandemi Covid-19, juga mendukung gerakan 1.000 megawatt dari tenaga surya pada 2020.
Kondisi pengembangan energi terbarukan di Indonesia terhambat pandemi Covid-19.
Dalam kajian Institute for Essential Services Reform (IESR), pandemi Covid-19 menciptakan peluang bagi Indonesia untuk masuk ke dalam jalur pertumbuhan ekonomi rendah karbon. Caranya, memacu transisi energi dengan mengurangi penggunaan sumber energi fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan. Hal ini sejalan dengan target bauran energi seperti yang diatur dalam Kebijakan Energi Nasional.
”Caranya, melaksanakan program pemasangan PLTS atap sebesar 1.000 MW pada 500.000 rumah tangga miskin penerima subsidi listrik sehingga setiap rumah mendapat daya hingga 2.000 watt. Dalam jangka panjang, program ini bisa menekan angka subsidi listrik,” ujar Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa, Minggu (3/5/2020), di Jakarta.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per akhir 2019, kapasitas terpasang PLTS di Indonesia baru 97,4 MW.
Program itu, lanjut Fabby, sejalan dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017. Dalam RUEN, rencana kapasitas terpasang PLTS pada 2020 sebesar 900 MW, yang naik menjadi 1.600 MW pada 2021.
Data di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral per 2019 menunjukkan bahwa kapasitas terpasang PLTS di Indonesia baru sebesar 97,4 MW.
Fabby melanjutkan, program ini bisa menyerap tenaga kerja, setidaknya 30.000 orang dalam setahun pelaksanaan program. Namun, calon tenaga kerjanya perlu dilatih keahlian tertentu melalui program tersertifikasi. Pelatihan bisa dilakukan dengan menggandeng sejumlah pihak, seperti balai latihan kerja, badan usaha milik negara (UMN), ataupun perusahaan swasta sektor pengadaan PLTS.
Berdasarkan kajian IESR, potensi pemasangan PLTS atap di sektor bisnis dan komersial, terutama di kota-kota besar, bisa mencapai 200 megawatt. Angka itu belum termasuk proyek PLTS Cirata di Jawa Barat berkapasitas 145 MW yang akan digarap PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mulai 2021.
Dampak serius
Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Hariyanto mengakui, pandemi Covid-19 berdampak serius terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Harga minyak mentah dunia yang jatuh begitu rendah, hingga ke level 20 dollar AS per barel dari 65 dollar AS per barel pada awal tahun ini, membuat harga energi terbarukan kalah bersaing. Selain itu, sebagian pergerakan barang dan jasa terhenti sehingga proyek pembangkit listrik energi terbarukan juga tersendat.
”Dengan kejatuhan harga minyak dunia, biaya pokok produksi listrik tenaga diesel menjadi sangat murah, yaitu 3 sen dollar AS per kWh. Harga itu dengan asumsi nilai tukar Rp 15.700 per dollar AS,” ujarnya.
Energi merupakan kunci pembangunan ekonomi sehingga pengelolaannya harus berfungsi sebagai tulang punggung pemulihan ekonomi.
Dalam keterangan resmi, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyatakan komitmen Pemerintah RI untuk terus mengembangkan energi terbarukan sebagai salah satu usaha menanggulangi dampak pandemi Covid-19. Komitmen itu disampaikan dalam pertemuan tingkat menteri secara dalam jaringan pada 24 April 2020 yang diselenggarakan International Energy Agency (IEA).
Energi adalah kunci pembangunan ekonomi dan pengelolaannya harus berfungsi sebagai tulang punggung pemulihan ekonomi.
”Indonesia merespons dengan tegas dampak pandemi Covid-19 dengan tidak mengabaikan prioritas pengelolaan energi. Energi adalah kunci pembangunan ekonomi dan pengelolaannya harus berfungsi sebagai tulang punggung pemulihan ekonomi. Untuk itu, kami memperkuat kebijakan untuk mendukung investasi energi terbarukan di Indonesia,” tuturnya.
Tahun ini, pemerintah menargetkan investasi 2,3 miliar dollar AS di sektor energi terbarukan. Pada 2019, realisasi investasi di sektor itu mencapai 1,5 miliar dollar AS. Pandemi Covid-19 berpotensi menurunkan realisasi investasi pada tahun ini.