Pengeluaran belanja masyarakat pada masa Ramadhan dan Lebaran tahun ini cenderung menurun dibandingkan masa sebelumnya. Kondisi ini diprediksi akan berimbas pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan kedua.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengeluaran belanja masyarakat di masa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri tahun ini cenderung menurun dibandingkan dengan masa sebelumnya. Kondisi ini diprediksi akan berimbas pada pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan kedua.
Siti Rahmah (49), karyawan swasta dan ibu rumah tangga di Jakarta, mengatakan kepada Kompas, Rabu (6/5/2020), pengeluaran keluarganya pada Ramadhan kali ini jauh lebih sedikit ketimbang masa-masa sebelumnya. Ibu beranak dua ini mencatat banyak pos pengeluaran yang berkurang karena kebijakan pembatasan sosial.
Sebagai contoh, pengeluaran transportasi, seperti bensin kendaraan, yang sudah terpangkas lebih dari 50 persen. Pengeluaran untuk buka bersama dengan keluarga di luar, yang biasanya dilakukan sesekali saat Ramadhan, nihil. Untuk makan pun ia memilih memasak sendiri sehingga uang membeli makanan bisa lebih hemat.
”Walaupun biaya operasional di rumah, seperti listrik dan internet, naik, sejauh ini pengeluran bulanan masih lebih hemat daripada sebelum pandemi. Jauh lebih hemat juga kalau untuk ukuran Ramadhan, yang biasanya pengeluaran lebih boros daripada hari normal,” tuturnya.
Setelah Ramadhan berjalan hampir dua minggu, warga lainnya, Deri (27), mengatakan bisa melakukan penghematan pengeluaran luar biasa. Penghematan dikontribusi pengeluaran konsumsi makanan dan minuman yang biasanya mencakup 30 persen pengeluaran di Ramadhan.
”Kalau dulu, saat bulan puasa, setiap minggu bisa dua tiga kali ikut acara buka puasa di luar, jadi pasti banyak uang keluar. Sekarang, paling buka puasa dengan teman sekosan, kami selalu masak sendiri, jadi lebih hemat,” ujar pemuda yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil tersebut.
Konsumsi berkurang
Keduanya mengatakan, pola konsumsi tersebut tidak akan berubah sampai setidaknya dua minggu ke depan. Selama pandemi Covid-19 belum reda dan kondisi ekonomi belum membaik, mereka akan lebih memperhatikan alokasi pendapatan mereka.
Kecenderungan ini juga ditangkap oleh survei perusahaan manajemen tekonologi SurveySensum pada 500 responden Indonesia selama April 2020. Sebanyak 63 persen responden mengatakan, pengeluaran Ramadhan akan berkurang daripada tahun lalu.
Responden itu rata-rata akan mengurangi 43 persen pengeluaran dibandingkan dengan pengeluaran tahun lalu. Pengeluaran yang akan berkurang tajam antara lain biaya jalan-jalan (minus 37 persen), aktivitas olahraga dan kebugaran (30 persen), memberi THR kepada sopir atau pembantu rumah tangga (21 persen), dan belanja untuk diri sendiri atau keluarga (20 persen).
Beberapa rencana belanja selama Ramadhan juga diurungkan sejumlah responden, seperti furnitur rumah (34 persen), ponsel baru (31 persen), mainan anak (19 persen), perhiasan dan emas (24 persen), motor (17 persen), serta mobil (10 persen).
Di sisi lain, barang kebutuhan ibadah akan tetap dipenuhi 46 persen responden, daripada 21 persen responden yang berpikir ulang untuk membelanjakan barang tersebut. Diikuti pakaian dan baju baru oleh 43 persen responden, daripada 38 persen responden yang akan menunda pembelian.
Menurunnya minat konsumsi masyarakat pada Ramadhan dan pandemi saat ini dikhawatirkan membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga semakin negatif.
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 melaporkan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara tahunan di triwulan kedua, yang jatuh pada bulan puasa dan Lebaran, ada di angka 5,17 persen. Angka pertumbuhan itu lebih tinggi daripada triwulan pertama yang hanya 5,02 persen.
Namun, Kepala Ekonom HSBC Wilayah ASEAN Joseph Incalcaterra, dalam keterangan pers kemarin, memprediksi, konsumsi rumah tangga kembali turun pada triwulan II tahun ini. Penurunan bisa melebihi pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulan I yang anjlok hingga 2,84 persen.
”Konsumsi rumah tangga akan semakin terpukul karena ada larangan mudik sehingga momen Ramadhan dan Lebaran tahun ini tidak akan cukup mendongkrak pertumbuhan ekonomi,” katanya.