Semua motor penggerak ekonomi Indonesia melambat. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir sekitar 5 persen anjlok.
Oleh
Karina Isna Irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semua motor penggerak ekonomi Indonesia melambat. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir sekitar 5 persen anjlok.
Pada triwulan I-2010, perekonomian Indonesia tumbuh 2,97 persen secara tahunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka pertumbuhan ini merupakan yang terendah dalam dua dasawarsa terakhir atau sejak triwulan I-2001.
Sebagaimana disampaikan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), awal April, pertumbuhan ekonomi RI pada 2020 dalam skenario berat sebesar 2,3 persen. Adapun berdasarkan skenario sangat berat bisa minus 0,4 persen.
Dana Moneter Internasional memproyeksikan perekonomian RI akan tumbuh 0,5 persen pada tahun ini. Proyeksi tersebut mempertimbangkan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian. Sementara asumsi dalam APBN 2020 sebesar 5,3 persen.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, berpendapat, realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020 mengindikasikan perlambatan lanjutan. Perekonomian triwulan II-2020 berpotensi tumbuh minus karena aktivitas ekonomi menurun lebih signifikan sejak awal April.
”Penurunan aktivitas ekonomi pada triwulan I-2020 belum signifikan jika dibandingkan dengan triwulan II-2020 ketika kebijakan pembatasan sosial berskala besar diberlakukan sejumlah daerah,” kata Josua yang dihubungi pada Selasa (5/5/2020).
Dengan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berlanjut, perekonomian Indonesia berpotensi tumbuh lebih rendah dari skenario berat, yakni 2,3 persen. Situasi ini akan terjadi jika aktivitas ekonomi belum pulih pada triwulan III-2020.
Dalam keterangan pers seusai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, 14 April 2020, disebutkan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat pada triwulan II dan II tahun ini akibat pandemi Covid-19. Pertumbuhan akan mulai pulih pada triwulan IV-2020.
Josua menambahkan, ekspektasi pertumbuhan ekonomi memiliki deviasi yang cukup lebar, dengan mempertimbangkan ketidakpastian akibat Covid-19. Berkaca pada data pertumbuhan ekonomi triwulan I-2020, respons kebijakan pemerintah perlu diarahkan pada percepatan realisasi anggaran belanja jaring pengaman sosial. Realokasi anggaran juga dititikberatkan pada penanganan Covid-19.
Selain itu, tambah Josua, daya beli masyarakat mesti dijaga sehingga konsumsi rumah tangga perlu disokong. Dengan cara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa diupayakan tetap positif.
Sebagaimana disampaikan Kepala BPS Suhariyanto, Selasa, perlambatan pertumbuhan ekonomi dipengaruhi dampak awal penyebaran Covid-19 dan respons kebijakan pembatasan sosial di sejumlah negara. Namun, struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia tak berubah, yang didominasi konsumsi rumah tangga.
Pada triwulan I-2020, konsumsi rumah tangga yang tumbuh 2,84 persen secara tahunan memiliki andil 58,14 persen terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun berdasarkan lapangan usaha, sektor informasi dan komunikasi menjadi penyumbang terbesar, dengan andil 0,53 persen pada triwulan I-2020.
Bantuan sosial
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, konsumsi rumah tangga yang turun tajam memperkuat urgensi percepatan bantuan sosial pada triwulan II-2020. Pada triwulan I-2019, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,02 persen. Adapun pada triwulan IV-2019 tumbuh 4,97 persen.
Di sisi produksi, program pemulihan ekonomi nasional untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu dilaksanakan secepatnya.
”Dengan bantalan pada kedua sisi itu, pemerintah berharap dapat membantu meringankan tekanan terhadap rumah tangga dan pelaku usaha kecil,” kata Febrio.
Pemerintah berharap dapat membantu meringankan tekanan terhadap rumah tangga dan pelaku usaha kecil.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, pemerintah menyiapkan solusi, yang mengacu pada kondisi normal baru, agar dampak pandemi Covid-19 tidak merambat ke berbagai sektor.