Harga ayam dan telur yang terus turun membuat peternak tak lagi memaksimalkan kapasitas produksinya. Akibatnya, permintaan jagung merosot. Harga jagung pun melorot.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga jagung di tingkat petani tertekan lantaran permintaan komoditas itu merosot. Harga di tingkat petani saat ini di bawah harga acuan pembelian.
Harga ayam yang terus turun membuat peternak mengurangi jumlah ayam yang diternak. Akibatnya, kebutuhan jagung berkurang sehingga harganya terseret turun.
Berdasarkan data Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI), sebagaimana dikemukakan Ketua Umum APJI Sholahuddin, rata-rata harga jagung di tingkat petani Rp 2.800-Rp 3.000 per kilogram (kg). ”Ada pula yang harganya di bawah Rp 3.000 per kilogram, padahal kadar airnya 17 persen. Penurunan harga ini signifikan dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berkisar Rp 3.700-Rp 3.800 per kilogram,” tuturnya.
Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen merinci harga acuan jagung di tingkat petani berdasarkan kadar air.
Harga acuan jagung yang kadar airnya 15 persen sebesar Rp 3.150 per kg, sedangkan yang kadar airnya 20 persen Rp 3.050 per kg.
Menurut Sholahuddin, harga jagung di tingkat petani merosot akibat permintaan yang turun, baik untuk bahan baku pakan maupun untuk pangan.
Secara terpisah, Ketua Bidang Riset dan Teknologi Dewan Jagung Nasional Tony J Kristianto menyebutkan, permintaan jagung untuk bahan baku pakan berkurang 20-30 persen. Sementara, panen pada periode musim hujan ini berkontribusi 60 persen terhadap produksi sepanjang tahun.
Penurunan permintaan jagung sebagai bahan baku pakan, menurut Tony, merupakan dampak dari harga telur dan ayam pedaging di tingkat peternak yang anjlok. Jagung merupakan salah satu bagian dari produksi ayam dan telur.
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Arif Karyadi menyatakan, jagung yang dibeli peternak sudah berkurang. Sebab, peternak menurunkan produksi ayam. ”Peternak yang memiliki kandang dengan kapasitas 20.000 ekor ayam sudah tidak mengisi kandangnya. Peternak dengan kapasitas kandang 40.000 ayam hanya mengisi setengahnya,” tuturnya.
Arif menambahkan, peternak menurunkan produksi ayam karena menanggung rugi akibat harga yang anjlok. Dari laporan yang diterimanya, tambah Arif, harga ayam hidup di tingkat peternak dapat merosot hingga Rp 9.000 per kg di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Adapun harga rata-rata ayam hidup di tingkat peternak berkisar Rp 11.000-Rp 13.000 per kg. Harga ini lebih rendah dari ongkos produksi yang berkisar Rp 17.000-Rp 18.000 per kg.
Persiapan tanam
Menurut Tony, penyerapan jagung di tingkat petani dengan jaminan harga tertentu mestinya diprioritaskan. ”Apalagi, petani mesti bersiap menanam jagung sehingga perlu uang yang didapat dari penjualan hasil panen. Jangan sampai menjelang akhir tahun Indonesia kekurangan pasokan karena petani tak punya modal produksi,” katanya.
Penyerapan jagung di tingkat petani dengan jaminan harga tertentu mestinya diprioritaskan
Sholahuddin menyatakan, petani memerlukan bantuan modal dalam bentuk pinjaman dengan bunga rendah. Modal ini akan untuk menanam jagung pada Juni, yang diperkirakan panen pada Oktober. (JUD)