Pandemi Covid-19 membuat sektor pariwisata dan industri penunjangnya menghadapi masa suram. Jumlah wisatawan yang anjlok perlu diwaspadai.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini/C Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja sektor pariwisata terhantam pandemi Covid-19. Dampak kinerja yang merosot diperkirakan juga dirasakan sektor-sektor penunjang pariwisata.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis melalui video langsung, Senin (4/5/2020), sebanyak 470.900 wisatawan mancanegara (wisman) masih berkunjung ke Indonesia pada Maret 2020. Jumlah ini anjlok 64,11 persen dibandingkan dengan Maret 2019.
Adapun pada Januari-Maret 2020, ada 2,61 juta kunjungan wisman ke Indonesia. Jumlah ini merosot 30,62 persen dibandingkan dengan Januari-Maret 2019 yang sebanyak 3,76 juta kunjungan.
Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, jumlah wisman yang menurun tajam perlu diwaspadai. ”Sebab, berdampak besar terhadap sektor-sektor pendukung pariwisata, seperti tingkat hunian hotel, transportasi, industri ekonomi kreatif, dan perdagangan,” ujarnya.
Suhariyanto menambahkan, penurunan kunjungan wisman terbesar dari China, yakni anjlok 97,46 persen, disusul Hong Kong (96,13 persen) dan Kuwait (89,92 persen).
Pengaruh
Penurunan jumlah kunjungan wisman memengaruhi kinerja sektor pariwisata. Sejumlah sektor yang berkaitan dengan pariwisata, antara lain transportasi dan properti untuk keperluan pertemuan, insentif, konferensi, dan pameran (MICE), terkena dampaknya.
Jumlah wisman yang menurun tajam perlu diwaspadai.
Penerbangan internasional pada Maret 2020 membawa 560.000 penumpang atau turun 63,84 persen secara tahunan. Sementara penerbangan domestik mengangkut 4,58 juta penumpang atau turun 24 persen dibandingkan dengan Maret 2019.
Pada Maret 2020, kereta api mengangkut 23,43 juta penumpang atau turun 34 persen secara tahunan. Angkutan laut membawa 1,92 juta penumpang atau turun 11,85 persen. Sebaliknya, angkutan logistik menggunakan kereta api pada Maret 2020 sebanyak 4,55 juta ton, tumbuh 8,65 persen secara tahunan atau 15,75 persen secara bulanan.
”Kondisi ini sejalan dengan ketentuan pemerintah, pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar tidak boleh mengganggu angkutan logistik guna menjaga distribusi barang antardaerah,” ujar Suhariyanto.
Secara terpisah, VP Public Relations PT KAI (Persero) Joni Martinus menyampaikan, pembatalan pada 23 Maret-29 April sebanyak 877.618 tiket. Dari jumlah itu, sekitar 51 persen dibatalkan melalui aplikasi KAI Access, sedangkan sisanya secara luar jaringan (luring) di stasiun.
Pembatalan ini seiring dengan langkah KAI meniadakan perjalanan KA jarak jauh dan sejumlah KA lokal karena larangan mudik Lebaran tahun ini.
Sementara itu, konsultan properti Coldwell Banker Commercial Indonesia merilis, pandemi Covid-19 membuat kinerja industri perhotelan, terutama di kota-kota yang mengandalkan permintaan dari pariwisata atau MICE, merosot. Tingkat hunian hotel di kota-kota besar Indonesia turun, menjadi berkisar 16,6-22,5 persen.
Managing Partner Coldwell Banker Commercial Tommy H Bastamy mengemukakan, penurunan tertinggi hunian hotel terjadi di Bali, diikuti Semarang, Balikpapan, Batam, dan Palembang. ”Pandemi Covid-19 memberi dampak tertinggi terhadap pasar hotel di Bali karena banyak turis asing dari negara-negara terdampak yang membatalkan perjalanan ke Bali,” katanya.